Bab 50 ~ siapa??

4 5 0
                                    

Dua hari telah berlalu, Bulan masih tak kunjung ditemukan. Langit benar-benar kacau saat ini. Zaiya juga sudah mengetahui menantunya yang hilang.

Polisi pun masih terus mencari keberadaan Bulan. Sedangkan Langit saat ini terus saja duduk di atas sajadah, terus mengaduh kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdoa semoga istri dan calon bayinya bisa ditemukan secepatnya.

Setetes buliran bening jatuh tanpa izin Langit. Bulan benar-benar hilang bagaikan ditelan bumi. Tak ada jejak yang mereka temukan.

"Bulan!"

Nama itu terus saja Langit ucapkan. Jika ada keajaiban, ia berharap Bulan bisa mendengar suaranya.

****
Disis lain Cana yang baru saja keluar kamar hendak bertemu dengan Raja terkejut ketika mendengar jeritan seseorang. Cana mengernyit bingung dan memilih mencari sumber suara, namun langkahnya terhenti karena Alta yang tiba-tiba saja keluar dari ruangan yang Cana yakini ada suara seseorang disana.

"Ngapain lo?" tanya Alta sinis.

"Gak ngapa-ngapain. Tadi gue denger ada suara jeritan. Siapa?" tanya Cana sembari menelisik ekspresi Alta yang nampak biasa saja.

"Gak ada siapa-siapa. Tadi gue nonton film," jawab Alta lalu pergi meninggalkan Cana sendiri.

Cana hanya mengedikkan bahunya lalu memilih untuk pergi menuju rumah Raja. Sebelum berangkat, Cana tersenyum menatap layar ponselnya lalu meletakkan di telinganya.

"Halo, gimana? Aman?" tanya Cana.

"...."

"Ya udah, jaga baik-baik," kata Cana lalu mematikan panggilan telepon dengan senyum smirk.

Kemudian Cana pun memilih untuk menemui Raja.

****
"Kak, gimana sama kak Bulan?" tanya seorang perempuan dengan perut buncitnya itu.

"Belum juga ketemu. Aku juga gak tau haru cari Bulan kemana? Dia benar-benar hilang tanpa adanya jejak sedikitpun," jelas Devan pada sang istri.

Shena terdiam, ia berusaha berpikir, apakah ada tempat yang spesial untuk Bulan kunjungi, tapi sayangnya dia tak tahu sama sekali.

****
Fatimah sekarang sedang bekerja di rumah Karang. Ia sedikit lelah, jadi Fatimah memilih untuk istirahat sejenak. Matanya tiba-tiba menangkap sebuah gambar yang berada di layar ponsel Karang.

"Loh, ini kan Kak Bulan, temennya Aba. Kenapa Kak Karang nyimpen foto Kak Bulan?"

Fatimah nampak bingung tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa semakin aneh. Dadanya, ia merasa ada sesuatu disana, merasa seperti sakit tapi tak tahu apa penyebabnya.

"Fatimah?"

Fatimah terkejut dan langsung menoleh ke arah Karang yang nampak menelisik pergerakan Fatimah.

"Kamu ngapain?"

"G-gak ngapa-ngapain, kak. Cuma istirahat doang, cape soalnya," jawab Fatimah gelagapan. "Aku pamit ke dapur," sambung Fatimah lalu pergi dari hadapan Karang.

Karang mengernyit kemudian ia berbalik menatap kepergian Fatimah. Karang pun mengambil ponselnya.

"Apa dia lihat foto Bulan?" monolog Karang.

Sedangkan di dapur, Fatimah nampak menarik napas dan menghembuskan dengan kasar. Merasa jantungnya dag-dig-dug seerr. Apalagi mengingat ekspresi Karang yang nampak berbeda seperti biasanya.

"Kamu melihat ponsel ku?"

Mata Fatimah melotot mendengar pertanyaan dari karang. Ragu-ragu, Fatimah berbalik, menelan salivanya dengan susah payah.

Diantara Bulan dan LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang