Bab 12 ~ Alta

7 4 0
                                    

Kini tepatnya di ruang tamu rumah Bulan sudah berkumpul dua keluarga. Semuanya hanya diam dengan pikiran masing-masing. Rudri masih tak menyangka jika Langit adalah anak dari teman bisnisnya yaitu Abi.

"Lalu bagaimana?" kini Mama tiri Bulan pun mengeluarkan pertanyaan. Ia terlalu malas jika ada tamu yang lama pulang. Jadi, dia ingin masalah ini cepat selesai.

"Saya akan menikahi Bulan."

Semua orang menoleh ke arah Langit yang tiba-tiba mengucapkan kata itu. Apa benar mereka semua tak salah mendengar jika Langit memutuskan untuk menikahi Bulan.

"Tuh kan, dari yang dia putuskan saja, itu sudah menggambarkan jika mereka berdua telah melakukan hal yang melewati batas," sarkas Siska dengan tatapan sinis.

Mendengar itu, Bulan menjadi tremor. Ia takut jika Rudri tau apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan juga Langit. Apa Rudri akan memarahi Bulan.

Udara malam ini cukup dingin, namun, tidak dengan Bulan yang sekarang ini malah berkeringat.

"Diam kamu Siska," ucap Rudri sedikit menekan. Walaupun begitu, ia tak mau jika anaknya dijelek-jelekkan seperti itu. Bulan tak serendah yang dikatakan Siska.

"Itu benar, om. Saya minta maaf karena telah menyentuh Bulan," jujur Langit.

Ia mengatakan ini bukan karena apa-apa. Tapi selama beberapa hari ini, Langit sudah berpikir keras, ia juga mencari tahu dalam agama tentang apa yang ia lakukan dan harus berbuat apa selanjutnya.

"APA!"

Kini giliran Abi yang terlihat marah. Tadinya Abi bersikap santai karena ia tau jika Langit tak akan berani berbuat hal konyol itu. Namun, dengan penuturan Langit membuatnya menjadi marah.

Abi berdiri lalu menarik kerah baju Langit dan memukul pipi Langit cukup keras. Hal itu membuat semua yang ada disitu terbelalak, terutama Zaiya. Zaiya lalu menarik tangan Abi, guna menahan Abi agar tak memukul anaknya itu.

"Uda Abi!" marah Zaiya.

"Udah gimana? Anak ini benar-benar g1la, kenapa dia berani menyentuh anak gadis orang," teriak Abi. Sedangkan Langit hanya diam, dia tau dia salah, tapi itu tak sepenuhnya kesalahannya.

"Maafin Langit. Tapi itu bukan kemauan Langit," ujar Langit yang membuat semua orang mengernyit bingung kecuali Bulan.

"Sudah aku duga. Ini pasti karena Bulan memaksa Langit untuk melakukannya." Semua orang kembali membalikan tubuh mereka mengadakan sumber suara yaitu Siska.

"Bukan. Lo jangan nuduh Bulan seperti itu. Bulan dan gue gak melakukan dengan sengaja. Semua ini real sebuah kecelakaan yang mengakibatkan hal buruk. Gue dijebak sama temen gue, mereka menaruh obat per4ngsang di minuman gue," jelas Langit sembari menahan rasa sakit di perut dan juga sudut bibirnya yang nampak mengeluarkan sedikit darah karena ulah Abi.

Setelah mendengar itu, semua orang menghela napas sembari duduk kembali. Menenangkan pikiran masing-masing dengan kejadian hari ini.

"Gue akan nikahin Bulan besok, walaupun hanya sebatas ijab kabul," putus Langit tanpa menanyakan pendapat dari orang tuanya dan juga orang tua Bulan.

Bulan yang mendengar itu hanya bisa diam, tak tahu membantah bagaimana lagi. Toh, dia disini jadi korban dan harus ada yang bertanggung jawab.

****
Disebuah ruangan yang cukup luas itu, terlihat empat inti BT sedang duduk dengan pikiran masing-masing.

"Ja? Lo gak ada dapat kabar dari Langit?" tanya Devan yang memang tak mengetahui kabar Langit yang tak hadir di hari ini.

"Gak!"

"Ini si Langit lagi belajar ngilang atau gimana? Kok gak kabari kita," timpal Sastya.

"Jangan-jangan dia lagi nangis di rumah karena masih belum bisa move on dari Lia," tebak Riky yang membuat Devan langsung memberikan jurus yang biasa ia lakukan kepada teman-temannya.

Pletak!

"Awss ... sakit ogep!" umpat Riky kala kepalanya di geplak oleh Devan.

"Lo sih, ngomongnya aneh ... Langit gak selemah itu sampe harus nangis-nangis segala," ucap Devan.

"Yah, kita kan gak tau. Apa yang Langit tunjukkan kepada kita itu benar-benar dirinya atau hanya sebuah topeng," kata  Riky yang mendapat jempolan dari Raja.

"Tumben lo waras," ucap Sastya sembari menepuk punggung Riky.

"Maksud lo, selama ini gue gila gitu?"

"Gue gak bilang gila ya? Lo sendiri yang ngomong."

"Anj ...." Belum sempat Riky mengumpat, tiba-tiba pintu terbuka dengan begitu keras.

Sontak semuanya beralih ke sumber suara. Disana sudah ada Alta yang tersenyum kearah mereka.

"Lo Ngapain ke markas BT, hah?" tanya Sastya sembari berdiri di barisan paling depan.

Sedangkan Riky terlihat was-was karena melihat banyaknya anggota All Star di luar sana, sedangkan mereka tidak memiliki anggota lainnya dan mereka hanya berempat.

"Mana Langit?"

"Gak ada," jawab Raja.

"Bohong!"

"Terserah," balas Raja lagi.

Alta pun menghembuskan napas, ia merasa kesal berbicara dengan orang seperti Raja ini.

"Keluar atau gue buat lo malu," bisik Raja, menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Alta mengepalkan tangannya lalu berbalik dan mengajak anak buahnya untuk kembali. Sedangkan Riky malah heboh sendiri karena merasa bahwa Raja terlihat keren tadi.

"G1la lo Ja. Lo keren banget," ucap Riky.

****
"Bismillahirrahmanirrahim ... Saya nikahkan engkau, Alfatah Langit Siregar dengan anak saya Bulan Aisyah Willano dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai," ucap Rudri menggerakkan tangannya yang menggenggam tangan Langit.

"Saya terima nikahnya Bulan Aisyah Willano dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!"

Kata 'sah' menggema di seluruh sudut rumah Bulan. Bulan yang berada didalam kamarnya hanya bisa diam tanpa ekspresi. Namun, air matanya luruh begitu saja.

"Cengeng amat ... kalo gak mau nikah muda, ya, jangan gatel sama cowok," ucap Siska yang merasa jengah melihat Bulan yang malah menangis.

Bulan tak menjawab. Tak lama Siska langsung mengantar Bulan keluar, walaupun itu hanya terpaksa.

Sesampainya di luar Bulan malah semakin menunduk, tak amu bertatapan dengan Langit yang diaman sudah sah menjadi suaminya. Bulan pun duduk disamping kiri Langit.

"Salim, nak," ucap Zaiya.

Sedangkan Bulan malah mengernyit bingung. Zaiya yang melihat itu hanya terkekeh lalu kembali berbisik.

"Kamu harus menyalimi tangan suamimu," ucap Zaiya lagi yang membuat Bulan bergidik geli ketika mendengar kata suami.

Dengan ragu, Bulan mengulurkan tangannya. Ketika Langit siap untuk menyambut tangan itu, tiba-tiba Bulan menarik kembali tangannya. Hal itu membuat beberapa saksi, kedua orang tua Langit serta Rudri malah tertawa.

Langit yang meras jengkel langsung menarik tangan Bulan, dan menatap Bulan dengan tajam. Bulan yang mendapat tatapan itu pun langsung saja meng3cup punggung tangan Langit.

Dan langit langsung meng3cup kening Bulan. Bulan yang mendapat perlakuan yang sedikit kasar itu merasa jengkel. Benar-benar tak ada romantis-romantisnya sama sekali.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang