Chapter 50 - Pilihan ? -

551 75 17
                                    

Author Pov

"Berhati hatilah mulai sekarang, putraku", seorang wanita yang berparas cantik sedang berbicara dengan putranya yang saat ini berumur 10 tahun. Kedua mata merahnya yang sama persis dengan milik sang putra nampak memandang dengan ragu ragu tetapi juga penuh dengan tekad yang membara.

"Ibu. Apa maksudmu", tanya anak laki laki itu dengan bingung. Dia memegang dengan erat gaun yang Ibunya kenakan, seolah olah sadar kalau Ibunya akan melakukan sesuatu yang berbahaya.
"Ibu. Kita harus tetap di sini seperti yang Ayah katakan"

"Oh, sayangku", kedua mata merah sang wanita nampak berkaca kaca, dengan lembut dia menggenggam kedua tangan putranya.
"Ibu tahu. Tetapi kita tidak tahu sampai berapa lama kita akan terlindungi di sini. Ibu akan melakukan apapun untuk melindungimu"

Raut wajah sang anak seketika saja menjadi ketakutan. Dia mencoba memeluk Ibunya agar tidak meninggalkannya. Tetapi Ibunya dengan cepat mendorongnya masuk ke dalam lemari besar kosong yang nampak bersih. Seolah olah Ibunya telah menyiapkan ini semua untuknya.

"Ibu ! Ibu ! Jangan tinggalkan aku di sini ! Ibu !", teriak anak laki laki itu mencoba menggedor gedor pintu lemari yang telah di tutup oleh Ibunya dan menguncinya menggunakan sihir milik Ibunya. Dia bisa merasakan keajaiban sihir di sekeliling lemari yang mengurungnya.
"Ibu ! Tolong jangan tinggalkan aku sendiri di sini ! Bawa aku juga bersamamu, Bu !"

Sang wanita hanya bisa menangis sambil meletakan keningnya di pintu lemari. Tetapi dia tidak bisa terus terusan menangis dan langsung berbalik meninggalkan ruangan tersebut. Dia tidak bisa tinggal diam di saat istana miliknya di serang oleh orang asing yang tidak di kenal. Dia akan berdiri di sisi suaminya dan bersama sama melindungi apa yang mereka miliki.

"Tetaplah kuat, Erudian", bisik sang wanita menatap untuk terakhir kalinya di mana putranya terkurung.

Erudian kecil terus saja memukul pintu lemari agar terbuka, tidak perduli berapa kali dia melakukannya, pintu lemari tidak akan terbuka sampai sihir pengunci milik Ibunya hilang. Air matanya terus berlinang membasahi pipinya dan tidak perduli jika akan menodai pakaian mewahnya. Dia hanya ingin bertemu dengan Ibu dan Ayahnya saat ini. Tenggorokannya juga mulai terasa sakit karena terus berteriak memanggil Ibunya atau Ayahnya untuk mengeluarkannya dari sana.

Mungkin terdengar kejam karena mengurung seorang anak kecil di dalam lemari. Tetapi orang tua manapun akan melakukan apa saja demi melindungi anak anak mereka dari bahaya yang menyerang.

Erudian tersentak kecil saat mendengarkan suara ledakan dan jeritan dari beberapa pelayan wanita yang bekerja di istananya. Dia menutup kedua matanya sambil berjongkok dan menggunakan kedua tangan untuk menutup telinganya.

Erudian terus berada di posisi yang sama. Tidak tahu sudah berapa lama dia berada di dalam lemari dan suara ledakan serta jeritan para pelayan mulai hening. Dia berharap kedua orang tuanya baik baik saja dan mengeluarkannya dari sana.

Suara langkah kaki yang berjalan mendekati lemari membuat Erudian senang. Dia berpikir kalau yang datang merupakan Ibu atau Ayahnya. Karena dia tahu kalau ruangan yang dia tempati tidak bisa di masuki oleh siapapun selain kedua orang tua dan dirinya.

Saat pintu lemari di buka, Erudian seketika tersentak ketakutan menatap sosok asing berjubah hitam yang tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Seolah olah menutupi dari mata luar dan melihat siapa di balik jubah tersebut.

"Menemukanmu, Pangeran kecil", sosok berjubah itu tertawa dan meraih Erudian.

Erudian berteriak ketakutan dan tiba tiba saja merasakan rasa sakit di sekitar perutnya. Dia menyadari kalau sosok berjubah itu langsung meninju perutnya agar berhenti berteriak dan hal terakhir yang dia lihat hanyalah sepasang mata yang memandangnya dengan tatapan dingin tak berperasaan.

The Youngest Alpheus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang