Ada yang kangen sama cerita ku ini enggak ya (◍•ᴗ•◍)
Hehehe, maaf maaf. Baru sempat lanjutkan sekarang, soalnya aku akhir akhir ini sibuk dengan urusan kerjaku (人 •͈ᴗ•͈)
Semoga kalian enggak bosen bosennya nungguin kelanjutan cerita ini sampai END, ehe (• ▽ •;)
***
Author Pov
"Hmm, bisa kau katakan sekali lagi ?", (M/n) berkata sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Bukannya terlihat mengintimidasi, kedua pria dewasa di ruangan itu nampak menahan rasa gemas.
Kali ini (M/n) berada di domain milik Dewa Kematian dan bersabar dengan sekuat tenaga untuk tidak melemparkan sesuatu ke arah wajah Dewa Kematian yang nampak tersenyum gugup.
Choi Jung Soo yang berdiri di dekat meja kerja milik Dewa Kematian nampak menyibukkan dirinya dengan sesuatu yang dia baca saat ini, tetapi sesekali melihat ke arah (M/n) dan Dewa Kematian yang duduk di sofa beberapa meter di depan matanya.
Dewa Kematian langsung berdeham sekali menelan rasa gugup berhadapan dengan calon Dewa termuda mereka saat ini.
"Ya, kamu tahu, anakku----""Aku bukan anakmu", desis (M/n) kesal menatap tajam penuh kekesalan yang dia berikan kepada Dewa Kematian.
"----sepertinya mulai sekarang kamu harus menolak semua ajakan minum teh ataupun hadiah dari siapapun yang baru kamu kenal", lanjut Dewa Kematian tanpa menghiraukan (M/n) yang telah menyela ucapannya.
Sebelumnya, (M/n) memang tiba tiba saja muncul di ruang kerja milik Dewa Kematian.
Pada awalnya Dewa Kematian sangat senang melihat kedatangan (M/n), begitu juga dengan Choi Jung Soo meskipun mantan manusia Korea satu itu tidak seheboh Dewa Kematian, yang langsung memeluk (M/n) bahkan membawanya berputar seperti adegan romantis sepasang kekasih yang melepaskan kerinduan.
(M/n) tentu saja merasa risih dengan tindakan Dewa Kematian dan dengan cepatnya memukul atas kepala Dewa Kematian meskipun itu tidak seberapa sakitnya, tetap saja membuat Dewa Kematian yang terlalu dramatis langsung terkesiap dan menurunkan (M/n) dari pelukannya.
Dan pada akhirnya Dewa Kematian dan (M/n) duduk di sofa yang saling berhadapan dengan meja kecil memisahkan mereka. Tetapi tak berlangsung lama saat Dewa Kematian menjentikkan jarinya dan ada 2 cangkir teh yang muncul di atas meja.
(M/n) tanpa berkata apapun langsung meraih cangkir teh di depannya, mencoba mengabaikan senyuman merekah dari Dewa Kematian.
Pada awalnya (M/n) tidak terlalu perduli dengan para Dewa atau semacamnya yang berkaitan dengan spiritual. Tetapi dia tidak bisa mengelakan kalau penampilan Dewa Kematian terlalu manusiawi. Karena jika dia baca di artikel yang selalu di sodorkan oleh Misha yang terus mendorongnya membaca tentang para Dewa, Dewi dan spiritual lainnya. Para Dewa dan Dewi di sebutkan terlalu acuh tak acuh dengan kehidupan alam fana.
Tetapi itu sepertinya akan di kecualikan untuk (M/n).
(M/n) menduga hal itu karena mengingat kalau dia akan naik menjadi Dewa di masa depan untuk menggantikan posisi Enkidu. Dan itu membuatnya merasa risih harus meninggalkan keluarga di kehidupan keduanya ini. Meskipun dia sadar kalau mereka hanya cerita fiksi yang di ciptakan oleh penulis, dia tidak bisa berbohong kalau dia benar benar sudah nyaman hidup di kehidupan keduanya tersebut.
"....."
(M/n) yang terlalu tenggelam dalam lamunannya tidak menyadari tatapan yang dia terima dari Dewa Kematian maupun Choi Jung Soo.
"Apa yang mengganggu pikiranmu, (M/n)", suara Dewa Kematian yang terdengar penasaran dan khawatir membuyarkan lamunan (M/n).
"Hmm, tidak ada", balas (M/n) dengan memasang raut wajah acuh tak acuh tetapi kedua pria dewasa di ruangan itu tahu kalau dia sedang berbohong, tetapi beruntungnya keduanya tidak memaksakan dirinya untuk buka suara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...