Bab 48 ~ ziarah

4 4 0
                                    

Bulan dan Langit sudah berada di rumah. Bulan sedang duduk di sofa dibantu oleh Langit karena perutnya yang katanya baru lima bulan tapi sudah terlihat seperti tujuh atau delapan bulan. Bulan juga bingung, namun ia tak terlalu memikirkannya.

"Langit kalau seandainya ketika lahiran trus sesuatu terjadi sama aku dan bayi kita. Aku harap kamu memilih untuk menyelamatkan bayi kita," ucap Bulan tiba-tiba sembari menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik suaminya.

"Jangan ngomong sembarangan, kamu dan bayi kita akan baik-baik aja," sarkas Langit dengan wajah yang datar.

Ia tak mau jika Bulan mengatakan hal-hal seperti itu. Seharusnya Bulan berdoa yang terbaik bukan malah berkata yang tidak-tidak.

Bulan mendongak menatap Langit. Rahang tegas, kulit putih, dan juga hidung mancung, membuat Bulan terpanah dengan suaminya. Melihat wajah murung Langit, sontak Bulan mengelus pipi Langit sampai rahang.

"Iya sayang. Aku gak bakalan ngomong yang gak-gak. Senyum dong," ucap Bulan dengan tangan yang menangkup wajah Langit.

Namun, Langit nampak tak merubah ekspresi wajahnya. Bulan dengan senyum jahil langsung mendaratkan b1b1rnya ke b1b1r Langit lalu dengan singkat ia langsung melepaskannya dan tersenyum malu.

"Udah mulai nakal kamu ya?" kaget Langit menatap sang istri dengan raut tak percaya.

"Kamu sih, cemberut."

"Nih udah senyum," ucap Langit sembari menarik sudut bibirnya membentuk senyum manis yang membuat Bulan tak ingin mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

Bulan pun kembali memeluk Langit. Entahlah, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Perasaannya terlalu takut, ia takut untuk melahirkan. Melihat Zaiya kesakitan seperti tadi membuat Bulan takut.

****
Disisi lain, Riky sedang berada di taman bersama Salsa, mereka berdua memandangi langit malam yang nampak polos tanpa adanya bulan maupun bintang. Terasa benar-benar hampa.

"Kak!" panggil Salsa setelah setelah sekian lama saling diam.

"Hmm," jawab Riky dengan mata yang terus tertuju pada langit malam.

"Kenapa kakak masih terus sembunyikan hubungan kita sama Mama aku?"

"Karena belum waktunya mama kamu tau. Kalo aku udah sukses, aku akan langsung datang ke rumahmu," balas Riky yang lagi-lagi membuat Salsa kecewa.

Salsa langsung berdiri membuat Riky ikut berdiri.

"Mau kemana?" tanya Riky.

"Kita pulang aja kak. Cape," jawab Salsa.

"Kamu marah?"

Salsa menggeleng, kemudian menunjukkan senyumnya, yang tentu saja itu adalah senyum palsu, Riky tau itu.

"Ya udah, yuk aku anterin kamu balik," ujar Riky lalu menaiki motornya dan diikuti Salsa yang naik di jok belakang.

****
Pagi telah tiba, Bulan kini tengah mempersiapkan sarapan untuk Langit yang katanya ada kegiatan di kampus dan dia harus datang.

"Langit! Ayo makan dulu!" ajak Bulan berteriak dari dapur.

Tak lama munculah sosok yang yang Bulan tunggu. Namun, dia terlihat buru-buru sembari mengisi buku yang masih dipegang.

"Sayang, aku gak sarapan. Maaf ya sayang?" ucap Langit lalu mengambil bekal yang telah sang istri siapkan.

Langit lalu mengecup kening Bulan. "Aku pergi ya, Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam!"

Langit langsung saja pergi dengan terburu-buru. Bulan hanya menghela napas, ia lalu memilih untuk makan saja. Lama makan, tiba-tiba pikiran Bulan tertuju pada seseorang.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang