Bab 42 ~ Liburan di Villa

7 5 0
                                    

Dua hari sudah berlalu setelah hari terakhir ujian. Langit dan yang lainnya kini sudah siap dengan bawaan masing-masing untuk pergi liburan di villa peninggalan kakek Langit yang berada di puncak. Bukan cuma Langit dan teman-teman, disini juga ada Bulan, Shena dan Salsa.

Salsa awalnya tak diizinkan untuk pergi tapi karena bujukan Langit kepada Mama Salsa alias Dera, alhasil Salsa pun dipercayakan kepada Langit.

(Yang pernah baca Terjebak Cinta Bocil pasti tau siapa Dera).

Perjalanan ke puncak kali ini benar-benar menyenangkan. Langit Bulan, Shena dan Salsa satu mobil. Lalu Sastya, Riky dan Devan satu mobil, sedangkan Raja memilih untuk menggunakan motor sendiri. Padahal ia sudah di ajak untuk semobil dengan ketiga temannya tapi dia menolak.

Di dalam mobil, Langit hanya diam, ia tak tahu harus berbicara apa kepada ketiga gadis itu. Mereka bertiga begitu asik dengan topik mereka, sedangkan Langit benar-benar tak bisa nimbrung sama sekali.

"Kalian gak lupa bawa peralatan mandi kan?" tanya Shena.

"Bawa lah. Gak mungkin kalau gak bawa, nanti mandinya gimana, aku kan gak bisa pake sabun orang lain," jawab Salsa.

Pertanyaan Shena benar-benar tak masuk akal. Bulan hanya geleng-geleng, kali ini dia tak ikut nimbrung dengan pembicaraan kedua bocah itu.

"Lang, masih jauh gak?" tanya Bulan karena sudah mulai merasa bosan.

"Gak lama lagi kok. Kamu ngantuk?"

Bulan pun membalas dengan anggukan. Sudah hampir satu jam mereka belum juga sampai membuat Bulan lelah.

"Ya udah, tidur aja. Nanti aku bangunin kalo udah sampai," ujar Langit selembut mungkin.

Salsa yang mendengar itu tersenyum kikuk. Pasalnya, baru kali ini ia mendengar Langit berbicara halus. Biasanya ia akan terus diam. Kalau Shena, dia sudah terbiasa mendengar suara lembut Langit, karena sewaktu dia jadi murid baru, Langit lah yang selalu menemaninya dan juga Bulan.

...

Di mobil lain terdapat Riky yang sudah ngorok karena memang dia benar-benar mengantuk. Selain karena perjalanan jauh, dia tidur juga karena begadang semalaman. Sedangkan Sastya hanya fokus menyetir dan Devan? Entahlah, mungkin dia sedang meditasi.

"Van, lo lagi meditasi?" tanya Sastya tiba-tiba membuat Devan menoleh.

"Gak, ngapain juga gue harus meditasi?"

"Yah, lo dari tadi diam mulu."

"Lo yang diam mulu, nyetirnya terlalu fokus," sela Devan.

"Yah, kalo gak fokus nanti terjadi apa-apa lagi, trus bukan menuju Villa malah menuju rumah sakit," ucap Sastya yang seketika membuat Devan terkekeh.

"Lo ngomong gak ada bae-bae nya. Selalu berpikiran buruk. Sekali-kali lah Jagan ke rumah sakit, langsung ke alam bakah aja," kata Devan yang membuat Sastya melotot.

"Kalo ke alam bakah mah, lo aja sendiri. Gue masih belum mau kesana, belum nikah sama Mbak Laila."

"Gak usah mikirin mbak Laila. Mungkin saja, dia sudah ada tambatan hati," celetuk Devan.

"Kalo udah ada, kenapa dia gak langsung nolak lamaran gue dan malah meminta waktu untuk berpikir," ucap Sastya santai.

Sedangkan Devan yang tadinya duduk santai dengan mata yang terus memandangi jalanan tiba-tiba merubah posisi miring, menghadap ke arah Sastya.

"Lo lamar mbak Laila?" tanya Devan tak percaya.

"Iya, tapi dia lagi butuh waktu untuk berpikir. Gak tau di terima apa gak."

"G1LA LO, SAS. Diam-diam lo ya? Kenapa gak diskusi sama kita-kita dulu?"

Riky yang tadinya tertidur nyenyak kini terbangun karena teriakan Devan.

"Emangnya masa depan gue ada sama kalian? Ini kan masa depan gue. Cinta gue," balas Sastya.

"Yah, maksud gue, setidaknya lo ngomong gitu biar kita tau dan doakan dari awal. Biar lamarannya lancar," ucap Devan.

"Kalian bahas apa sih? Kenapa udah ada lamaran- lamaran segala?" tanya Riky dengan suara seraknya.

"Nih, si Sastya udah ngelamar mbak janda," jawab Devan yang membuat Riky langsung duduk dengan lurus dan matanya yang sudah melebar.

****
Sedangkan Raja yang berada di belakang mobil Sastya kini hanya bisa memandangi jalan sendirian tanpa ada yang menemaninya. Matanya terus menelusuri pepohonan yang nampak besar-besar itu.

Entah kenapa pikirannya tiba-tiba menuju pada adik dari musuh BT. Memorinya terus terputar kepada wajah Cana.

"Apa-apaan ini, kenapa gue mikirin tuh cewek yang udah jelas-jelas dia adik dari musuh," kesal Raja.

Tak lama mobil Sastya pun berhenti, Raja pun langsung ikut berhenti lalu memarkirkan motornya. Semuanya sudah turun kecuali Langit dan Bulan yang masih berada di dalam mobil.

"Sayang!" panggil Langit pada sang istri.

"Sayang udah sampai," ucap Langit lagi tapi tak ada respon dari Bulan.

Melihat Bulan yang tak kunjung bangun, ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Bulan. Merasa kasihan pada Bulan. Langit pun turun dari mobil lebih dulu dan membantu teman-temannya untuk mengangkat barang-barang.

"Loh, Bulan mana?" tanya Riky setelah semua barang telah terkumpul.

"Ada di mobil. Ini gue mau ambil dia," jawab Langit.

"Ambil? Dia sakit?" tanya Raja.

"Gak, dia ketiduran, gak tega gue bangunin, jadi gue bantu kalian angkat barang, setelah itu aku gendong dia," balas Langit lagi yang membuat semua yang ada disitu berdehem cukup keras kecuali Raja.

"Eekhmm, gini amat dunianya para jomblo," pekik Riky yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Salsa.

"Kamu udah gak anggap aku pacar kamu?" kesal Salsa.

Ya, Salsa dan Riky sekarang sudah berpacaran, dan mungkin sudah hampir tiga mingguan mereka menjadi sepasang kekasih tanpa sepengetahuan orang tua Salsa tentunya.

"Hehe bercanda By," kekeh Riky.

Namun, sayang Salsa sudah terlanjur ngambek dan memilih untuk pergi dari sana. Riky yang melihat kepergian Salsa pun memilih untuk mengejarnya.

Tak lama terlihat Langit yang tengah menggendong Bulan masuk ke dalam Villa.

"Kalian kalo mau istirahat, milih aja kamar yang mana. Aku sama Bulan di kamar yang itu," tunjuk Langit pada kamar paling pojok.

"Main pojokan nieh," ledek Sastya yang tanpa sadar telah membuat satu hati terluka, siapa lagi kalau bukan Raja.

Dia sudah berulang kali meyakinkan dirinya untuk tidak mencintai Bulan lagi, tapi nyatanya itu susah.

"Apaan sih, gue dulu waktu liburan di Villa bareng sama ortu, gue tidur di kamar itu," kesal Langit lalu pergi meninggalkan empat orang disana dan menyisahkan Shena perempuan sendiri.

"Hmm, aku juga pamit," ucap Shena sembari tersenyum ke arah ketiga laki-laki itu dan langsung pergi memilih kamar.

"Kita tidur bareng ya, Ja?" tanya Sastya pada Raja.

"Gak, gue tidur sendiri," balasnya lalu pergi mencari kamar yang akan ia tempati.

Sastya hanya menghela napas pasrah. Sebenarnya ia ada rencana yang sudah dia atur bersama Devan dan Riky tadi. Mereka ingin Raja berbagi kamar di antara mereka. Karena mereka benar-benar ingin mengetahui hubungan antara Raja dan juga Cana.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang