Evening Story

364 110 0
                                    

          Matahari perlahan mulai tergelincir. Lampu-lampu perlahan mulai menerangi jalanan kota Seoul. Mobil Toyota Supra GR itu perlahan memasuki garasi sebuah rumah berlantai tiga di daerah Hannam. 

        Beberapa orang pria berpakaian jas hitam lengkap telah menyambut nya di ambang pintu. Jinny segera keluar dari dalam mobil setelah memastikan brang-barang nya tidak ada yang tertinggal. Terlihat lelaki itu membungkukan badan, memberikan hormat.

"Selamat sore, Nona Park." sapanya dengan sopan.

"Selamat sore, apakah aku terlambat?" Jinny segera masuk ke dalam melalui pintu basement rumah itu.

"Tidak, dia telah menunggu anda diatas." jelas nya.

"Oke terimakasih."

Jinny segera menaiki lift menuju lantai tiga rumah mewah bergaya skandinavian itu.

Ting ....

        Pintu lift terbuka, hawa dingin segera menyeruak di kulit wajah nya. Barang-barang mewah tersebar menghiasi interior di dalam rumah. Terdengar music jazz menggema di ruangan itu. 

       Dia sedikit heran mencari empunya rumah yang belum terlihat. Kaki nya melangkah menuju dapur dimana ia melihat seseorang dengan pakaian kasual nya sedang asyik bersenandung sembari memotong beberapa buah-buahan.

       Jinny hanya tersenyum mengetahui orang itu belum menyadari kehadiran nya. Wanita berambut panjang terurai itu membalikan badan, terkejut menatap seseorang telah memperhatikan nya sedari tadi. Bola mata nya melebar tak percaya bahwa orang yang sedari tadi ditunggu telah menampakan batang hidung nya.

"Jinny ...." pekik nya sembari tersenyum.

       Jinny hanya merentangkan kedua tangan sembari tersenyum. Wanita itu berjalan mendekat sembari mengumbar senyum. Mereka saling mencium pipi kemudian berpelukan sejenak dengan erat. 

       Bau wangi tubuh nya kembali terhirup melalui indera penciuman gadis California itu. Jinny membenamkan kepalanya di tengkuk gadis itu, kenapa pelukan hangat nya selalu membuat nya nyaman?

"Hei, apakah kamu tidak apa-apa?" gadis itu menatap nya dengan khawatir.

"Nee, aku tidak apa-apa, eonni." Jinny kembali tersenyum.

"Aku akan mengambilkanmu minuman dulu, kamu boleh menunggu di balkoni. Tempat favoritmu itu." Dia mengusap rambut Jinny dengan lembut.

"Oke, aku akan kesana. Kamu jangan lah berlama-lama, eonni."

"Aku tidak akan lama, sayang."

Wanita itu tersenyum sembari membelai rambut pink Jinny. Dia segera melepas genggaman tangan Jinny dengan perlahan.

[BALKONI]

[JINNY POV]

        Aku berjalan perlahan membuka akses pintu kaca menuju balkoni rumah itu. Ini adalah salah satu tempat favoritku di rumah ini karena bisa langsung memandang sungai Han yang sangat indah jika malam hari. 

      Semeribit angin langsung mengibaskan rambut panjang ku. Aku bersandar pada pembatas kaca, memandang gemerlap lampu sepanjang pinggiran sungai itu.

"Aku kira kamu akan mangkir lagi seperti minggu kemarin, Jinny." suara IU eonni memecahkan lamunan ku.

         Dia adalah salah satu psikolog keluarga kami yang dipekerjakan sejak lima tahun terakhir. Memang psikolog keluarga kami bukan hanya dia saja, tetapi aku lebih nyaman ketika dia mulai ditugas kan untuk menjadi penasihat pribadiku. Selain dia cantik, pintar dan komunikatif, hal yang aku sukai lain nya adalah dia bisa menjadi partner in crime ku.

THE SECRET OF SACREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang