Bab 29

14 5 0
                                    

Tiga hari telah berlalu, Bulan kini sudah kembali bersekolah. Pagi ini, Bulan sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Wajah Bulan nampak berseri karena bahagia telah kembali sekolah lagi.

"Kelihatan bahagia banget?" tegur Langit yang membuat Bulan semakin tersenyum lebar.

"Iya dong, akhirnya aku bisa sekolah lagi," jawab Bulan.

"Bahagia karena bisa sekolah lagi, atau karena mau ketemu sama Raja dan Karang?" ucap Langit ketus.

"Apaan sih. Aku seneng sekolah lagi, apa lagi, aku udah gak pernah ketemu sama Shena," balas Bulan sembari tersenyum manis.

"Di sekolah kamu jangan senyum-senyum," kata Langit dengan wajah datarnya.

"Kenapa?"

"Yah, jangan! Kalo Raja lihat, dia bisa jatuh cinta lagi sama kamu," ketus Langit.

"Eh?"

Bulan hanya geleng-geleng. Sejak kapan Langit sensitif seperti ini?

"Ayo, berangkat!" ajak Bulan sembari berjalan keluar rumah.

"Memangnya kamu mau berangkat bareng aku?" tanya Langit.

"Gak, aku mau pake motor sendiri. Aku gak mau nanti fansnya kamu malah bully aku," ucap Bulan yang membuat Langit mengernyit.

"Gak bakalan. Kalo mereka berani bully kamu, aku gak akan diam," jelas Langit.

"Udah ah. Yuk berangkat nanti telat."

Mereka pun berangkat bersamaan dengan kendaraan yang berbeda. Langit hanya menjalankan motornya pelan, agar bisa bersama-sama dengan Bulan.

"Bulan?" panggil Langit tapi tak di jawab oleh Bulan yang mungkin saja memang tak mendengar panggilan Langit.

"BULAN!!" teriak Langit lagi yang membuat Bulan memutar bola mata malas.

Sepertinya Langit sudah mengganti profesinya dari si pendiam menjadi si cerewet yang selalu memanggil nama Bulan.

"Bulaaaan!!" panggilnya lagi dengan manja membuat Bulan mendelik. Pasalnya beberapa kendaraan yang tak jauh dari mereka semua menoleh.

"Langit!" tegur Bulan.

"Iya sayang?"

Langit sepertinya kerasukan. Mana mungkin dia bisa secerewet ini?

****
Beberapa menit akhirnya Bulan dan Langit pun sampai. Langit sengaja membiarkan Bulan memarkirkan motornya lebih dulu lalu disusul Langit yang sengaja memarkirkan motornya di samping Bulan.

"Loh, Langit, geseran dikit. Aku gak bisa keluar loh," ucap Bulan karena Langit memarkirkan motornya terlalu rapat.

"Biarin, supaya kamu gak diambil orang lain," kata Langit yang membuat Bulan tersipu malu.

Oh astaga, apa ini? Bulan benar-benar merasa tak nyaman karena mendapat banyak tatapan-tatapan sinis dari fansnya Langit.

"Ekhmm ... BUCIN!" singgung Sastya sembari menoleh kesana-kemari seakan-akan tak melihat kedua insan itu.

Sedangkan dibalik kebahagiaan itu, ada Raja yang menahan rasa sakit. Tapi mau bagaimana lagi, Bulan cintanya sama Langit dan Langit adalah sahabatnya. Tidak mungkin ia merebut Bulan dari Langit. Walaupun Langit digantikan dengan orang lain, tetap saja Raja tak mau menghancurkan rumah tangga orang lain.

"Berisik lo, Sa," kesal Langit. Lalu mengajak Bulan untuk pergi meninggalkan tiga sahabatnya yang hanya bisa melongo melihat perubahan sikap dari Langit.

"Gini nih yang gue gak demen sama tuh anak. Kalo udah cinta, bawaannya sensitif mulu," gerutu Sastya.

"Tapi alhamdulilah, setidaknya dia bisa merelakan masa lalunya," sambung Devan yang membuat Raja dan Sastya langsung menoleh.

"Memangnya selama menikah dengan Bulan, dia masih cinta sama Lia?" tanya Sastya.

"Iya," jawab Devan singkat.

Setelah lama berdiam diri. Ketiganya pun langsung memilih untuk menuju kelas tapi tiba-tiba...

"Sastya!"

Mendengar namanya dipanggil, Sastya pun berbalik. Senyumnya mengembang melihat siapa yang datang. Ia lalu berlari kecil kepada seorang wanita yang tadi memanggilnya.

"Ada apa, Mbak?" tanya Sastya yang sudah berdiri di depan wanita berhijab.

"Ini ada titipan dari Mama kamu," ucap wanita itu sembari memberikan kotak makanan yang memang dari Mama Sastya.

"Makasih, Mbak. Maaf udah ngerepotin," ucap Sastya malu-malu.

"Gak ngerepotin kok. Tadi saya nganter Fatimah ke sekolahnya dan mumpung dekat dengan sekolah kamu jadi Mama kamu nitip," jelas wanita itu.

"Ya udah, mbak balik. Assalamu'alaikum!" ucapnya sembari memasuki mobilnya.

"Hati-hati, mbak. Wa'alaikumussalam."

Mobil itu pun melaju meninggalkan sekolah itu. Sedangkan Sastya masih diam sembari memandang kotak makanan itu.

"Cieee, janda lo cantik juga ya!" ucap Devan sembari merangkul pundak Sastya.

Yah, wanita berhijab tadi adalah janda yang Sastya kagumi. Namanya adalah Laila. Walaupun umurnya yang sudah 30 tahun, tapi wajahnya masih seperti gadis yang berusia 19 tahun saja.

Jika ditanya, baru 30 tahun tapi sudah memiliki anak yang usianya 11 tahun. Itu karena Laila dijodohkan ketika ia berusia 17 tahun dan dia juga tak meneruskan pendidikannya karena larangan dari suaminya.

Suaminya begitu baik membuat Laila bahagia walaupun awalnya ia tak suka dengan perjodohan itu. Suaminya juga bisa dibilang ahli agama. Namun, siapa sangka jika ajal lebih dulu merenggut suami tercinta di saat Fatimah sang anak baru berusia 6 tahun.

Dan setelah kematian suaminya, dia tak berniat untuk menikah lagi dan memilih untuk merawat anaknya seorang diri. Walaupun sudah berkali-kali orang tuanya menyuruhnya untuk menikah. Toh, banyak juga yang melamarnya, tapi tetap saja, tak ada lelaki yang dapat menaklukkan hati seorang janda satu anak itu.

Dan sekarang Sastya malah naksir pada Laila. Tapi sebuah kenyataan malah kebalikan. Laila selalu salah paham dengan kebaikan Sastya. Dia mengira jika Sastya menyukai anaknya Fatimah, tapi nyatanya malah sebaliknya.

"Awas lo!" kesal Sastya yang membuat Devan terkekeh.

"Tenang, Sa. Gue masih demen sama gadis," ucap Devan sengaja yang membuat Sastya mendengus sebal.

"Anj* lo!"

"Eehh ... sejak kapan lo belajar ngomong kotor begitu. Sini lo, gue cuci mulut lo pake deterjen!" marah Devan.

Sastya langsung saja berlari membuat Devan langsung mengejarnya. Raja yang sedari tadi diam hanya geleng-geleng kepala. Kisah cinta sahabatnya ini aneh-aneh semua. Langit yang terjebak dengan pernikahan yang tidak diinginkan, sekarang malah jadi bucin. Sastya yang anehnya malah suka sama janda. Riky yang selalu Raja anggap sebagai teman setia, malah berkhianat hanya karena cintanya.

Raja pun memutuskan untuk mengikuti kedua temannya itu yang malah bermain kejar-kejaran. Baru saja Raja ingin mengembangkan senyum karena melihat tingkah kedua sahabatnya, ia malah dikejutkan dengan seorang gadis yang malah mendorongnya sampai jatuh.

"Lo kan yang buat kakak gue masuk rumah sakit!" sentak gadis itu.

"Apa-apaan sih lo. Gue gak kenal sama lo," ucap Raja sembari berdiri dari jatuhnya.

"Gue adik Alta dan sekarang dia di rumah sakit," ungkapnya yang membuat Raja mengernyit.

"Lo salah orang," ucap Raja lalu meninggalkan gadis itu dengan amarahnya yang menggebu-gebu.

****
"Kak Bulan!!" teriak Shena lalu berlari dan tanpa di duga, ia malah meloncat ke arah Bulan. Tentu saja Bulan langsung menggendong tubuh mungil itu.

"Akhirnya kakak udah sekolah. Shena rindu tau," ucapnya yang membuat Bulan gemes.

Sedangkan Langit kini tersenyum hangat melihat interaksi keduanya. Mereka benar-benar lucu, ingin sekali Langit mengarungi keduanya lalu buang ke laut. Canda laut hehe.

"Shena, kak Bulannya aku bawa ke kelas dulu," kata Langit lalu merangkul Bulan dan pergi begitu saja meninggalkan Shena yang hanya bisa melongo.

"Gini amat, jomblo!" gumam Shena.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang