Author Pov
"Aku serahkan semuanya di sini kepadamu selama aku pergi", ucap Roger saat dia sedang berjalan di lorong Mansion bersama Niel.
"Tentu saja, Tuan Duke. Serahkan saja kepada saya", balas Niel yang berjalan 3 langkah di belakang Roger.
Mendengarkan balasan dari Niel membuat Roger menganggukan kepalanya dengan perasaan puas. Dia memang tidak salah memilih Niel sebagai kepala pelayannya sekaligus orang kepercayaannya.
"Dan apa anda yakin hanya membawa Rohan dan bukan saya ?", suara Niel terdengar ragu ragu.
"Tidak ada salahnya. Dengan begini akan menjadi pelajaran yang cocok untuk Rohan yang akan naik menjadi kepala pelayan seutuhnya setelah kau mengambil masa pensiunmu", Roger tahu kalau Niel sedikit tidak yakin dengan Rohan.
Tetapi Rohan juga bisa di percayai dan selalu mengerjakan pekerjaannya tanpa kesulitan. Jadi tidak ada salahnya Roger memilih Rohan untuk ikut dalam perjalanan bisnisnya untuk kali ini.
"Saya mengerti, Tuan", Niel hanya bisa mengikuti apa yang Roger katakan.
"Apa semua persiapan (M/n) sudah selesai ?", tanya Roger saat mereka berdua berjalan menuju ke kamar (M/n).
Hari ini memang sudah jadwal kepergian Roger dan (M/n) menuju ke benua Barat. Mereka tidak bisa menunda waktu lagi karena mereka akan melakukan perjalanan melewati jalur laut. Kapal mereka pasti telah menunggu dan siap berlabuh.
"Tentang persiapan Tuan muda (M/n), sudah di urus oleh Ella", jawab Niel masih mengikuti Roger menuju ke kamar (M/n).
"Jam 3 pagi tadi Ella sudah kembali""Begitu ternyata", gumam Roger dan sekarang sampai di depan pintu kamar (M/n) yang masih tertutup.
Niel langsung saja mendorong pintu kamar (M/n) dan mempersilahkan bagi Roger untuk masuk lebih dulu sebelum dia.
"Papa !", seru (M/n) mendekati Roger. Dia melompat dan beruntung saja Roger sudah siap siaga menangkapnya.
"Jangan lakukan itu lagi, (M/n). Untung saja Papa bisa menangkapmu", Roger memperingatkan (M/n) tetapi dengan suara yang di lembutkan. Dia tidak ingin membuat (M/n) berpikir kalau dia sedang memarahinya, padahal hanya untuk memberikan sedikit nasehat kepadanya.
Bukannya menyesali perbuatannya. (M/n) malah tertawa sambil memeluk leher Roger.
Roger hanya dapat menghela nafas, tetapi tidak di pungkiri kalau dia sedang tersenyum saat ini.
"Huhu, pemandangan yang mengharukan", Ella seperti biasa membuat ulah dan sekarang berpura pura menghapus air mata di ujung mata kanannya, meskipun jelas jelas tidak ada air mata yang keluar sedikitpun.
"Kau benar, Ella", Niel tersenyum ramah tetapi tatapannya seakan geli mengikuti permainan yang Ella mulai.
Roger mendengus menatap Ella dan Niel. Dia sekarang menatap beberapa koper pakaian yang tergeletak di dekat lemari pakaian.
"Sepertinya sudah siap semua", ucap Roger yang di angguki oleh Ella.
"Ya, tentu saja", balas Ella.
"Bagaimana denganmu ? Apa kau sudah menyiapkan apa yang kau bawa nantinya ?", tanya Roger kepada Ella.
Tentu saja Ella akan ikut bersama Roger dan (M/n). Mana mungkin dia meninggalkan Ella, di saat (M/n) tidak bisa di pisahkan dengan Ella meskipun hanya untuk sementara saja.
"Oh ! Aku sudah meminta para pelayan pria membawa koper milikku. Aku rasa sudah di masukan ke dalam kereta kuda. Ngomong ngomong aku juga sudah meminta mereka ke sini setelah mengantarkan koperku untuk mengambil koper (M/n) juga", jawab Ella panjang lebar dalam sekali tarikan nafas. Membuatnya nampak ngos ngosan karena terlalu cepat menjawab pertanyaan Roger.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...