Chapter 44 - Kecurigaan Sementara -

716 108 42
                                    

Author Pov

"Jangan terlalu kamu pikirkan", Jun Wu kembali meminum tehnya saat menatap wajah melamun yang (M/n) buat setelah dia mengajukan pertanyaan sebelumnya.
"Memang sulit memilih antara tetap tinggal bersama keluarga barumu atau memilih naik menjadi Dewa menggantikan Enkidu"

"Tetapi,.....keseimbangan dunia ?", gumam (M/n) ragu ragu tanpa sadar mengusap pelan atas kepala Rae yang masih tertidur di pangkuannya.

"Kamu bisa pikirkan kedepannya. Masih banyak waktu", Jun Wu menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Keseimbangan dunia sekarang masih terjaga dengan baik. Meskipun tempat Dewa Keselamatan belum di duduki oleh siapapun, semua akan baik baik saja untuk kali ini"

"Berapa lama ?", kedua mata hijau Zamrud menatap tepat ke mata hitam obsidian milik Kaisar Surgawi.
"Berapa lama itu akan bertahan lama ?"

"....."

(M/n) dan Jun Wu saling menatap. Tetapi tak berselang waktu lama Jun Wu tiba tiba saja mengeluarkan tawa kecil, tatapannya tiba tiba saja berubah dan itu membuat hati kecil (M/n) berteriak untuk berhati hati dengan pria di depannya saat ini.

"Aku hampir lupa kalau kamu dulunya sudah beranjak dewasa di kehidupan pertamamu, tentu saja pemikiran milikmu itu berbeda dengan anak yang sesuai dengan usiamu", Jun Wu mengalihkan pandangannya dari (M/n), melihat ke arah lain.
"Benar benar mirip dengannya"

'Siapa ?', pikir (M/n) bingung dengan apa yang Jun Wu katakan. Dia langsung melihat ke arah mana Jun Wu menatap dan dia langsung mengerutkan keningnya.
'Kenapa dia menatap lukisan milik Putra Mahkota Xianle ? Bukankah seharusnya dia mengatakan aku mirip dengan Enkidu, karena aku anaknya. Lalu apa hubungannya dengan Putra Mahkota Xianle itu'

Jun Wu dan (M/n) terdiam. Keduanya tidak berbicara lagi saat keheningan terjadi setelah pembicaraan terakhir mereka. Tetapi tidak bertahan lama saat Jun Wu tiba tiba saja berbicara lagi.

"(M/n)", panggil Jun Wu membuat (M/n) menatap ke arahnya.
"Aku yakin kamu kenal Azazel, bukan"

'Ah', batin (M/n) merasa Jun Wu menatapnya meskipun tatapannya terlihat seperti biasanya. Entah kenapa hatinya mengatakan kalau pria di depannya ini nampak menatapinya dengan tatapan mengintimidasi.

"Kalian pernah bertemu", lanjut Jun Wu tanpa memberikan kesempatan bagi (M/n) berbicara.
"Apa kamu tahu siapa dia"

(M/n) tahu dia tidak bisa berbohong kepada Jun Wu, jadi mau tak mau dia harus berkata yang sebenarnya.
"Azazel bilang dia salah satu Dewa"

"Ya. Azazel memang salah satu Dewa", angguk Jun Wu membenarkan apa yang (M/n) katakan.
"Tetapi apa dia pernah memberitahukanmu Dewa apa dirinya"

"Tidak, Yang Mulia", (M/n) menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Dia tidak memberitahukan kepada saya"

"Tentu saja Azazel tidak akan memberitahukanmu siapa dia yang sebenarnya", Jun Wu nampak terkekeh pelan sambil menatap lurus ke mata (M/n).
"Azazel akan berpikir 2 kali untuk memberitahukanmu Dewa apa dia. Karena setelah identitas miliknya terbongkar, kamu akan membencinya"

"Saya tidak yakin apa yang anda maksud, Yang Mulia", gumam (M/n) bingung mendengarkan apa yang Jun Wu katakan.
"Apa alasan saya harus membencinya. Saya yakin kami tidak pernah berselisihan di masa lalu dan kami baru bertemu sekali"

"Kamu seyakin itu, tetapi Azazel tidak", Jun Wu meletakan cangkir teh di atas meja tanpa memutuskan pandangan dari sosok (M/n).
"Bukankah kamu bilang kalian bertemu baru sekali. Kenapa kamu tidak pernah mengunjunginya lagi"

"Apa yang harus saya lakukan di sana ? Lagipula saya ragu Azel mau bertemu dengan saya lagi", balas (M/n).

"Bukankah Azazel pernah berkata jika kamu bisa datang menemuinya, terakhir kali kalian bertemu beberapa bulan setelah keberangkatanmu bersama Ayah manusiamu itu menuju ke benua Barat", Jun Wu berkata saat matanya melirik ke arah gulungan perkamen yang tiba tiba saja muncul karena sihir dan melayang di sampingnya. Tidak terlalu memperdulikan dengan nama panggilan Azazel tadi.

The Youngest Alpheus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang