Tring!
Bel berbunyi begitu nyaring, menandakan bahwa semua mata pelajaran telah selesai. Bulan pun berjalan keluar dari kelas, ia tak memperdulikan Langit yang masih diam menatap kepergiannya.
"Bulan!" panggil Langit yang membuat Bulan menoleh.
"Ada apa?" tanya Bulan.
"Lo bisa pulang sendiri kan?" tanya Langit.
Bulan dengan kaku pun mengangguk. "Iya, aku bisa pulang sendiri. Permisi," ucap Bulan lalu pergi keluar kelas.
Di lobby sekolah MM Bulan mengernyit bingung melihat Shena yang duduk di kursi tunggu.
"Loh, Shena ngapain duduk sendiri?" tanya Bulan.
"Shena nungguin kak Langit. Dia mau anterin Shena pulang trus jalan-jalan sekalian."
Bulan merasa hatinya sedikit tercubit. Tak tahu perasaan apa yang ia rasa saat ini. Dia seharusnya, tida harus merasakan sakit hati. Toh, dia hanya menjaga Langit, bukan untuk jatuh cinta kepada Langit.
"Shena kesel sama kak Bulan. Kakak kenapa gak mau jalan bareng aku sama kak Langit," ucap Shena dengan wajah cemberut.
"Kakak punya urusan penting yang harus diselesaikan sekarang," balas Bulan. "Ya udah. Kamu duduk disini aja ya? Jangan kemana-mana, tunggu Kak Langitnya datang. Kakak pamit ... Assalamu'alaikum!" ucap Bulan.
"Wa'alaikumussalam."
Bulan pun tersenyum lalu pergi meninggalkan Shena begitu saja. Belum jauh, Bulan berjalan. Ia masih bisa mendengar percakapan Langit dan Shena.
Bulan menoleh melihat Langit yang baru saja duduk disamping Shena. Tangan Langit terangkat lalu mengacak rambut Shen, hal itu membuat Bulan cepat-cepat membuang pandangan.
"Hey!"
Bulan terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba saja berada disampingnya.
"Eh, Karang? Kenapa?" tanya Bulan bingung.
"Kamu mau pulang ya? Aku anterin ya?"
"Gak usah, aku bisa pesen ojek online aja," balas Bulan.
Karang terlihat kecewa. Ia hanya bisa menghela napas. "Kalau gitu, aku temenin kamu nunggu ojeknya, biar gak bosen," ucap Karang tersenyum lebar.
Bulan hanya mengangguk, dia benar-benar butuh teman, tak mau sendiri. Jika sendiri maka sudah dipastikan air matanya tadi pasti akan luruh.
Cukup lama saling diam, tiba-tiba sebuah motor melewati mereka. Bulan lalu mengangkat pandangannya dan mendapatkan Langit dan Shena berboncengan.
"Kakak, Shena duluan ya!" teriak Shena yang dibalas lambaian tangan oleh Bulan.
"Apa kamu gak bisa lirik aku walaupun hanya sebentar, Langit?" gumam Bulan ketika melihat Langit yang seakan tak ada niat untuk meliriknya.
Bulan tau kalau pernikahan mereka ini tidak didasari cinta, tapi apa tidak bisa Langit bersikap sebagian seorang suami yang baik, atau setidaknya menjadi teman yang baik?
Bulan hanya menghela napas kemudian menatap langit yang terlihat mendung. Sepertinya langit tau kalau dirinya sedang bersedih, tapi bukan Langit, si suami.
"Kamu kenapa? Sakit? Jangan sakit-sakit, nanti gak ada yang bisa menyinari karang yang ada dilautan kala malam hari," ucap Karang modus.
Bulan yang mendengar itu malah terkekeh. Pria yang ada di depannya ini benar-benar aneh.
"Masih ada bintang, kak," balas Bulan.
"Sinar bintang gak sebanding dengan sinar bulan yang lebih terang," jelas Karang yang lagi-lagi membuat Bulan merasa tak terlalu memikirkan kehidupan yang penuh dengan drama ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/335902579-288-k328621.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Ficção Adolescente"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano