Bab 22 ~ kemarahan Raja

7 4 2
                                    

Langit kini berada di rumah sakit menemani Shena karena sang Mama masih bekerja. Shena juga akan pulang ke rumah hari ini, jadi Langit akan menemaninya.

Setelah bersiap-siap Langit pun membantu Shena untuk bangkit dari ranjang dan menuntunnya berjalan. Baru saja mereka keluar dari ruangan Shena, tiba-tiba ponsel langit berdering.

"Kak, kok gak di angkat?" tanya Shena.

"Nanti aja di mobil. Dokter bilang, kamu belum bisa berdiri lama, jadi kita terus jalan aja sampe mobil," ucap Langit.

Shena pun mengangguk lalu berjalan lagi dengan perlahan dengan tangan Langit yang bertengger di bahunya. Lagi, sebuah deringan ponsel dari saku Langit terdengar begitu nyaring.

"Kak! Mungkin itu telepon penting," celetuk Shena. Namun, lagi-lagi Langit hanya menanggapinya dengan gelengan.

Shena hanya menghembuskan napas lalu kembali meneruskan jalannya. Sesampainya di mobil, dengan hati-hati Langit membantu Shena untuk masuk kedalam mobilnya. Yah, Langit sengaja membawa mobil karena sebelum menemui Shena, Langit sempat bagi-bagi makanan kotak ke tempat yang dimana disana terkumpul anak-anak yatim piatu yang memang tidak memiliki tempat tinggal sama sekali. Jadi, agar tidak kerepotan membawa banyak kotak makan, Langit pun meminjam mobil sang Papa.

Setelah duduk Shena terlihat nyaman, Langit pun cepat-cepat menaiki mobil lalu mengantar Shena ke rumahnya. Langit sudah lupa dengan panggilan telepon tadi.

"Kak Langit. Kakak suka ya sama kak Bulan?" tanya Shena.

"Kenapa nanya gitu?" Bukan menjawab, Langit malah bertanya balik membuat Shena tak tahu harus menjawab apa.

"Gak kenapa-napa sih. Kalo Kaka suka sama kak Bulan, kakak harus nyatain perasaan kakak aja. Takutnya dia diambil orang, apalagi kak Bulan deket dengan dua cowok ... bisa saja salah satu dari mereka memiliki perasaan sama kak Bulan," jelas Shena yang tentu saja itu menjadi masalah untuk Langit.

Langit terdiam memandang lurus kedepan. Langit tak mempermasalahkan jika Bulan dekat dengan pria lain, namun, masalahnya adalah Bulan dekat dengan temannya sendiri yaitu Raja. Jika Raja benar-benar menyukai Bulan, lalu bagaimana dengan Langit. Apa dia akan mengatakan yang sejujurnya kepada Raja. Tapi dia juga merasa kasihan kepada Raja.

"Kalo Bulan itu takdir aku, maka Bulan gak akan bersama orang lain, tapi kalo sebaliknya maka aku gak akan ganggu," balas Langit yang membuat Shena menghembuskan napas.

Balasan Langit diluar dugaan Shena. Shena mengira jika Langit akan memperjuangkan Bulan, namun, Shena hanya mendapatkan balasan yang sebaliknya.

****
Disisi lain kota, tepatnya di rumah Langit, Bulan tengah ketakutan setelah mendapat ancaman dari kotak yang dikirimkan tadi.

Hari sudah mulai sore, namun, anggota keluarga yang lain belum juga pulang. Zaiya entah apa yang ia lakukan di luar, Abi juga masih sibuk, dan Langit, seperti yang diketahui, jika dia sedang bersama Shena.

Sudah berapa kali Bulan menelpon Langit walaupun tangannya terus bergetar hebat karena takut. Bulan trauma akan ancaman. Dulu waktu SMP, Bulan juga pernah mendapat surat ancaman dan hampir saja dibunuh, namun itu sudah berakhir. Dan sekarang ia mendapat ancaman lagi entah dari siapa.

Kini Bulan tengah meringkuk di sudut ruang kamar tepatnya disamping meja. Ia begitu takut. Tangannya terus menutup telinganya, bayangan-bayangan ketika ia hampir di bun*uh itu terputar kembali.

Tiba-tiba dari luar terdengar pot bunga yang jatuh dan berbunyi begitu renyah. Hal itu membuat Bulan semakin takut.

"Mama, Bulan takut!" ucap Bulan dengan suara bergetar.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang