Author Pov
Gelap.
Semuanya gelap saat (M/n) membuka matanya.
"Di mana ?", gumam (M/n) merasakan kedua kakinya tidak menapak ke permukaan, seakan tubuhnya melayang di ruangan yang hanya ada kegelapan hampa saat mata memandang.
"Kenapa aku bisa di sini ? Oh benar.....", (M/n) ingat apa yang terjadi sebelumnya. Tawa kecil keluar dari bibirnya, bukan tawa bahagia melainkan tawa yang bermakna kesedihan.
"Gadis itu menusukku setelah aku menolaknya, aku tidak menyangka jika ada yang akan seekstrim ini karena ku tolak"(M/n) menghela nafas sedih, menyadari pakaiannya masih tetap sama, dia masih menggunakan seragam sekolahnya. Tetapi dia tidak melihat ada darah yang mengotori baju putihnya. Seakan dia tidak tertusuk sebelumnya. Bahkan luka tusukan tidak dia rasakan.
"Ah, bagaimana dengan mereka bertiga. Aku menjadi merasa tidak enak karena menyebabkan mereka trauma", (M/n) bergumam lagi.
Saat (M/n) termenung tiba tiba saja layar biru muncul di depan matanya.
Note : Layar birunya sama seperti layar yang muncul di manhwa Omniscient Reader's Viewpoint. Jadi kalian pasti tahu seperti apa layarnya, enggak perlu aku jelaskan lagi, bukan ( ꈍᴗꈍ).
(M/n) tentu saja terkejut melihat kemunculan layar biru tersebut. Tetapi yang membuatnya makin terkejut ialah saat layar itu memperlihatkan semacam video yang di putar.
"Arief, tidak", gumam (M/n) dengan suara gemetar melihat Adiknya yang nampak mengamuk dan akan menghajar gadis yang sebelumnya menusuknya. Ah, dia ingat kalau nama gadis itu Misa, gadis itu sempat menyebutkan namanya.
(M/n) menghela nafas lega saat melihat Arief di tahan oleh ketiga teman Arief. Misa juga berdiri di belakang salah satu guru perempuan dengan ketakutan.
(M/n) juga memperhatikan kalau tubuhnya saat ini berada di pelukan Daniel, sedangkan Reihan yang duduk di sebelah Daniel sedang memegang tangan kanannya.
"Oh, teman teman", gumam (M/n) mengulurkan tangan kanan untuk menyentuh layar biru yang memperlihatkan kedua sahabatnya menangis dalam diam. Meskipun tidak ada suara yang keluar dari video tersebut, dia masih dapat mendengarkan suara isak tangis keduanya yang tertahan.
"Apa kamu ingin melihatnya secara langsung", suara tiba tiba membuat (M/n) terkejut dan mencari dari mana suara itu berasal. Suara itu seperti suara seorang pria dewasa.
"Aku akan membawamu ke sana, (M/n)""Tunggu, apa---?!", belum sempat (M/n) mengatakan sesuatu. Tiba tiba saja cahaya terang melewatinya dan dia sekarang berdiri di sisi tubuhnya yang tidak bernyawa.
(M/n) melihat tangannya yang transparan, sepertinya dirinya berubah menjadi semacam roh.
"Berikan jal*ng itu kepadaku ! Aku akan membalas apa yang telah dia lakukan kepada (M/n) !"
Suara teriakan Arief membuat (M/n) langsung melihat ke arah Arief yang terus berjuang dari genggaman Wisnu. Sepertinya ketiga teman Arief sudah tidak sanggup lagi menahan Arief, apalagi dengan fisik Arief yang merupakan anak basket dan tentu saja memiliki kekuatan yang tidak bisa di anggap remeh.
"Hentikan, Arief ! Tenangkan pikiranmu !", teriak Wisnu mencoba menenangkan Arief.
"Bagaimana aku bisa tenang saat melihat pembunuh Kakakku ada di depan mataku !", geram Arief menatap penuh kebencian ke arah Misa yang tersentak mundur menerima tatapannya.
"Kenapa ! Kenapa kau melakukan itu kepada Kakakku! Kenapa harus dia ! Kenapa !"Nafas (M/n) tercekat melihat Arief memanggilnya Kakak dan nampak gemetaran. Ini pertama kalinya dia melihat Arief yang nampak terpuruk. Ah, kematiannya sepertinya membuat Arief berada di titik terendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...