Langit sudah gelap namun, Langit masih saja belum datang. Bulan juga baru selesai sholat isya.
Hujan semakin deras sedari sore tadi
Hal itu membuat Bulan semakin khawatir.Duaarrr!!
"Astaghfirullah," ucap Bulan karena merasa terkejut dengan gemuruh yang tiba-tiba berbunyi begitu kencang.
Ting! Tong!
Bulan yang masih melamun pun terkejut mendengar bel pintu yang berbunyi. Dengan cepat Bulan berlari tanpa melepas mukenanya. Sesampainya di pintu Bulan langsung membuka pintu rumah. Alangkah terkejutnya Bulan melihat Langit yang sudah basah kuyup.
"Astaghfirullah, Langit! Ayo!" ajak Bulan langsung menarik Langit yang hanya diam tanpa ekspresi.
"Ganti baju kamu," Langit hanya menurut ketika tangannya ditarik.
Pandangannya terlihat kosong, dan itu semakin membuat Bulan khawatir dan takut. Apalagi Zaiya dan Abi tidak pulang.
Sesampainya di kamar Bulan langsung mengambilkan baju untuk Langit yang tentu saja masih tetap diam.
"Ayo, ganti baju kamu, aku tunggu di depan," ucap Bulan langsung memilih keluar.
Setelah berada di luar Bulan pun langsung menuju dapur untuk membuatkan Langit sup. Setelah selesai buat sup, Bulan langsung menuju kamar dan mendapatkan Langit yang sudah berbaring di tempat tidur.
Bulan hanya menghela napas lalu mendekati Langit.
"Langit!" panggil Bulan.
"Lia!" gumam Langit tanpa sadar.
Deg!
Bulan mematung kala mendengar Langit mengucapkan nama Lia. Ia tak marah, hanya saja Bulan merasa kecewa. Lagi? Langit masih terjebak dalam masa lalunya.
Buliran bening tiba-tiba menetes begitu saja dari mata Bulan.
"Lia!" gumamnya lagi dengan alis berkerut.
Bulan langsung menyeka air matanya dan melihat kembali Langit yang nampak gusar.
"LIA!!" kali ini, suara Langit semakin meninggi membuat Bulan merasa khawatir.
"Langit bangun! Langit! Kamu kenapa?" panggil Bulan sembari mengguncang pelan tubuh Langit.
"LIAAA!!" teriak Langit langsung terduduk.
Sedangkan Bulan ia terhempas karena Langit yang tiba-tiba bangun dan tanpa sengaja tangan Langit mengenai wajah Bulan.
Punggung Bulan terbentur sudut meja, membuat Bulan harus menahan napasnya karena sakit yang begitu luar biasa.
"Bulan!" kaget Langit lalu menghampiri Bulan yang masih menahan sakit.
"Bulan, maaf! Gue gak sengaja," ucap Langit sembari membantu Bulan untuk berdiri.
"Gak usah, Lang. Gue bisa sendiri," ucap Bulan menepis tangan Langit.
Langit yang melihat sikap Bulan itu hanya mengernyit bingung, tapi didetik berikutnya Langit membuang terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan yang membuatnya semakin stress. Dia sekarang masih terus memikirkan bagaiman dengan masalah Bulan ini. Apa dia harus memberitahu yang sebenarnya atau tidak.
Drrrttt!
Langit menoleh ke meja yang dimana ponselnya berdering dan tertera nama 'Mama Shena'. Langit langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo tante?"
"...."
"Oh iya tante. Aku kesana," ucap Langit terlihat panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Teen Fiction"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano