Setelah Langit keluar dari kamar mandi, Bulan hendak menanyakan apa yang terjadi kepada Langit, namun ia masih sedikit ragu. Merasa kalau dirinya belum pantas mengetahui privasi Langit.
Karena Langit terus saja diam dan terlihat tak memperdulikan keberadaan Bulan, Bulan pun memutuskan untuk berbaring dan tak lupa Bulan memunggungi Langit. Ia merasa canggung ketika melihat sikap Langit yang seperti ini.
Tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya yang membuat Bulan tersentak kaget.
"Maafkan aku!" ucap Langit tiba-tiba yang membuat Bulan mengernyit bingung.
"Untuk apa?" tanya Bulan heran.
Langit tak menjawab, dia hanya diam sembari mempererat pelukannya. Langit benar-benar membuat Bulan susah untuk tidur karena jantungnya yang berdetak tak normal.
****
"Guys!" panggil Sastya kepada Raja, Devan dan Riky.Ketiganya menoleh. "Langit," ucap Sastya lagi.
"Kenapa dengan Langit?" tanya Riky bingung.
"Dia masih mencintai Lia. Kemarin gue temuin dia yang kelihatan terpuruk banget di dalam kamarnya," jelas Sastya yang seketika membuat Raja mengepalkan tangannya.
"Kok bisa? Kemarin dia udah kelihatan bucin banget sama Bulan," heran Riky.
"Gue juga gak nyangka kalo dia sebenarnya masih terjebak dalam masa lalu," ucap Sastya.
"Udah, gak usah bahas itu. Biar Langit yang selesaiin, kita sebagai teman hanya bisa mendoakan yang terbaik buat pernikahannya itu," sela Devan.
****
Pagi ini tak seperti pagi biasa. Langit terlihat mendung, awan tebal menutupi cahaya matahari, rintikan hujan terdengar sedikit berisik ketika jatuh ke atap rumah. Bulan membuka mata perlahan ia menyapu isi kamarnya dan tak mendapatkan Langit.Bulan langsung bangkit dan cepat-cepat mandi karena jam yang sudah menunjukkan pukul 06.19.
Setelah mandi Bulan masih belum juga mendapatkan keberadaan Langit yang entah kemana perginya. Setelah memakai seragam putih abu-abunya, Bulan langsung keluar dan mendapatkan Zaiya serta Abi sedang duduk di ruang keluarga.
"Loh, Mama kira kamu sudah berangkat bareng Langit. Ternyata dia berangkat sendiri?" celetuk Zaiya karena tadi melihat Langit yang sudah keluar dari rumah dengan seragam putih abu-abunya. Tapi Zaiya mengira jika Bulan sudah berada diluar.
"Hmmm ... Bulan baru bangun, Ma. Tadi subuh setelah sholat subuh, Bulan malah ketiduran," jawab Bulan sembari tersenyum paksa.
"Kalau begitu, Bulan berangkat, Ma! Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumussalam."
Bulan pun keluar dari rumah, ia nampak berpikir sejenak. Ada apa dengan Langit? Apa dia sengaja menghindari Bulan. Apa Langit masih belum mencintainya?
Tapi, bukankah Langit sudah pernah mengutarakan perasaannya kepada Bulan? Jika kata-kata manis itu hanya kebohongan belaka, maka Bulan benar-benar kecewa.
Helaan napas terdengar begitu jelas. Bulan lalu beralih mengambil motor dan mengendarai sendiri tak seperti hari kemarin yang dimana ia berangkat bersama Langit walaupun dengan kendaraan yang berbeda.
Bulan mempercepat laju motornya karena hujan yang entah kenapa malah semakin deras. Bulan tak berniat untuk berhenti dan malah menerobos hujan.
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar klakson yang cukup keras membuat Bulan memelankan laju motornya. Sebuah motor sport pun menyeimbangkan laju motor Bulan.
"JANGAN MEMAKSA, SINGGAH SEBENTAR, NANTI KAMU BASAH!" teriaknya cukup kencang karena suaranya terbawa angin dan juga hujan.
Bulan tak membalas ucapannya dan langsung menepikan motornya di sebuah halte. Bulan langsung turun dan berlari ke arah halte. Orang itu juga langsung berlari ke arah halte juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Teen Fiction"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano