Author Pov
Sekarang masih di waktu dan tempat yang sama.
(M/n) masih berada di dapur 2 menikmati kue coklat buatan Beacrox dan teh limun asam buatan Ron.
"Apa anda masih ingin kue lain, Tuan muda (M/n) ?", tanya Beacrox melihat kue cokelat yang dia berikan kepada (M/n) sudah habis tanpa tersisa.
"Bisakah ?", kedua mata hijau zamrud milik (M/n) nampak berbinar dengan cerah.
Beacrox tidak menjawab apapun lagi saat dia berjalan menuju ke sisi lain dapur untuk mengambilkan kue baru untuk (M/n).
Tak berselang waktu lama. Beacrox kembali membawakan sepiring kue dengan rasa lain. Dan kali ini kue rasa tiramisu yang pastinya tidak kalah enak dengan kue sebelumnya.
"Silahkan, Tuan muda", Beacrox meletakan piring tersebut di depan (M/n).
"Terima kasih, Hyung !", seru (M/n) tidak sengaja memanggil Beacrox dengan sebutan Hyung. Dan saat dia menyadari salah berucap, dia langsung saja gelagapan menundukan kepalanya tanpa menyadari wajah Beacrox yang nampak terkejut meskipun hanya sementara saja.
"Ma-maaf, maksudku----""Tidak apa apa", Beacrox langsung saja menyela apa yang akan (M/n) katakan.
"Ya ?", (M/n) yang bingung kembali menatap Beacrox.
"Tuan muda (M/n) tidak apa apa jika mau memanggil saya dengan panggilan Hyung", ucap Beacrox menatap wajah imut (M/n).
"Baiklah, Hyung !", (M/n) tersenyum manis ke arah Beacrox.
Meskipun Beacrox nampak terlihat baik baik saja, jantungnya saat ini berdegup kencang tak karuan karena senyuman yang bocah 5 tahun berikan kepadanya.
'Tenanglah, Beacrox. Sadarlah kalau anak ini lebih muda 22 tahun darimu. Aku tidak boleh memiliki perasaan bengkok seperti ini', batin Beacrox menenangkan dirinya dan mulai berjalan pergi meninggalkan (M/n) yang sekarang menatap kue tiramisu di depan matanya.
"Silahkan limunnya lagi, Tuan muda", Ron lagi lagi sengaja membuat Mood (M/n) anjlok saat dia menuangkan limun ke dalam cangkir yang mulai sedikit isinya.
"Terima kasih, Ron", (M/n) memberikan senyuman tetapi dengan makna perasaannya yang tertekan. Dia bisa saja meminta minuman lain, tetapi dia tidak mau membuat pembunuh berkedok sebagai kepala pelayan itu marah.
"Sama sama, Tuan muda (M/n). Saya senang jika melihat anda mau meminum limun yang saya buatkan ini", Ron tersenyum ramah mundur setelah selesai menuangkan limun di dalam cangkir yang hampir penuh.
'Aigoo....benar benar pria tua yang kejam', batin (M/n) menatap limun itu dengan tatapan seakan bermusuhan.
(M/n) sanggup memakan kue sebanyak mungkin. Tetapi dia tidak sanggup menghabisi limun lebih dari ini.
Ron yang menyadari tatapan (M/n) arahkan ke limun yang dia tuangkan nampak tersenyum geli. Dia seakan senang mempermainkan tamu termuda di antara para tamu lainnya.
Setelah (M/n) selesai menghabiskan kue dan limunnya. Dia nampak mencoba turun dari tempat duduk yang nampaknya tinggi dari permukaan lantai. Tetapi tidak terjadi saat Beacrox lebih dulu mengangkat tubuhnya dan menurunkannya ke bawah. Seakan tahu apa yang akan dia lakukan.
"Oh ! Terima kasih, Hyung !", (M/n) tersenyum senang atas bantuan Beacrox tadi, sehingga dia tidak perlu susah susah untuk berusaha turun sendiri.
Beacrox hanya diam tetapi memberi anggukan sebagai tanggapan darinya.
"Apa anda akan pergi sekarang, Tuan muda ?", tanya Beacrox seakan tidak ingin melihat (M/n) pergi meninggalkan dapurnya secepat ini.
Nah, (M/n) tidak sadar apa yang Beacrox lakukan. Berbeda dengan Ron yang tahu betul apa yang anaknya lakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fiksi Penggemar❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...