Park Jinny, seorang mahasiswa seni yang berasal dari Los Angeles California merupakan pewaris tunggal perusahaan global dan salah satu chaebol nomor wahid di Korea.
Ia harus berjuang keras dalam menghadapi rasa trauma nya selama lima belas tahun te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara decit roda brankar terdengar begitu kasar saat menjemput seseorang yang baru saja di keluarkan dari sebuah ambulance.
Beberapa dokter dan tenaga medis yang menerima nya segera membawa brankar itu ke dalam ruang unit emergency Rumah Sakit Universitas Konkuk.
Gadis bermata sembab yang berusaha menahan isak tangis nya turut berlari, mendorong brankar itu dengan air mata yang tidak henti-hentinya berlinang.
Jika bisa, ia lebih memilih menggantikan gadis berambut pink yang kini tengah terpejam dengan tubuh dingin nya sekarang.
Brankar itu telah masuk ke salah satu zona bergaris merah di ruang unit emergency Rumah Sakit. Beberapa dokter dan perawat segera memasang alat-alat monitor tanda - tanda vital dan memeriksa tingkat kesadaran nya.
"Nona tolong keluar dahulu, kami akan melakukan pemeriksaan dan beberapa tindakan dengan segera." Seorang perawat wanita mendorong gadis yang masih kalut dengan tangisan itu untuk menjauh dari bed pasien.
"Tolong selamatkan dia, please."
"Kami akan berusaha yang terbaik dan semaksimal mungkin. Tolong anda tunggu dulu di luar." Perawat itu meyakinkan.
Dita Karang memundurkan langkah nya perlahan, mempercayakan keselamatan kekasih nya kepada tenaga medis yang masih berusaha dengan beberapa tindakan yang tidak ia ketahui sebagai awam. Gadis itu masih berlinang air mata.
Takut, cemas dan bingung itu yang ia rasakan saat ini. Selama di ambulance ia telah menelfon Lea dan Soodam untuk segera menyusulnya ke rumah sakit, tetapi kedua gadis itu belum juga tampak tanda-tanda kedatangan nya.
"Nadinya, semakin melemah dokter." suara salah satu perawat terdengar.
Dita kembali memandang ke arah tempat dimana kekasih nya terbaring. Mata sembab nya membulat, melihat layar monitor yang semakin memperlihatkan tanda-tanda vital nya semakin menurun.
"No Jinny ... kamu nggak bisa ninggalin aku dengan cara seperti ini. Ini terlalu jahat, Jin. Ini terlalu kejam. Kumohon bangunlah." gumam nya dalam hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
