Bab 14 ~ C1uman

9 4 2
                                    

Mata Bulan terbuka perlahan, kepalanya terasa pusing karena ia memang tak mampu dengan sengatan sinar matahari. Mata Bulan menyapu isi ruangan UKS, disana terlihat sunyi, tak ada orang yang menemaninya. Yah, maklumlah, Bulan tidak memiliki teman.

Bulan pun dengan perlahan bangkit dari pembaringannya. Memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

"Sudah sadar?" Bulan menoleh ke arah kanan, yang dimana sebuah tirai menghalangi.

Tirai itu terbuka dan menampakkan Langit yang sedang berbaring di ranjang sebelah.

"Udah mendengan?" tanya Langit lagi.

"Hmm," jawab Bulan sembari mengangguk.

"Kalo gitu, gue pergi!" ucap Langit lalu pergi tanpa menoleh ke belakang.

Bulan hanya menghembuskan napas. "Lia, kamu salah kasih tanggungjawab itu ke aku," gumam Bulan lalu menuruni ranjang UKS Itu.

Dengan perlahan Bulan keluar dari ruang UKS. Terlihat siswa siswi sudah berkeliaran. Apa Bulan terlalu lama pingsan? Dan apakah Langit menunggunya sedari tadi?

Bulan pun memilih untuk menuju kelasnya. Tiba-tiba seseorang berlari sembari melambaikan tangannya.

"Kak Bulan udah gak pusing lagi? Kita makan ya? Biar pusingnya mengurang," ajak Shena yang dibalas anggukan.

Shena pun menggandeng tangan Bulan, ia berjaga-jaga, takut jika Bulan jatuh tiba-tiba. Sesampainya di kantin Shena mengajak Bulan untuk duduk di kursi yang dimana ada inti BT.

"Kak, ayo kita duduk bareng kak Langit," ajak Shena.

Bulan dengan cepat menggeleng. Ia tak mau jika berkomunikasi dengan Langit disekolah. Cukup menjaganya dari jarak jauh, itu saja sudah cukup.

"Ayolah. Kakak gak asik," ucap Shena sembari melepas gandengannya lalu tangannya ia lipat dengan wajah cemberut.

Bulan yang melihat itu menjadi gemes sendiri. Bulan pun tersenyum. "Ya udah, yuk!" kata Bulan yang membuat Shena tersenyum senang.

Mereka pun berjalan menuju bangku kosong. "Hai kak!" sapa Shena.

Semuanya yang ada disitu langsung menoleh. Riky yang melihat kedatangan dua gadis itu pun terbelalak. Pasalnya, ia melihat Lia disitu.

"Lia?" ucap Sastya kaget.

Shena mengenal napas kesal. Lagi-lagi ia di anggap sebagai Shena. "Kakak-kakak sekalian, aku bukan Lia. Nama ku Shena," klarifikasi Shena.

Semuanya disitu saling melempar pandangan. Keempat anggota inti langsung menoleh ke arah Langit yang nampak tak terkejut.

"Lo udah tau, Lang?" tanya Devan.

"Iya," jawab Langit.

....
Setelah aksi kaget dan bingung-bingung. Mereka pun duduk bersama sembari menyantap makanan mereka masing-masing. Bulan duduk tepat disamping Langit, sedangkan Shena duduk disebelah Bulan.

Sekali-kali, Langit melirik Shena yang nampak lahap memakan bakso. Bibirnya terangkat membentuk senyum kecil.

"Lia, gue rindu sama lo," gumam Langit dalam hati.

Yah, walaupun ada Lia kw di sini. Tapi hati Langit masih tetap setia untuk Lia seorang. Dia hanya ingin memandang wajah itu yang terus beraktifitas. Karena itu seakan terlihat nyata, seakan Lia hidup kembali. Tapi, Langit tak berniat untuk mencintai Shena, jika ia mencintainya, maka itu buka cinta untuk Shena melainkan Lia.

"Uhukkh uhukhh!" tiba-tiba Shena terbatuk membuat Langit dengan cepat memberikan air minumnya.

"Minum dulu," ucap Langit lalu memberikan segelas air.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang