Author Pov
"......"
Claude hanya terus menatap (M/n) yang saat ini bermain dengan Athanasia. Dia sudah memerintahkan Felix untuk berada di dekat kedua anak itu untuk berjaga jaga jika mereka berdua bermain terlalu jauh.
Ella juga ada di dekat Felix. Dia tentu saja tidak melupakan tugasnya menjaga (M/n). Meskipun ada Felix yang bisa menggantikan dirinya untuk menjaga (M/n), dia tidak bisa membiarkan (M/n) jauh dari pandangannya meskipun hanya sebentar saja. Dia sudah berjanji kepada mendiang sahabatnya untuk menjaga dan melindungi (M/n) sepanjang hidupnya.
Mungkin terdengar terlalu berlebihan, tetapi Ella tidak perduli dan akan melakukan apa saja untuk menjaga dan melindungi (M/n) sampai (M/n) bisa menjaga dirinya sendiri. Tetapi mau sampai kapanpun dia akan tetap berada di sisi (M/n).
Roger yang menyadari arah tatapan Claude yang terlalu fokus kepada (M/n) menjadi curiga. Dia bertanya tanya apa apa yang Claude inginkan dari putra bungsunya yang hanyalah bocah 5 tahun.
"Yang Mulia", Roger tiba tiba saja memanggil Claude. Membuat suasana hati Claude sedikit suram karena waktunya untuk mengamati (M/n) di ganggu oleh Roger.
Entah kenapa Claude terdengar seperti seorang penguntit yang sedang melihat gerak gerik si emen sebagai incarannya 🗿
"Apa", Claude langsung menatap Roger yang masih duduk di kursi yang di tengah tengah mereka ada meja bundar. Mereka baru saja selesai minum teh dan di atas meja sudah bersih karena para pelayan baru saja membersihkannya.
"Maaf mengganggu anda, Yang Mulia", Roger menundukan kepalanya sedikit tanda meminta maaf dengan tulus.
"Ya. Kau benar benar menggangguku", balas Claude nampak terdengar ketus. Duh, Papa duda tampan satu ini, enggak bisa mengontrol kesabarannya ternyata.
"Kalau boleh tahu kenapa anda ingin bertemu dengan putra saya, Yang Mulia", tanya Roger mengalihkan pembicaraan Claude yang kesal karena ulahnya sendiri.
Claude yang kembali memperhatikan (M/n) sedang membuat mahkota bunga bersama Athanasia langsung saja melirik Roger.
"Jika ada yang ingin anda katakan kepada putra saya. Tolong beritahu saya terlebih dahulu sebelum memberitahukan kepadanya", ucap Roger benar benar ingin tahu.
"Apa alasan anda meminta saya untuk mempertemukan anda dan putra saya ?""Alasan ?", Claude menaikan sebelah alisnya dengan sikap angkuh.
"Untuk apa alasan bagiku untuk melihat putramu. Apa aku perlu meminta ijin darimu terlebih dahulu untuk bertemu dengan putramu ? Aku bisa saja membawa (M/n) secara paksa tanpa mengirimkan surat kepadamu. Tetapi aku masih berbaik hati mengirimkan surat pagi ini untuk memerintahkanmu datang ke sini bersama (M/n)"Roger hanya memasang wajah tanpa ekspresi, tetapi kedua tangannya yang berada di bawah meja nampak terkepal menahan perasaan kesal.
"Papa !", suara penuh riang dari (M/n) membuat aura suram di sekeliling Roger memudar seketika.
Roger langsung melihat kedatangan (M/n) sambil membawa mahkota bunga di tangannya.
"Tuan Putri mengajarkan (M/n) cara membuat mahkota bunga. (M/n) membuat ini untuk Papa ! (M/n) juga sudah membuat untuk Ella dan Felix !", seru (M/n) sambil menunjuk kedua orang yang dia maksud yang memang memiliki mahkota bunga di atas kepala mereka.
Felix, Ella dan Athanasia juga berjalan mendekat di mana Claude dan Roger duduk diam menunggu mereka.
Roger tersenyum melihat mahkota bunga yang (M/n) buat. Itu terlihat bagus dan nampak rapi.
"(M/n) benar benar rapi membuat mahkota bunganya !", Athanasia terdengar kagum dan juga iri karena melihat (M/n) bisa membuat mahkota bunga tanpa kesalahan dan terlihat sempurna. Tetapi dia langsung menepis rasa iri tersebut karena dia suka dengan keberadaan (M/n).
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...