****
Bulan sekarang baru selesai menunaikan sholat subuh. Dan sekarang dirinya masih tetap duduk di atas sajadah dengan mukena yang belum juga ia lepas. Tak lama, terdengar pintu kamar terbuka yang ternyata Langit baru pulang dari masjid.
"Assalamu'alaikum!" ucap Langit.
"Wa'alaikumussalam," jawab Bulan.
Langit langsung menghampiri Bulan dan mengulurkan tangannya. Sebelum menerima uluran tangan itu, Bulan lebih dulu menatap Langit. Apa Bulan tidak mimpi saat ini? Mengapa setelah bangun dari tidur tadi, Langit bersikap lebih lembut dari pada yang biasanya.
Bulan pun menerima uluran tangan Langit lalu menc1umnya. "Maaf!" Satu kata itu membuat Bulan kembali melirik Langit.
Namun, Langit langsung pergi dan mengganti baju kokohnya dengan baju kaos, lagi, Bulan membuang pandangan karena Langit berganti pakaian tanpa memberitahu Bulan lebih dulu, agar Bulan keluar.
Setelah itu, Langit langsung duduk disamping Bulan. Hal itu membuat Bulan bingung, tapi Bulan tetap diam, ia tak mau bertengkar dengan Langit seperti di sekolah kemarin. Apa lagi, Bulan sempat membalas bentakan Langit.
"Gue minta maaf. Dan mari kita bicara baik-baik," kata Langit yang membuat Bulan mengalihkan pandangannya karena merasa ada yang aneh dengan jantungnya ketika mendengar suara lembut Langit.
"Bicara apa?" tanya Bulan masih terkesan jutek.
"Ternyata lo bisa jutek juga ya? Gue kirain lo nih, orangnya mudah memaafkan," ucap Langit.
Bulan mengernyit. "Aku juga manusia biasa, tentu saja bisa jutek," balas Bulan.
Entah kenapa dia bisa bersikap seperti ini kepada Langit, biasanya dia takut. Tapi, entahlah.
"Ya sudah. Mari kita bicarakan tentang kejadian kemarin. Apa betul yang ada direkaman cctv itu lo dan Shena?"
Bulan langsung mengangguk karena itu benar adanya. Sedangkan Langit mengernyit bingung.
"Kenapa lo ngedorong Shena?"
Bulan menghela napas mendapat pertanyaan itu. Kemarin, guru juga menanyakan itu, sudah Bulan jawab, tapi mereka tidak percaya dan sekarang Langit yang bertanya, apa jawaban Bulan akan dipercaya?
"Aku gak sengaja, Lang. Waktu kejadian itu, aku hampir jatuh karena kakiku kesandung, aku juga gak bisa berbuat apa-apa. Mau menarik Shena, tapi dia keburu jatuh," jelas Bulan dengan suara bergetar.
Bulan benar-benar melihat dengan begitu jelas bagaimana tubuh mungil itu terhempas dan terguling di tangga, namun, Bulan bukanlah pahlawan super yang bisa berlari sekencang kilat lalu menolong Shena.
Langit mengangguk menanggapinya, sedangkan Bulan sudah menunduk menunggu akan dimarahi oleh Langit. Namun, tak disangka. Langit malah memeluk tubuh Bulan yang masih dibaluti mukena itu.
Mata Bulan terbelalak, jantungnya berdebar begitu kencang. Dengan cepat Bulan langsung mendorong tubuh Langit agar menjauh darinya.
"Kenapa?" tanya Langit.
"A-aku gak nyaman," jawab Bulan lalu berdiri meninggalkan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Teen Fiction"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano