Author Pov
Tetesan demi setetes air turun membasahi tanah yang berubah menjadi hujan yang cukup membasahi pakaian siapa saja yang tidak berteduh.
Sepasang mata emas yang nampak mati, dan kosong sedang menatap gundukan tanah yang merupakan kuburan, di mana kekasihnya yang baru saja meninggal di kuburkan di dalam sana. Rambut putih platinumnya yang selalu di sisir dan tertata rapi nampak berantakan tak terurus.
Hilang sudah sikap bangsawannya yang selalu berwibawa dan angkuh. Sekarang hanya di lihat sebagai pria yang baru saja kehilangan kekasihnya yang sangat dia cintai, separuh jiwanya.
Pada awalnya, Roger Alpheus berpikir tidak akan pernah jatuh cinta lagi setelah kematian istrinya, Ibu dari putranya yang sekarang berusia 7 tahun, Ijekiel Alpheus. Tetapi takdir berkata lain, dia tidak menyangka akan jatuh cinta lagi dengan sosok cantik yang selalu tersenyum indah dan mata hijau zamrud sosok itu bagaikan permata yang selalu bersinar cerah penuh kehangatan.
Roger bahagia. Sangat. Dan dirinya tidak sabar memperkenalkan kekasih barunya kepada putranya. Dia tahu kalau keduanya akan cepat akrab karena memiliki kesamaan yang tak jauh berbeda, sama sama pecinta teh, sama sama suka membaca buku.
Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama dan impiannya untuk menambahkan kekasihnya ke dalam kehidupannya dan Ijekiel kandas begitu saja. Roger harus menelan rasa pahit dan seakan merasakan tajamnya duri mawar saat mendengarkan kabar tentang kematian kekasihnya.
Hidup benar benar tidak adil baginya. Untuk keduanya kalinya Roger harus kehilangan pujaan hatinya dan untuk kedua kalinya dia harus menerima dengan lapang dada meskipun itu akan sangat sulit di jalankan. Karena dia benar benar mencintai kekasihnya seperti dia mencintai istrinya. Keduanya berada di hatinya untuk saling melengkapi. Tetapi juga sangat menyakitkan saat keduanya tidak ada di depannya secara nyata dan hidup, hanya dalam kenangan yang memilukan untuk di kenang.
Penguburan kekasihnya secara sederhana, karena Roger tahu kalau kekasihnya tidak memiliki keluarga ataupun kerabat lainnya, dan hanya tinggal di rumah sahabat karibnya.
Suara langkah kaki pelan terdengar, mengalihkan perhatian sepenuhnya Roger dari kuburan. Dia berbalik menatap ke belakang. Melihat sosok gadis bersurai merah muda seperti kelopak bunga Sakura mekar dan sepasang mata biru langit yang cerah. Menghampirinya dengan berlindung di bawah pohon yang membuat gaun hitamnya tidak terlalu basah di akibatkan air hujan.
"Kita harus berbicara, Tuan Duke Roger Alpheus", kata gadis itu. Tidak terdengar menuntut ataupun memaksa.
Roger diam menatap gadis yang sudah dia tahu merupakan sahabat karib kekasihnya. Menatap kembali ke kuburan cukup lama dan akhirnya menganggukkan kepala tanda mengerti.
Gadis itu berbalik tanpa meminta Roger mengikutinya, tetapi Roger sudah paham maksud darinya, karena Roger langsung mengikuti ke mana dia pergi.
Selama perjalanan hanya ada keheningan yang ada, hujan mulai mereda dan menyisakan awan mendung di langit.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Roger melihat sebuah Vila bertingkat 2 yang cukup besar, memang terlalu aneh melihat Vila yang berdiri di tengah tengah hutan, tetapi dia tidak ingin memikirkan hal itu. Dia hanya diam sampai gadis itu membawanya masuk ke dalam Vila.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...