Chapter 06 - Bersikaplah Adil -

2.1K 348 4
                                    

Author Pov

Kedua mata emas yang identik saling bersitatap. Yang satu nampak penasaran dan satunya lagi nampak enggan menjawab.

"Siapa yang menyuruhmu ke sini", ucap Roger yang membuat Ijekiel tersentak mendengarkan nada bicaranya yang tanpa emosi.
"Pergi"

Ijekiel sudah terbiasa mendengarkan nada bicara dari Roger. Tetapi tetap saja rasanya sakit saat mendengarkan Ayahnya yang mendorongnya pergi. Ingin rasanya dia memutar kembali waktu seperti dulu sebelum kematian Ibunya. Ayahnya sangat sayang dan berbicara lembut kepadanya. Tetapi sekarang. Semuanya benar benar telah berubah 180 derajat setelah kematian Ibunya.

Saat mendengarkan nada bicara Roger kepada Ijekiel membuat Ella terkejut dan tatapan samping dari Sean yang masih berdiri di dekat jendela.

"Itu benar benar kasar, Roger. Bukan seperti itu kau harus memperlakukan putramu sendiri", kata Ella dengan raut wajah kesal. Membuat Ijekiel terkejut menatapnya. Karena ini pertama kalinya ada yang berani menegur Roger.

Sementara itu, Roger nampak mengabaikan apa yang Ella katakan saat dia berjalan menuju ke kursi kerjanya dan duduk di sana. Tak lupa memperbaiki posisi gendongan (M/n) agar tidak membangunkannya.

Melihat Roger yang mengabaikannya membuat Ella cemberut tetapi langsung tersenyum menatap Ijekiel.

"Siapa namamu, manis", tanya Ella dengan suara lembut. Membuat Ijekiel mulai kembali tenang.

"Ijekiel. Ijekiel Alpheus", jawab Ijekiel dengan tatapan malu malu menatap ke bawah. Membuat Ella terkikik manis karena melihat keimutannya.

"Aww~ bukankah kamu anak yang sangat manis. Aku yakin di masa depan kamu akan menjadi pemuda yang sangat tampan", puji Ella membuat Ijekiel tersipu malu, tetapi karena menundukkan kepalanya. Ella tidak bisa melihat rona merah di kedua pipi Ijekiel. Tetapi Ella masih dapat melihat ujung kedua telinga Ijekiel nampak merah merona tipis.

"Te-terima kasih, Nona. Anda juga gadis yang sangat cantik dan lembut", balas Ijekiel memuji Ella dengan suara yang malu malu.

"Kamu pandai merayu, Tuan muda Ijekiel", ucap Ella dengan senyuman cerah. Menghasilkan dengusan kecil dari Sean.

"Ijekiel. Bukankah kau ada kelas siang ini. 15 menit lagi jam 11 siang. Pergilah ke ruang kelasmu sekarang", tegur Roger untuk mengingatkan Ijekiel.

Mendengarkan akan hal itu membuat Ijekiel sedih. Dia ingin melihat Adik barunya yang dia lihat berada di gendongan Ayahnya.

"Ayah", Ijekiel nampak mengangkat kepalanya untuk menatap Roger yang hanya menatapnya. Dan memberi isyarat baginya untuk melanjutkan apa yang akan dia katakan.
"Sebelum aku ke kelas. Bisakah aku melihat Adikku seben---"

"Tidak. Pergilah sekarang juga ke kelasmu", Roger langsung saja memotong apa yang Ijekiel pinta. Karena dia tahu kalau Ijekiel ingin melihat wajah (M/n).

"Tetapi, Ayah. Aku----", nampaknya Ijekiel masih berkeinginan untuk melihat seperti apa wajah (M/n). Karena dia nampak pantang menyerah.

"Ijekiel", kedua mata emas Roger langsung menatap tajam ke arah putra sulungnya. Dan melihat tubuh kecil itu sedikit gemetar di bawah tatapannya.

Melihat akan hal itu membuat Roger menghela nafas pelan. Mencoba mengabaikan tatapan tajam dari Ella dan lirikan dari Sean.

"Jangan sekarang, Ijekiel. Pergilah ke kelasmu sekarang. Madam Malen benci keterlambatan", ucap Roger mencoba melembutkan tatapannya menatap Ijekiel. Tetapi putra pertamanya nampak tidak menyadari tatapan lembut darinya karena masih menganggap dirinya marah.

"Ba-baik, Ayah. Maaf, Ayah", gumam Ijekiel meminta maaf dan sedikit membungkuk kecil, lalu pergi dari ruang kerja Roger tanpa berbalik lagi.

Melihat kepergian Ijekiel membuat Roger menghela nafas lagi penuh kekalahan.

"Apa seperti itu tindakanmu kepada putramu sendiri. Kau benar benar Ayah yang buruk !", Ucap Ella dengan kasar. Benar benar terdengar tidak sopan. Tetapi Ella membenci kesopanan yang kaku.

Roger hanya diam menatap Ella yang nampak marah. Tatapannya masih terlihat tidak merasa bersalah sedikitpun. Dia hanya diam menatap Ella dengan tatapan tidak perduli.

Melihat tatapan itu membuat kesabaran Ella menipis dengan cepat. Dia ingin menghampiri Roger dan mengatakan betapa salahnya Roger memperlakukan Ijekiel. Tetapi Sean entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahnya dan menahan lengan kanannya agar tidak menghampiri Roger.

"Lepaskan aku, Sean ! Aku akan memukul kepala Roger untuk menyadarkannya !", kesal Ella dan kedua mata biru cerahnya nampak berkilat penuh amarah.

"Hentikan saja, Ella. Aku tidak ingin mendengarkan keributan darimu. Kita baru sampai di sini bahkan belum sejam. Tetapi kau sudah membuat keributan", balas Sean nampak lelah dengan semua omong kosong yang dia hadapi.

Ella nampak menggerutu dan berhenti memberontak.

Sean melihat Ella sudah tenang langsung melepaskan genggamannya dari lengan Ella dan menatap Ella yang kembali duduk di sofa.

Roger diam menatap Ella yang sekarang kembali menikmati tehnya.

Sebenarnya Roger tidak bermaksud untuk menjaga jarak dengan Ijekiel atau bahkan membuat Ijekiel takut kepadanya. Hanya saja, setiap kali melihat tatapan murung Ijekiel. Hal itu mengingatkannya pada tatapan istri pertamanya, Ibu dari Ijekiel. Dia benar benar membenci dirinya sendiri karena melampiaskan kesedihannya setelah kepergian istri pertamanya kepada putra mereka.

Ella lagi lagi menggumamkan sesuatu sambil memegang cangkir tehnya. Dan membuat Roger serta Sean menatap ke arahnya.

"Apa yang kau gumamkan", tanya Roger penasaran.

"Jika kau memperlakukan (M/n) seperti kau memperlakukan Tuan muda Ijekiel. Maka ucapkan selamat tinggal kepada kami bertiga. Aku dan Sean akan membawa (M/n) pergi jauh darimu dan tidak akan pernah kembali", jawab Ella dengan suara dingin. Hilang sudah kelembutan dalam suaranya. Kedua mata biru cerahnya nampak menggelap.

Sean yang sudah kembali berdiri di dekat jendela nampak tidak mengatakan sesuatu dengan apa yang Ella katakan. Tetapi dia memberikan anggukan tegas untuk menyatakan apa yang Ella katakan itu benar.

Mendengarkan akan hal itu membuat genggaman Roger kepada tubuh kecil (M/n) nampak mengerat tetapi hanya sedetik, karena dia langsung sadar terlalu kencang memeluk (M/n). Dia tidak ingin membuat (M/n) tidak nyaman di pelukannya.

"Jangan berani beraninya melakukan hal itu", ucap Roger dengan marah tetapi mencoba untuk tidak meninggikan suaranya.

"Buat aku", tantang Ella dengan wajah sinis.

Roger yang melihat keberanian gadis itu nampak menggertakan giginya. Apa gadis itu tidak takut di hukum mati karena di anggap tidak sopan kepada anggota keluarga bangsawan yang berpengaruh untuk Kekaisaran Obelia.

"Tetapi, jika kau memperlakukan (M/n) dengan baik. Maka aku dan Sean tidak akan membawanya pergi", ucap Ella dengan santainya menyesap tehnya. Nampak anggun meskipun beberapa menit yang lalu nampak kasar dan tidak bermartabat sebagai gadis yang anggun. Tetapi lihatlah sekarang. Dia nampak penuh kelembutan meminum tehnya dan bisa lulus menjadi gadis bangsawan kelas tinggi.

"Tanpa kau suruh. Aku akan memperlakukan (M/n) dengan baik dan penuh kasih sayang", balas Roger.

"Oh, kau harus bertindak adil juga kepada putra pertamamu. Jangan bermain favoritisme di sini. Jika kau menyayangi dan memberikan cinta kepada (M/n) maka lakukan juga untuk putra pertamamu", tegur Ella membuat Roger menatap tidak terima ke arahnya.

"Aku tidak akan tidak berprilaku adil kepada kedua putraku", ucap Roger tidak terima. Dia tentu saja menyayangi Ijekiel, tetapi tidak sadar kalau caranya nampak salah.

Mendengarkan apa yang Roger katakan membuat Ella menghela nafas lelah. Dan enggan membalas ucapan Roger. Dia lebih memilih menikmati sepotong kue manis yang di siapkan untuknya dan Sean. Tetapi karena Sean tidak suka makan yang manis manis, jadinya dia bisa memiliki semua yang di atas meja yang dia hadapi.

Sean di sisi lain hanya diam mendengarkan apa yang Roger katakan.

Sungguh ?

Apa Roger yakin dia tidak akan bermain favoritisme di sini kepada kedua putranya ?

Kita lihat saja nanti. Apa Roger benar benar mengatakan yang sebenarnya.









25 - April - 2023.

The Youngest Alpheus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang