Setelah kepergian Langit, Bulan langsung saja terduduk lemah di lantai. Air matanya luruh begitu saja. Dia tidak menyangka jika, Masalah tadi mengakibatkan dirinya dalam masalah besar.
Bulan memeluk tubuhnya sendiri. Menangis sejadi-jadinya tanpa ada yang mengetahui. Sakit? Itu sudah pasti. Kata-kata Langit benar-benar menyakitinya.
Apa setelah ini Bulan masih tetap diterima dikeluarga Langit, apa Mama Langit masih mau menerimanya?
Bulan kini menenggelamkan wajahnya di antara lutut. Membiarkan isakannya keluar.
"Gue percaya sama lo, Lan."
Bulan mengangkat pandangannya, melihat orang yang berdiri di hadapannya membuatnya semakin menangis. Kenapa bukan Langit? Kenapa bukan dia yang percaya kepada Bulan?
Pria itu berjongkok sembari mengusap kepala Bulan. "Jangan nangis, Lan," ucap pria itu.
"Semua orang udah gak percaya sama aku, kak. Bagaimana aku menjalani hidup ini? Aku sudah mengecewakan banyak orang, kak," ujar Bulan dengan suara bergetar.
Pria itu langsung memeluk tubuh Bulan. Ia berharap jika pelukannya itu bisa menenangkan Bulan, namun, nyatanya tidak. Bulan malah semakin menangis. Selain menangisi kesalahannya itu, Bulan juga takut jika Langit akan terus membencinya.
"Ada gue, Lan. Gue percaya sama lo," ucap laki-laki itu.
"Raja?" Suara itu mengalihkan keduanya.
Yah, yang menenangkan Bulan adalah Raja. Hanya Raja yang mempercayainya.
"Lo ngapain deket-deket sama pembunuh?" ucap orang itu yang tak lain adalah Karang.
"Terserah gue. Kalo lo gak percaya sama Bulan. Lebih baik lo pergi aja, ngapain urus hidup gue."
Karang terbelalak mendengar Raja yang tumben mengucapkan cukup banyak kata. Padahal ia biasanya malas.
"Ayo Bulan. Gue anterin lo balik!" ucap Raja lalu menarik tangan Bulan untuk pergi.
Sedangkan Karang kini hanya bisa melihat kepergian keduanya. "Gue bingung, Raja. Gue bingung harus percaya sama Bulan atau bukti itu," monolog Karang dengan wajah sendu.
.....
"Kak, aku akan pulang sendiri," ucap Bulan."Gue anterin aja. Kan cuma diseberang jalan," kata Raja.
Sedangkan Bulan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia harus bicara bagaimana agar Raja tidak mengantarnya pulang, pasalnya Bulan sekarang mau pulang ke rumah Langit.
"Gak usah kak. Aku udah pindah rumah, cukup jauh," balas Bulan.
"Ya udah, gue tetap anterin lo."
Bulan semakin bingung harus mengatakan alasan apa lagi. Tiba-tiba Langit datang menghampiri mereka dengan wajah sinis.
"Lo ngapain deket-deket sama pembunuh, Ja? Seharusnya lo jauhin dia," ujar Langit.
Raja hanya diam, ia tak mau jika membalas ucapan Langit, maka masalah akan semakin rumit.
"Gue jadi curiga, kematian Lia bukan hanya karena penyakitnya ... ini pasti karena lo juga kan?" ucap Langit menunjuk Bulan yang menunduk.
Raja yang melihat perubahan Langit ini tak percaya. Langit yang terlihat penyayang, pendiam, lembut. Kenapa bisa berkata kasar seperti ini kepada seorang wanita?
"Karena lo mau nikah sama gue kan? Jadi lo sengaja mempercepat kematian Lia. IYA KAN? JAWAB BULAN!!" bentak Langit yang membuat Bulan memejamkan mata.
Kalau soal menikah, kenapa Langit menyalahkan Bulan. Bukankah itu kesalahannya sendiri yang menyentuh Bulan? Langit benar-benar dibutakan oleh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Novela Juvenil"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano