❛ ━━━━━━・❪ 57 ❫・━━━━━━ ❜

158 16 26
                                    

Sung Ryung masuk kedalam ruang ICU, putranya terbaring di ranjang ICU itu. Jennie juga masih ada di dalam sana menemani Jaebeom.

Hati Jennie benar-benar merasa pilu melihat keadaan Jaebeom saat ini. Sakit hatinya kepada Jaebeom semalam tiba-tiba sirna melihat keadaan Jaebeom yang saat ini benar-benar terkapar di atas ranjang rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri dan telah di vonis oleh Dokter bahwa Jaebeom saat ini koma.

Ini kesekian kalinya Jaebeom kembali berada di tempat seperti ini dalam keadaan yang sama seperti waktu itu. Permintaan Jennie tetap sama, seperti ketika dulu Jaebeom berada di tempat seperti ini, yaitu ia meminta kesembuhan untuk Jaebeom.

Baru saja Sung Ryung tiba di samping Jennie, melihat lirih putra semata wayangnya itu dan namun tiba-tiba saja Sung Ryung terjatuh.

"Imo!" Jennie terpekik kaget saat tiba-tiba Sung Ryung jatuh pingsan di sampingnya, Jennie saja sampai tidak bisa menahan tubuh Sung Ryung karena Sung Ryung tiba-tiba jatuh pingsan begitu saja.

Sebagian orang yang berada di luar seketika masuk kedalam ruang ICU terkhusus Jaeyoung sendiri, mengangkat tubuh sang istri dan segera di bawa keluar untuk di tangani.

Melihat Sung seperti itu tentu membuat kecemasan seorang Jennie bertambah. Jennie langsung mengikuti Sung Ryung yang di bawa ke ruang penanganan.

"Maafkan aku Paman, aku tidak tahu kalau Imo akan pingsan seperti itu" Ucap Jennie dengan intonasi lirih bersalahnya.

"Tidak─, ini bukan salahmu" Jawabnya dengan perasaan khawatir, menunggu sang istri dari luar ruangan penanganan. Ya, istrinya tengah di tangani Dokter.

Justru Jennie kembali menangis, ia merasa bersalah. Seharusnya ia tadi langsung meminta Sung Ryung untuk duduk. Andai saja ia teringat dengan itu, Ia yakin Sung Ryung tidak akan sampai jatuh pingsan ke lantai.

"Maafkan aku Paman.."

Jaeyoung menoleh dan mendapati Jennie menangis, Jaeyoung langsung merengkuh Jennie ke pelukannya. "No~... Ini bukan salahmu Nak" Mengusap-ngusap punggung Jennie, berusaha menenangkan nya.

Beberapa saat kemudian Jaeyoung melepaskan pelukannya pada Jennie dan kedua tangannya menangkup wajah Jennie. "Don't cry okey?" Ucapnya kembali dengan lembut dan kali ini kedua ibu jari tangannya mengusap air mata Jennie yang telah membasahi pipi.

"Jangan merasa bersalah seperti itu, kau tidak salah. Sudah ya.." Pungkasnya, mengusap wajah Jennie dan tersenyum. Setelah itu, Jaeyoung kembali melihat pada ruangan di depannya. Istrinya masih di tangani oleh Dokter di dalam sana.

"Paman bagaimana keadaan Imo?"

Jaeyoung menoleh saat mendapatkan pertanyaan itu secara tiba-tiba. Ya, Steven lah yang datang menghampiri.

"Sedang di tangani"

"Semoga Imo, baik-baik saja" Dan di balas anggukan oleh Jaeyoung.

Fokus Steven teralihkan pada kaki kiri Jennie yang di gips, "Kaki mu terluka Jane?"

Sontak saja Jaeyoung juga melihat ke arah kaki Jennie yang di baluti oleh plester luka. Bahkan Jaeyoung baru menyadari jika Jennie juga terluka. "Ada apa dengan kakimu?" Tanya Jaeyoung khawatir setelah melihat kaki Jennie di baluti oleh gips plester luka.

"Oh ini──, tiga hari lalu aku sempat jatuh dari kamar mandi. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa, ini masih dalam penyembuhan makanya masih di pasang plester luka seperti ini"

Jaeyoung berdecak dengan lirih setelah Jennie menjelaskan. "Kau yakin Nak? Apa perlu Paman panggilkan juga Dokter untuk mu?".

"Jangan Paman, tidak perlu.. Aku sudah mendapatkan perawatan dari Dokter dan ini juga sudah cukup membaik. Ini hanya tinggal menunggu sampai besok saja memakai gips ini".

Second Love Im Jaebeom (Sebagian Tulisan Di Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang