Author Pov
"Bisakah Yang Mulia berhenti menatap putraku seperti itu", ucap Roger merasa tidak nyaman dengan tatapan yang Anastacius berikan kepada (M/n) yang sedang bermain di taman bunga.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud itu, Roger", Anastacius dengan entengnya menjawab, padahal sebelumnya dia menatap (M/n) dengan tatapan yang seakan ingin menculiknya.
Roger hanya diam, tidak ingin membuat emosi tenang Anastacius berubah menjadi buruk dan akan bisa melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan.
Kali ini, Roger dan Anastacius berdiri di balkon yang terhubung dengan ruang tamu, tempat yang sama yang Anastacius tempati saat pertama kali melihat (M/n) di taman.
"Jadi, kapan kau akan memperkenalkanku dengan putra kecilmu itu", tanya Anastacius tetapi tatapannya terus fokus menatap (M/n) yang bermain kejar kejaran dengan Allita dan Alluna.
"Tentang itu.....", gumam Roger dengan ragu ragu. Sudah dia duga, Anastacius pasti menagih untuk memperkenalkan dirinya kepada putra bungsunya.
"Saya akan memikirkannya....""Kenapa kau terdengar ragu ragu, Roger. Seperti bukan dirimu saja", dengus Anastacius. Karena Roger yang dia kenal akan cepat bertindak tanpa berpikir panjang.
"Jangan bilang kalau kau berubah hanya karena anak itu""Yang Mulia, saya akan melakukan apa saja demi kebahagiaan dan kesejahteraan putra bungsu saya", balas Roger tanpa gentar.
"Hoh", Anastacius langsung menatap Roger yang memasang wajah yang tak kenal takut.
"Salah satunya adalah memperkenalkanku dengan putra bungsumu yang harus kau pikirkan saat ini, begitu""Ya, Yang Mulia", balas Roger dengan cepat masih berani menatap mata Anastacius.
Anastacius mendecakan lidahnya, entah kenapa dia tidak ingin juga memaksakan Roger untuk memperkenalkan dirinya kepada (M/n). Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Dia tidak ingin bertemu dengan (M/n) secara paksa bukan karena keinginan.
"Terserah", dengus Anastacius kembali menatap ke arah (M/n) yang sekarang duduk di rerumputan bersama Allita dan Alluna.
"Sudah berapa lama mereka tinggal di sini"Roger yang paham siapa yang di maksud oleh kata mereka dari mantan Kaisar yang sekarang menyamarkan warna rambut dan matanya saat ini, langsung menatap ke arah ketiga anak yang sedang mengobrol dengan ceria.
"Adik saya dan kedua putrinya sudah tinggal di sini selama 3 hari. Dan mereka berencana akan pulang siang ini", jawab Roger membuat Anastacius hanya mengangguk anggukan kepalanya.
"Baiklah. Aku juga harus pergi", Anastacius berbalik badan untuk bersandar di pagar pembatas balkon.
"Sekarang, Yang Mulia ?", tanya Roger.
"Kenapa ? Bukankah kau sendiri tidak menyukai keberadaanku di sini", Anastacius mengeluarkan suara mencemooh mendengarkan pertanyaan Roger yang seakan tidak percaya.
"Saya tidak pernah berpikiran semacam itu, Yang Mulia", jawab Roger mengelak pernyataan dari Anastacius.
Anastacius tidak membalas apa yang Roger katakan, dia kembali menatap (M/n) dari balik bahu kanannya. Memperhatikan (M/n) yang sedang tertawa entah apa yang (M/n) bicarakan bersama kedua sepupunya.
"Hmm, apa yang putra kecilmu sukai", tanya Anastacius tanpa mengalihkan tatapannya dari sosok (M/n).
"Maaf ?", bingung Roger setelah mendengarkan pertanyaan dari Anastacius seakan dia tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.
"Selain sifatmu yang sedikit berubah, kau juga mulai tuli ternyata", tiba tiba Anastacius bicaranya jadi ngegas permirsah 🗿.
Roger hanya dapat menghela nafas, dia hanya tidak percaya dengan apa yang dia dengar, tetapi tidak ingin membuat Anastacius makin kesal kepadanya, dia langsung menjawab apa yang dia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...