Long Distance

324 107 1
                                    

"Naneun nega eodi issdeun neoleul hangsang saranghanda. Geongang-eul dolbwajuseyo, nee? Naneun dangsin-ui wangsilo dol-aganeun geos-eul gidaligoissda. Naneun neoleul saranghanda."

"Aku selalu mencintaimu dimana pun kamu berada, Hon. Tolong jaga kesehatan mu. Aku menunggu kepulangan mu dengan segera. Aku mencintaimu."

----------------------------

[Author POV]

          Jinny memutar pesan suara yang Dita kirimkan beberapa saat setelah mereka berpisah di depan pintu unit apartemen nya. Dia memutar nya berkali-kali karena ia benar-benar tengah merindukan nya saat ini. 

         Jika ada lirik lagu yang mengatakan bahwa "cinta kadang - kadang tidak ada logika" maka itu benar adanya. Entah kekuatan apa yang Dita miliki sehingga bisa membuat gadis berambut pink itu sekejap saja merasakan rindu yang teramat sangat.

         Gadis itu memandang ke arah luar jendela jet pribadi yang saat ini tengah membawa dirinya menuju ke Zurich. Gumpalan awan putih melintasi pesawat yang tengah membawa nya silih berganti. 

       Perjalanan yang akan memakan waktu sekitar sembilan belas jam itu harus ia tempuh seorang diri dengan beberapa awak kabin. Ia tengah berpacu dengan waktu untuk mengklaim salah satu hak nya sebagai pewaris tunggal PJ Group secepat mungkin.

        Diatas ketinggian 30.000 kaki, ia benar-benar dalam suasana yang kurang baik. Hal ini dikarenakan ia meninggalkan Seoul dengan kondisi penuh perdebatan dengan Dita. Walaupun semua kesalah pahaman itu sudah berhasil di luruskan, tetapi hatinya masih terasa berat meninggalkan kekasih nya di sana. 

       Seharusnya sang kekasih bisa dengan mudah ia bawa bersama dalam perjalanan ke Zurich. Tetapi disisi lain, Dita Karang belum mengetahui status dirinya sebagai calon CEO PJ Group dan apa tujuan ia ke Zurich sebenar nya.

[Flashback ON]

[Satu Hari Yang Lalu di Korea National University of Arts - 10.00 KST]

[JINNY POV]

"Zurich?"

        Lea dan Zuu memekik secara bersamaan ketika aku mengatakan bahwa besok adalah hari keberangkatan ku kesana. Tetapi tangan ku langsung memberi isyarat agar mereka memelankan suara nya yang terkadang tidak bisa di kontrol itu. 

        Aku kembali menghembuskan nafas berat, memandang ke atas langit yang membiru tanpa satupun gumpalan awan diatas nya. Jika kalian ingin tahu, kini aku benar-benar sedang dilanda kebingungan. Kebingungan yang diakibatkan karena ketidakjujuran ku selama ini kepada seorang Dita Karang.

"Aku bingung bagaimana mengatakan alasan nya kepada Dita. Dia akan mencecarku dengan berbagai pertanyaan pastinya. Uri maknae, apakah kamu ada ide? Apakah sebaiknya aku menghilang sementara saja?" Aku menunduk lesu karena tidak mungkin mengatakan tujuan asli ku ke Zurich. 

         Lea eonni dan Zuu sudah tampak berfikir keras membantu ku mencari alasan. Kami saling terdiam dalam beberapa saat. Wajah kami dengan kompak nya berkerut bersamaan. Bahkan kami sudah tidak berminat untuk menyentuh berbagai snack dan minuman dingin yang berada di atas meja.

"Kalau kamu menghilang secara tiba-tiba, aku jelas tidak setuju eonni. Itu tidak akan baik kedepan nya. Yang ada itu akan menambah masalah dan menyakiti kalian berdua." Celetuk Zuu dengan tatapan serius.

"Ya benar, itu adalah ide buruk karena dia juga akan mencecarkan berbagai pertanyaan kepada kita." Lea melirik ke arah Zuu, sementara maknae itu menganggukan kepala tanda setuju.

         Seketika pandangan mata Zuu terfokus pada satu arah. Mulut nya ternganga perlahan membentuk huruf "O". Jari telunjuk nya mengarah kepada seseorang yang sedang berjalan kian mendekat ke arah dimana meja kami berada.

THE SECRET OF SACREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang