Tanpa basa basi, mereka pun mengatur rencana. Lalu kemudian mengarahkan anggota lainnya untuk membuat kekacauan di depan rumah Revan. Sedangkan Langit dan juga Alta kini menyelinap ke belakang rumah dan mencari jalan yang pas.
Langit mengangkat tangannya memberi kode kepada teman-temannya untuk melakukan penyerangan. Setelah kacau dan beberapa penjaga Revan keluar. Alta dengan amarah yang menggebu-gebu langsung berlari masuk tanpa mengikuti rencana mereka.
Langit mengacak rambutnya frustasi melihat kecerobohan Alta. Mau tak mau, Langit menyusul keberadaan Alta yang dimana sudah berkelahi dengan penjaga disana.
Melihat itu, Langit pun membantu mengalahkan para penjaga. Setelah kalah Langit menghampiri Alta.
"Ini bukan bagian dari rencana. Lo harus tahan emosi!" ucap Langit mengingatkan.
"Bo*doh amat, gue gak perduli," sarkas Alta lalu memilih mencari keberadaan Revan di dalam rumah yang besar itu.
"Tapi istri gue bisa dalam bahaya!" ucap Langit sembari menahan lengan Alta.
"Itu istri lo bukan istri gue," balasnya ketus yang membuat Langit kesal.
Tanpa aba-aba Langit pun melayangkan pukulan ke wajah Alta membuat Alta meringis dengan tubuh yang sudah tersungkur di lantai.
Terdengar suara tepuk tangan dan kekehan membuat keduanya menoleh, mendapatkan Revan disana.
"Ayo mulai lagi, gue mau nonton kalian berkelahi," ucap Revan sembari mendudukkan dirinya di kursi.
"Anj** lo, bang-sat!" pekik Alta langsung berdiri dan hendak melayangkan pukulan.
Tanpa sadar Revan mengeluarkan sebuah pisau dari saku celana. Langit yang melihat itu langsung berlari dan menendang tangan Revan dan pisau itu pun jatuh. Alta yang melihat itu kembali terdiam tanpa meneruskan serangannya.
Ia menatap Langit tak percaya. Padahal dia sudah hancurkan rencana mereka dan sekarang Langit malah menolongnya. Sadar dengan kesalahannya, Alta pun mundur dan membisikkan sesuatu pada Langit. Hal itu membuat Langit mengernyit bingung.
"Percaya sama gue!" ucap Alta menepuk pundak Langit.
Alta lalu kembali menatap Revan dengan sorot mata penuh amarah. Ia lalu memberikan isyarat kepada Langit untuk mengambil ancang-ancang. Dengan sorot mata tajam, Alta menatap Revan lalu menyerangnya.
Langit langsung berlari mencari keberadaan Bulan. Entah dimana Revan menyembunyikan istrinya.
"Bulan!" teriak Langit.
"Ini aku, Langit," teriak Langit lagi.
Sedangkan di tempat Bulan, ia kini ketakutan karena mendengar kekacauan diluar sana. Ingin sekali kabur, tapi pintu itu terkunci. Samar-samar Bulan mendengar namanya disebut membuat Bulan langsung turun dari ranjang.
"Bulan!"
Suara itu semakin jelas. Bulan lalu berlari menuju pintu mengetuk pintu itu dengan sekuat tenaga.
"Tolong! Aku disini!" teriak Bulan.
Langit yang hendak berlari kembali terhenti lalu membalikkan tubuhnya menghadap pintu yang berwarna putih itu.
"Bulan! Mundur aku akan mendobrak pintu ini!"
"Iya," jawab Bulan.
Langit pun mendobrak pintu itu beberapa kali, namun tak ada hasil sama sekali. Tiba-tiba seseorang dari belakang ingin menyerangnya. Untung saja Langit bisa merasakan ada pergerakan di belakang, sontak Langit berbalik dan melawan bodyguard yang bertubuh besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Novela Juvenil"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano