***
Dua Minggu sudah berlalu
Langit sekarang sudah kembali masuk sekolah setelah diskorsing selama dua minggu dan selama itu juga, Langit sudah tak pernah berkomunikasi dengan Raja. Sebenarnya Langit sudah beberapa kali menghubungi Raja, sampai-sampai mendatangi rumah Raja, tapi ia selalu tak ada.Sebelum meneruskan jalannya menuju kelas, Langit lebih dulu membelokkan langkahnya menuju ruangan yang biasa mereka tempatkan sebagai tempat peristirahatan geng BT ketika jam istirahat atau jam kosong.
Sesampainya disana, Langit langsung memasuki ruangan itu, disana sudah terdapat para anggota inti. Langit juga sempat menoleh ke arah Raja yang nampak seperti hari-hari sebelumnya. Dimana Raja yang hanya diam dan fokus dengan game di ponselnya.
"Akhirnya kita ngumpul lagi," ujar Devan sembari menghampiri Langit.
"Gue mau ke kantin, ada yang mau nitip gak? Biar gue gak bolak-balik," ucap Sastya yang sudah berdiri hendak membeli minum di kantin.
"Gue titip janda ya!" kata Devan yang membuat Sastya mendengus sebal.
Ya, alasan Devan mengatakan itu, karena sengaja meledek Sastya yang ternyata naksir sama tetangganya yang notabenenya seorang janda anak satu yang berusia sebelas tahun. Walaupun janda tapi dia masih terlihat awet muda. Dia masih cantik. Tapi yang buat Sastya semakin tertarik yaitu, wanita itu adalah wanita berhijab dan pandai tentang agama dan juga sopan.
"Lo sengaja ngeledek gue?" sarkas Sastya.
"Eeii ... santai, gue cuma bercanda doang," kekeh Devan.
Sastya dengan kesal langsung pergi. Riky yang melihat itu pun mengikut Sastya ke kantin.
Setelah kepergian kedua anggota inti, Devan pun bercerita tentang hari-harinya yang hanya rebahan di rumah akibat skorsing yang mereka dapat dikarenakan membuat kekacauan disekolah.
Namun, rasanya tak seru. Devan kemudian melirik keduanya yang nampak saling diam. Yah, walaupun memang Raja jarang bicara, tapi biasanya Raja akan menghentikan kegiatan gamenya dan mendengar celotehan teman-temannya dengan mata yang fokus kepada sang pembicara. Sedangkan Langit, dia pasti akan ikut nimbrung.
Tapi ini, mereka berdua hanya diam sembari menatap layar ponsel masing-masing.
"Kalian gak seru!" ucap Devan lalu memilih mendudukkan dirinya di samping Langit.
Sudah cape Devan berbicara panjang lebar, namun keduanya malah fokus di kegiatan masing-masing.
Langit tiba-tiba berdiri dan menghampiri Raja. Raja yang mengetahui keberadaan Langit langsung menghentikan gamenya dan menatap Langit dengan nyalang.
"Lo jangan deket-deket Bulan. Walau bagaimanapun, Bulan udah jadi istri gue ... dia adalah tanggungjawab gue," jelas Langit dengan tenang.
Raja terkekeh mendengar ucapan Langit barusan. "Tanggungjawab lo? Yang bener saja lo. Tanggung jawab mana yang lo maksud?" sinis Raja.
Langit hanya menghela napas berusaha tidak marah. Dia tidak mau bertengkar dengan Raja.
"Raja! Gue sekarang lagi berusaha buat cinta sama dia. Sebagai teman, lo seharunya bantu gue, Ja. Gue udah berusaha ikhlasin Lia dan memulai hidup baru bersama Bulan," ungkap Langit sungguh-sungguh.
Wajah Raja yang tadinya memandang remeh, kini menjadi datar kembali. Raja lalu mengambil ponselnya lagi dan meneruskan gamenya yang sempat tertunda.
"Tunggu-tunggu ... kalian sebenarnya lagi bahas apa sih? Kenapa dengan Bulan?" tanya Devan yang benar-benar tak mengerti alur pembicaraan kedua temannya ini.
"Bulan istri gue," jawab Langit, ia sekarang tak takut jika teman-temannya mengetahui statusnya dengan Bulan.
Toh, dia juga percaya kepada mereka.
Raja yang mendengar pengakuan dari Langit langsung saja mengangkat pandangannya. Apa barusan, Raja tak salah dengar, apa pengakuan tadi adalah bukti cinta Langit kepada Bulan?
"Lo beneran udah cinta sama Bulan?"
Kali ini Raja pun membuka suara. "Kalo dibilang cinta, gue belum yakin ... tapi gue akan usahain itu," jawab Langit.
"Awas aja lo nyakitin Bulan. Kalo seandainya itu terjadi, gue bakalan ambil Bulan dari lo," ancam Raja. Entah itu candaan atau bukan.
Devan yang mendengar itu hanya bisa mematung. Masih tak percaya jika Langit telah menikah dengan Bulan dan juga satu kejutan lagi, yang ternyata Raja menyukai Bulan juga. Benar-benar diluar dugaan Devan.
"Kalian gak masuk kelas? Gue duluan ya, bu Rini pasti udah masuk. Dan kalo sebentar gue gak nimbrung, berarti ada urusan," ucap Langit lalu berlari tanpa mendengar balasan.
***
Kini mata pelajaran telah berakhir dan digantikan dengan jam istirahat. Langit langsung menuju tempat yang dimana Shena terjatuh. Sesampainya di tangga, Langit langsung memperhatikan tempat sekitar.Matanya menatap ke arah tangga atas yang katanya itu adalah arah kamera yang merekam kejadian itu. Langit pun menaiki tangga tersebut, tak ada kamera cctv disitu. Itu artinya rekaman tersebut bukan rekaman cctv.
Langit kembali turun dan menatap cctv sebelah kiri. Ia kemudian menuju ruangan cctv.
"Pak, izinin saya masuk, saya harus melihat rekaman cctv yang ada dilantai dua tepatnya depan kelas XI," ucap Langit.
"Maaf, tapi siswa dilarang masuk ke ruangan ini," balas penjaga ruangan cctv tersebut.
"Pak, ini itu mendesak. Saya harus buktikan sesuatu!" mohon Langit tapi laki-laki paruh baya itu masih tetap mempertahankan peraturan.
"Maaf, pak." Dengan wajah sedikit meringis, Langit langsung memukul tengkuk pria itu sampai pingsan lalu memasuki ruangan cctv tersebut.
Langit pun langsung mencari rekaman mana yang berada tepat di depan kelas XI tapi tak ada sama sekali. Ia juga sudah berusaha mencari tanggal dan jam terjadinya kerusuhan itu, tapi tetap tak ada.
Langit hanya menghela napas kesal. Bagaimana dia bisa membuktikan kalau Bulan tak bersalah? Mata Langit tiba-tiba memicing.
****
Disisi lain, Riky tengah berlari menghampiri Salsa yang sedang sarapan bersama Karang."Helooww!!!" sapa Riky.
Salsa hanya mendengus sebal, menurutnya Riky ini adalah pengganggu.
"Udah baikkan nih?" Mendengar pertanyaan Riky itu membuat Salsa melotot. Salsa tak mau jika Karang tau kalau dirinya curhat kepada Riky.
"Lo cerita masalah kita sama orang lain?" tanya Karang pada Salsa dengan datarnya.
"Gak ... Salsa gak cerita sama gue. Gue gak sengaja lihat lo berdua berantem. Heran gue, padahal kalian tuh sahabatan, seharusnya gak berantem," ucap Riky sembari menyeruput minuman yang ia pesan.
"Bukan urusan lo," kesal Karang lalu pergi tanpa menghabiskan makanannya.
"Lo mau kemana? Ngejar Karang?" tanya Riky karena melihat Salsa yang hendak berdiri.
"Iya lah," sarkas Salsa.
"B*d*h!!" umpat Riky.
Salsa yang mendengar itu malah terkekeh. "Trus apa bedanya sama lo? Cuma karena mau deketin gue, lo malah bantu gue ngefitnah orang lain. Dan lo kira gue bakalan suka sama lo? Jadi jangan bilang kalo gue b*d*b karena itu juga ada di diri lo."
Setelah mengatakan itu, Salsa langsung pergi meninggalkan Riky yang hanya diam dengan wajah datar.
"RIKY ANJ*!!!"
Riky menoleh melihat Langit yang berjalan cepat menuju ke arahnya dan ....
Bukh!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Diantara Bulan dan Langit
Fiksi Remaja"Mungkin kamu tak akan melirikku walaupun sesaat. Tetapi setidaknya, jangan kamu tunjukkan sesuatu yang membuatku sakit" ~ Bulan Aisyah Willano