Bab 39

10 4 0
                                    

Devan, Shena, Sastya, Raja dan juga Riky kini tengah duduk dengan pikiran masing-masing. Mata Riky menelisik kedua insan yang sempat ketangkap basah berdua.

"Kalian gak ngapa-ngapain kan?" tanya Riky dengan mata memicing.

"Yah, gak lah. Udah berapa kali gue jelasin," kesal Devan karena teman-temannya seakan tak mempercayainya.

"Kita gak ngapa-ngapain, kak," bela Shena karena dia juga merasa tak enak hati kepada Devan.

"Aah, mungkin saja memang mereka gak ngapa-ngapain semalam, tapi apa Devan gak ngapa-ngapain Shena? Secara dari penjelasan yang ada kalo Shena mabuk dan mungkin saja Devan ngapa-ngapain Shena, kan?" Pendapat dari Sastya itu membuat Devan melotot dan ingin membela diri, namun didahului oleh Riky.

"Wiih, bener tuh. Shen ... lo gak ngerasa ada yang aneh di punya lo?" tanya Riky blak-blakan yang membuat Shena mengernyit bingung.

"Aneh? Punya aku? Punya aku apa? Aku gak ngerti," ucap Shena sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gini amat kalo kejebak sama gadis polos." ucap Devan pasrah lalu menatap kembali teman-temannya.

"Sa, Ky, Ja ... gue berani sumpah, gue gak macem-macem sama Shena. Ganti bajunya aja aku pake penutup mata kok," jelas Devan lagi.

"Hah? Jadi yang ganti baju Shena itu lo, Dev?" Kali ini bukan hanya Riky dan Sastya yang kaget. Melainkan Raja juga.

Raja yang sedari tadi diam kini malah berdiri dan menarik kerah baju Devan.

"Lo ngapain ganti baju cewek, anj**," bentak Raja.

"Gue gak lihat ... gue merem."

"Tapi tangan lo kena kan?" tanya Raja yang membuat Devan terdiam.

Yah, siapa juga yang bisa memakaikan pakaian dengan mata tertutup, tentu saja itu sulit, kecuali dia meraba-raba dulu dimana dia akan mengawalinya. Dan tentu saja Devan tak sengaja menyentuh aset berharga milik Shena yang ada di atas pusat nya.

Sedangkan Shena yang mendengar percakapan itu hanya menatap dengan wajah polosnya. Shena benar-benar tak mengerti cara bicara keempatnya.

"Kalian bicara apa?" tanya Shena yang tentu saja membuat Keempat laki-laki menghembuskan napas kesal.

"Udah kalian. Gak usah berantem ... lebih baik gue anter Shena balik," ucap Sastya dan hendak mengajak Shena untuk balik.

"Tunggu! Gue aja yang anterin. Takutnya, Mama Shena malah marah sama lo ... kalo gue yang kena marah biarin aja. Toh, gue salah disini," jelas Devan lalu membawa Shena keluar dari markas BT.

****
Disisi lain kota, Langit, Bulan dan juga Zaiya baru selesai makan. Zaiya langsung pergi ke kamar untuk rebahan karena dia merasa malas, apa lagi akhir-akhir ini ia benar-benar selalu mual karena mengidam.

Sedangkan Bulan dan Langit kini duduk bersamaan di ruang keluarga sembari menonton tv. Selama menonton, ada rasa canggung yang meliputi keduanya. Aneh, padahal mereka sudah cukup lama tinggal serumah dan juga tidur sekamar.

"Katanya mau buat aku cinta sama kamu, kenapa kamu malah jauh-jauh?" tanya Langit.

"Hmm ... i-itu aku ...." Bulan tak meneruskan perkataannya dan lebih memilih untuk berdiri dan langsung duduk di samping Langit.

Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja Bulan langsung memeluk Langit dan membenamkan kepalanya di dada bidang milik Langit. Jantung Bulan berdetak begitu cepat, namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja.

"Lang? Kamu masih belum cinta sama aku?" tanya Bulan lirih.

"Belum tau, Lan. Tapi aku akan berusaha buat cinta sama kamu," jawab Langit.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang