Bulan demi bulan telah berlalu, kini perut Zaiya sudah membesar dan memasuki usia sembilan bulan. Tak jauh dari Zaiya, Bulan pun kini sudah mengandung dengan usia kandungannya sekitar 5 bulan. Kini rumah di penuhi ibu-ibu hamil termasuk Shena.
Ya, setelah kejadian itu, Shena telah menikah dengan Devan dan dia juga sedang ha*mil, usia kandungannya sudah tujuh bulan.
Shena telah berhenti sekolah di sekolah dan memilih untuk Homeschooling karena perutnya yang semakin membesar, tak mungkin jika dia mempertahankan sekolahnya maka dia akan kena bully nantinya.
Usia kandungan Bulan dan Shena terpaut dua bulan karena Shena lebih dulu mengandung setelah itu baru Bulan
Shena, Bulan dan Zaiya kini duduk bersama di ruang tv sembari makan cemilan. Zaiya yang sudah berpengalaman tentang kehami*lan pun memberi tahu keduanya tentang kehami*lan sampai merawat anak, agar keduanya paham dan tak membuat kesalahan.
"Nak, Mama ke dalam dulu ya?" ucap Zaiya yang dibalas anggukan oleh Bulan dan Shena.
Tak lama terlihat Abi yang menyusul kepergian istrinya, membuat Bulan mengernyit. Tapi dia kembali berbincang-bincang dengan Shena.
Berselang beberapa menit tiba-tiba terlihat Abi yang berlari keluar dari kamar.
"Kenapa pa?" tanya Langit bingung.
"Mama kamu sepertinya udah mau lahiran," jawab Papa.
"Ya udah, papa bantu Mama, nanti Langit yang siapin mobil."
Abi kembali berlari masuk kamar untuk membawa istrinya keluar. Sedangkan Langit kini menyiapkan mobilnya, Bulan yang panik langsung berdiri dan membantu Abi untuk membopong tubuh Zaiya.
"Nak, kamu gak usah bantu Mama," ucap Zaiya dengan keringat yang bercucuran menahan sakit.
"Aku gak pa-pa," sela Bulan masih setia memapah tubuh Zaiya.
Shena hanya bisa menunjukkan wajah paniknya, ia tak bisa membantu, apalagi perutnya juga sudah semakin besar dan makin susah untuk bergerak.
Devan lalu cepat-cepat membuka pintu mobil dan Langit langsung mengambil posisi Bulan agar Bulan tak repot-repot membantu Zaiya, takut jika ia malah kenapa-kenapa.
"Devan, kamu bawa Shena pulang aja, dia juga pasti butuh istirahat. Nanti kalo terlalu cape, calon bayi kalian bisa kenapa-kenapa," jelas Abi selembut mungkin agar kedua remaja itu mengerti.
Shena dan Devan pun menurut dan langsung pulang.
Mobil Langit pun melesat lebih awal, setelah itu, mobil Devan pun melesat meninggalkan pekarangan rumah Langit.
****
Kini Zaiya sudah berada di dalam ruang bersalin dan ditemani sang suami. Sedangkan Langit dan Bulan menunggu di luar dengan wajah cemas."Sayang, aku takut," ucap Bulan tiba-tiba membuat Langit mengernyit bingung.
"Takut kenapa?"
"Takut lahiran. Tadi Mama kelihatan kesakitan gitu," jawab Bulan sedikit manja. Mungkin saja karena pengaruh keha*milannya.
Mendengar jawaban dari Bulan, Langit pun terdiam. Ia juga merasa khawatir sekarang, ia juga tiba-tiba merasa bersalah. Karena Bulan masih terlihat panik, Langit pun memeluk Bulan lalu mengusap-usap kepala Bulan sayang.
"Gak pa-pa, kamu pasti bisa kok," ucap Langit sembari mengusap-usap perut Bulan yang sudah besar itu.
Prang!
Keduanya menoleh melihat seorang nenek yang terjatuh. Bulan refleks melepas pelukan mereka dan menghampiri nenek itu.
"Nenek gak pa-pa?" tanya Bulan sembari membantu nenek itu berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Roman pour Adolescents"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano