Tarikan napas panjang terdengar begitu jelas, dan Langit dengan cepat bangkit dari tidurnya. Jantungnya berdetak kencang, melihat sang istri yang tengah tertidur pulas.
"Astaghfirullahaladzim. Ternyata cuma mimpi," ucap Langit sembari mengusap puncuk kepala Bulan.
Langit tiba-tiba merasa takut ketika mengingat mimpinya tadi, terasa seperti nyata.
"Ya Allah, lindungilah keluarga kecil hamba, lindungilah istri hamba. Berikan dia kekuatan agar bisa menghadapi semuanya," ucap Langit memohon kepada sang pencipta.
Tiba-tiba kening Bulan berkerut menandakan ada yang ia rasakan. Perlahan mata Bulan terbuka, ia lalu mencengkram lengan Langit.
"Kenapa? Sakit lagi? Aku panggil dokter," ucap Langit tanpa menunggu jawaban dari Bulan.
Langit pun kembali bersama dokter. Pemeriksaan dimulai tiba-tiba air ketuban pun pecah membuat para perawat buru-buru memindahkan Bulan ke ruang bersalin. Langit juga ikut, ia terus saja melafazkan doa. Semoga sang istri baik-baik saja.
Setelah sampai disana dan sudah siapa dengan alat dan posisi. Bulan pun diperintahkan untuk mendorong bayinya agar bisa keluar.
"Dorong lagi!" ucap dokter itu.
Bulan terus saja mengerahkan kekuatannya walaupun rasanya terasa begitu sakit. Ia juga menggenggam tangan Langit kuat-kuat.
Setelah beberapa menit akhirnya bayi yang di nanti-nanti pun keluar membuat Langit langsung menatap Bulan, ia berharap Bulan tak memejamkan mata.
Dokter itu kembali memeriksa Bulan dan itu membuat sang dokter tersenyum.
"Masih ada satu lagi bayi yang belum keluar," ucap dokter itu membuat Bulan dan Langit saling berpandangan.
Setelah istirahat sejenak, Bulan kembali merasa akan melahirkan lagi, dengan refleks Bulan menguatkan genggamannya kepada tangan Langit. Dengan lancar, anak kedua pun keluar.
****
Disebuah ruang rawat rumah sakit, terlihat sekumpulan keluarga sedang berbincang-bincang sembari tertawa. Ada nenek dan kakek Langit dari mama, ada Zaiya dan Abi, Laila dan Sastya, Raja dan Cana, Salsa, Dera dan suaminya. Jangan lupa satu lagi yaitu Baby-teman lama Zaiya yang baru saja datang dari luar negeri bersama suaminya.Sedangkan Riky ada kuliah, Devan lagi kerja paruh waktu dan Shena, ia masih mengurus anaknya karena tidak ada yang menjaga bayinya.
"Waaah!! Gak nyangka kalo saya punya cicit kembar," ucap Bunda Zaiya yang sudah nampak tua itu.
"Siapa dulu dong yang buat!" timpal Abi membangga-banggakan.
"Papa apa-apaan sih?" kesal Langit karena merasa malu.
Semua orang disana tertawa melihat ekspresi Langit yang benar-benar terlihat malu. Laila pun mendekati dua box bayi itu. Ia tersenyum melihat wajah yang begitu mirip, sangat lucu.
"Apa mereka sudah punya nama?" tanya Laila membuat Bulan tersenyum.
"Sudah mbak!" jawab Langit.
Semua yang ada di ruangan itu pun bertanya siapa namanya, mereka benar-benar penasaran dengan nama yang di berikan.
"Nama yang cowok yaitu Abyasa Siregar dan perempuan yaitu Anindita," jawab Langit tersenyum senang.
"Wah, namanya bagus ya."
"Alhamdulillah," balas Langit.
***
Sekarang Bulan sudah berada di rumah. Sudah seminggu juga kelahiran anak kembarnya. Bulan benar-benar bahagia. Ternyata begini rasanya menjadi seorang ibu? Bulan kini tengah menyusui Anindita, sedangkan Abyasa sekarang tengah tertidur pulas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Teen Fiction"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano