Kini Bulan telah tidur begitu nyenyak, sedangkan Langit masih duduk sembari menyandarkan tubuhnya. Langit melirik Bulan lalu kembali menatap ke depan.
"Maafkan aku, Bulan. Kamu adalah perempuan baik, aku benar-benar gak bermaksud menyakitimu ... jujur, aku sudah mencintaimu tapi sebagian perasaan masih untuk Lia," gumam Langit.
Matanya terpejam, seputar kenangan dengan Lia masih teringat begitu jelas dibenaknya.
Tiba-tiba deringan ponsel mengalihkan Langit, ia lalu mengambil ponselnya. Ia mengernyit bingung, kenapa Raja menelponnya di jam begini?
Tak banyak pikir, Langit pun menekan ikon hijau dan meletakkan ponsel itu di telinganya.
"Assalamu'alaikum, Raja. Ada apa?" tanya Langit.
"Wa'alaikumussalam ... Lang, markas diserang!" jawabnya yang membuat Langit melotot.
Dengan cepat Langit langsung turun dari ranjangnya. Mencari jaket yang berlogo cakaran singa lalu menggunakannya. Sebelum benar-benar pergi, Langit lebih dulu menatap Bulan.
"Aku pergi sebentar," ucapnya lalu menyambar kunci motor yang terletak di atas meja.
Dengan terburu-buru, Langit mendorong motornya sampai jalan, setelah itu baru ia nyalakan. Langit pun menancapkan gas di atas rata-rata menuju markas.
Tak butuh waktu lama, Langit pun sampai dan melihat Raja dan teman-teman lain kewalahan. Langit pun menelpon Sastya dan juga Riky agar mereka segera datang membantu.
Mata Langit tiba-tiba menangkap sosok gadis kemarin yang entah kenapa Raja malah menyelamatkannya. Langit mengernyit bingung, tapi di detik berikutnya ia langsung berlari ke arah Raja karena melihat Revan yang langsung menyerangnya dari belakang.
Dengan sekuat tenaga walaupun tubuhnya masih terasa sakit, Langit langsung menendang Revan begitu kuat membuat sang empu terjatuh.
"Anj** lo!" sentak Revan.
Raja langsung menoleh kebelakang melihat Langit.
"Makasih, Lang," ucap Raja.
"Hmm," jawab Langit.
Langit sebenarnya ingin bertanya, kenapa Raja malah menyelamatkan gadis kemarin tapi karena situasi yang masih parah seperti ini, Langit pun mengurungkan niatnya dan memilih fokus.
Langit lalu menyerang Revan dengan tendangan putar, tak disangka Revan malah menahan kaki Langit dan Langit pun terjatuh. Tak mau lengah, Langit langsung berguling ketika Revan hendak menginjaknya.
Langit kemudian menautkan kakinya ke kaki Revan dan memutar tubuhnya yang membuat Revan terjatuh sembari meringis, merasakan kakinya yang seakan-akan patah karena dipelintir oleh Langit.
"Aaarrghhh!!" teriak Revan yang membuat salah satu dari mereka langsung menghampiri Revan.
Belum sempat Langit menyerang lagi orang itu lebih dulu meniupkan sebuah debu di mata Langit membuat Langit mau tak mau berhenti maju, takut jika matanya akan terkena.
"MUNDUR!!" teriak salah satu dari lawan.
Anak BT ingin mengejar mereka, namun Langit menahan mereka. Langit tak akan mungkin menyerang geng lain dengan pemimpinnya yang terluka, bagaimana pun, Langit masih memiliki peri kemanusiaan.
Setelah situasi mulai tenang, kini hanya terdengar hembusan napas lelah dari setiap anggota. Langit lalu melirik gadis yang bernama Cana yang mengaku sebagai adik dari Alta.
"Lo ngapain kesini?" tanya Langit ketus kepada Cana. "Dan lo, ngapain nolongin dia?" tanya Langit lagi kepada Raja.
Raja hanya diam, dia juga tak tahu harus menjawab apa. "Tadi, Cana hampir aja dile cehkan Revan," jawab Raja singkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Novela Juvenil"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano