Author Pov
Suasana di kamar (M/n) nampak suram dan seakan suhu di ruangan itu berada di bawah derajat Celcius yang dingin.
Roger menatap kosong ke arah (M/n) yang tidak sadarkan diri di atas tempat tidur. Jika saja dia tidak tahu kalau putra bungsunya baru saja memuntahkan darah, dia akan berpikir kalau (M/n) hanya sedang tidur siang karena saking nyamannya.
Ella nampak berdiri di pojokan dengan tatapan mati bersama dengan kelima pelayan wanita yang telah dia pinta untuk menjaga (M/n) karena ada sesuatu yang harus dia kerjakan. Tetapi betapa terkejutnya dia saat mengetahui apa yang terjadi kepada (M/n).
'Ini salahku. Seharusnya aku tidak meninggalkan (M/n) sendiri. Ini semua salahku !', Ella melamun menatap ke arah (M/n) yang sedang di periksa oleh seorang penyihir penyembuh.
Suasana makin mencekam saat mendengarkan suara klik-klak berkali kali yang di timbulkan oleh Sean yang mengeluarkan dan menyarungkan kembali pedang yang ada di pinggangnya.
Tidak ada yang berani menegur Sean apalagi saat melihat tatapan mata Sean yang nampak angker dan seakan siap menebas leher siapa saja yang menegurnya.
Di kamar itu juga ada Ijekiel dan Jennette. Keduanya berdiri bersebelahan di belakang Roger. Mungkin 10 langkah ke belakang untuk menjaga jarak di belakang Roger.
"Bagaimana ?", Roger bertanya saat melihat penyihir yang dia panggil untuk menyembuhkan (M/n), berhenti menggunakan sihirnya untuk memeriksa keadaan (M/n).
"Maaf sebelumnya, Tuan Duke", penyihir itu mengerutkan keningnya menatap (M/n) lalu menatap Roger.
"Sepertinya anak anda telah di racuni"Suara tarikan nafas terdengar dari para pelayan yang hadir.
Ella nampak tersentak kaget dan langsung mendekati (M/n). Dia berlutut di sisi tempat tidur (M/n) dan memegang tangan kanan (M/n). Tubuhnya nampak gemetar menahan rasa ketakutan jika mendengarkan penjelasan lebih lanjut.
Sean hanya menatap Ella. Dia ingin mendekat tetapi kakinya seakan membatu di tempatnya berdiri.
Ijekiel nampak terkejut dan kedua mata emasnya nampak gemetar menatap (M/n). Dia bisa merasakan Jennette berdiri di belakangnya sambil memegang lengan kirinya, bahkan dia juga bisa merasakan Jennette gemetar menahan isak tangis.
Jennette sengaja berdiri di belakang Ijekiel untuk menyembunyikan senyuman senangnya agar tidak di lihat oleh siapapun. Dia gemetar bukan untuk menangisi apa yang telah terjadi dengan (M/n) melainkan menahan tawa yang akan dia keluarkan.
"Bagaimana. Bagaimana bisa", gumam Roger nampak shock. Karena selama ini, makanan dan minuman yang (M/n) konsumsi tidak akan mengandung racun sedikitpun. Dia tentu saja telah memilih koki terbaik dan jujur dalam bekerja. Jadi, bagaimana anak bungsunya bisa di racuni.
"Bisakah saya tahu apa yang anak anda makan atau minum sebelum kejadian ini terjadi ?", tanya si penyihir.
Roger langsung menyentakan kepalanya ke arah kelima pelayan wanita yang dia tugaskan untuk menjaga (M/n) karena permintaan Ella.
Para pelayan wanita langsung tersentak ketakutan karena di tatap oleh Roger dan langsung saja mereka bersujud takut.
Bukan hal mengejutkan lagi jika Roger di mata para bawahannya bisa sangat menakutkan saat marah. Bahkan Roger tidak segan segan melakukan sesuatu yang bersangkutan dengan nyawa seseorang.
"Apa kalian memberikan makanan atau minuman kepada anakku tanpa sepengetahuanku", meskipun nada bicara Roger nampak tenang, suaranya yang sedingin es membuat siapa saja merinding mendengarnya, kecuali Sean dan Ella yang sekarang lebih fokus menatap (M/n).
KAMU SEDANG MEMBACA
The Youngest Alpheus
Fanfiction❗ SLOW UPDATE ❗ Sejak dulu keturunan keluarga Duke Alpheus selalu memiliki ciri ciri warna mata emas dan rambut putih platinum. Tetapi, suatu ketika lahirlah bayi laki laki yang memiliki warna mata hijau zamrud seperti permata dan rambut hitam gagak...