Chapter 54 - Kekacauan -

296 58 6
                                    

Author Pov

Saat hari menjelang malam. Jack dan Hannah sudah memulai perjalanan mereka untuk kembali ke kuil Dewa(i) Matahari, Lucas kembali ke menara hitam dan Aldrich berada di markas utama Arm di Benua Timur.

(M/n) sedang duduk di atas tempat tidurnya. Menatap Rae yang tertidur di sisi tempat tidurnya yang sekarang memilih tetap dalam wujud humanoidnya. Dia bisa memperhatikan kedua kelopak mata Rae sedikit membengkak karena kebanyakan menangis karena kejadian sebelumnya.

(M/n) menghela nafas, dengan lembut mengusap atas kepala Rae dan sedikit menyalurkan Mana sihirnya untuk menghilangkan kelopak mata membengkak yang Rae miliki. Setelah dia rasa cukup, dia menarik tangannya dari atas kepala Rae dan sekarang menatap telapak tangannya.

Menghela nafas lagi. (M/n) sekarang berbaring di sebelah kanan Rae dan menyelimuti mereka berdua. Dia lebih baik tidur sekarang karena jam menunjukan pukul 11 malam, dan semua orang di Mansion pasti sudah tertidur sekarang.

"Dewa kecil....jangan mati", suara mengigau dari Rae membuat (M/n) seketika saja menatap Rae.

Tatapan (M/n) melembut. Dan sebelum dia menutup matanya dia memperhatikan Ruoye yang tergeletak di atas meja samping tempat tidurnya.

Setelah termenung menatap langit langit atas kamarnya, (M/n) akhirnya bisa menutup matanya dan meskipun mulai terbuai dalam mimpinya, dia bisa merasakan Rae bergerak mencarinya dan memeluk sisinya.

"....."

Tepat tengah malam, suara jangkrik yang sebelumnya berbunyi nampak sunyi seketika. Para Ksatria yang bertugas berpatroli di sekitar Mansion Alpheus tetap berjaga dengan tekun.

Meskipun banyak Ksatria yang berjaga, tetap saja ada beberapa bayangan yang berhasil menyelinap masuk ke dalam Mansion Alpheus.

Sudah jelas jika beberapa bayangan tersebut merupakan para penyusup yang mengunakan pakaian serba hitam, menutup wajah mereka dengan kain hitam dan hanya menyisakan di bagian kedua mata mereka.

Ada 5 orang penyusup yang jelas jelas para pembunuh bayaran, karena mereka mendapatkan misi untuk membunuh Putra bungsu dari keluarga Alpheus. 3 orang akan berjaga di sekitar kamar (M/n) dan 2 orang lainnya masuk ke dalam kamar (M/n) melewati jendela yang berhasil mereka buka.

Kedua pembunuh bayaran yang saat ini berada di dalam kamar memperhatikan 2 anak di atas tempat tidur, dan salah satunya merupakan target mereka.

"Siapa bocah perempuan berambut merah itu", bisik salah satu pembunuh, karena Risa malas cari nama untuk kelima pembunuh bayaran, kita sebut saja sebagai pembunuh bayaran 1, 2, 3, 4 dan 5. Dan yang berbisik tadi merupakan pembunuh bayaran 1.

Pembunuh bayaran 2 hanya mengangkat kedua bahunya tidak tahu.
"Lebih baik kita lakukan misi kita dan segera keluar dari sini. Beruntung kita mendapatkan sedikit celah untuk menyusup ke sini dan tidak ada waktu lagi sampai para Ksatria mulai berpatroli di bagian Mansion ini"

"Ya, baiklah", ucap pembunuh bayaran 1 yang berjalan menghampiri (M/n). Dia akan menggunakan cara membekap (M/n) dengan menggunakan salah satu bantal yang tidak di gunakan.

Baru saja pembunuh bayaran 1 akan melakukan rencananya, Ruoye sudah lebih dulu melesat ke arahnya dan melilit seluruh tubuhnya. Dia langsung terjatuh ke lantai karena tidak bisa menjaga keseimbangan.

Pembunuh bayaran 2 terkejut saat melihat rekannya di lilit oleh kain seperti perban yang bergerak dengan sendirinya.

"Oh, astaga. Aku terkejut mendapatkan tamu di tengah malam ini", suara mengantuk (M/n) terdengar. Dia sebenarnya sudah bangun sejak tadi ketika kedua penyusup tersebut masuk ke dalam kamarnya. Dia memang tipikal yang cepat terbangun saat mendengarkan suara sekecil apapun di sekitarnya.

The Youngest Alpheus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang