Chapter 19 - Tamu Tak Terduga -

1.6K 253 12
                                    

Author Pov

"Sering seringlah berkunjung ke sini, anakku ! Aku akan sangat merindukanmu !", seru Dewa Kematian dengan semangat kepada (M/n) yang bersiap siap meninggalkan Alam para Dewa.

"Tak akan pernah dan berhenti memanggilku anakmu !", sudah berkali kali (M/n) mendengarkan Dewa Kematian memanggilnya dengan sebutan anakku dan berkali kali juga dia sudah memperingatkan Dewa Kematian untuk berhenti memanggilnya seperti itu.

Tetapi Dewa Kematian seakan menanggapi perkataan (M/n) seperti angin lewat yang tidak penting. Selalu saja Dewa Kematian memanggil (M/n) dengan sebutan anakku yang membuat (M/n) benar benar muak.

"Aw~ tidak perlu malu malu, (M/n). Ayahmu ini akan dengan senang hati menyambut kedatanganmu di sini~", ucap Dewa Kematian dengan senang yang menyebabkan (M/n) menatap jijik ke arahnya. Bukannya marah melihat betapa tidak sopannya (M/n) kepadanya, dia hanya tertawa merasa terhibur.

Saat ini, (M/n) dan Dewa Kematian kembali berada di ruang kerja milik Dewa Kematian. Bukan hanya mereka berdua saja di ruangan itu. Dewi Matahari, Dewa Perang dan Choi Jung Soo juga ada di sana untuk mengucapkan selamat tinggal kepada (M/n). Meskipun mereka tahu ini bukan untuk terakhir kalinya mereka bertemu. Suatu saat nanti mereka akan bertemu lagi.

Asap hitam yang merupakan salah satu kemampuan Dewa Kematian saat ini berputar putar pelan di sekeliling tubuh mungil (M/n). Setelah beberapa detik, (M/n) menghilang dari pandangan para ketiga Dewa(i) dan Choi Jung Soo bersamaan dengan asap hitam Dewa Kematian yang perlahan lahan menghilang.

Hanya keheningan terjadi setelah kepergian (M/n).

Sekarang Dewa Kematian menuju ke meja kerjanya, wajahnya yang sebelumnya usil dan kekanak kanakan berubah menjadi tenang dan tanpa ekspresi. Jika (M/n) masih ada di sini. Pasti dia tidak akan percaya kalau ini Dewa yang sama yang suka membuatnya kesal.

Dewi Matahari dan Dewa Perang yang duduk di sofa yang berbeda nampak menikmati teh dan kue yang Choi Jung Soo hidangkan untuk mereka berdua.

Choi Jung Soo setelah menyelesaikan tugas membuat teh dan kue untuk kedua teman Dewa Kematian, baru saja menyimpan kembali sapu yang (M/n) gunakan untuk mengejar Dewa Kematian di tempatnya semula, di sebelah lemari.

"Abyys", Dewi Matahari tiba tiba saja memanggil Dewa Kematian dengan namanya.

Dewa Kematian atau lebih tepatnya Abyss langsung saja menanggapi panggilan Dewi Matahari dengan dengungan pelan.

"Apa kamu sudah mengatakan kepada (M/n) tentang ramalan itu ?", tanya Dewi Matahari ingin tahu. Karena dia mengenal Dewa Kematian sebagai Dewa yang suka blak blakan dalam berbicara seperti (M/n).

"Tidak. Belum", jawab Dewa Kematian tanpa mengalihkan pandangannya dari kertas yang dia baca.
"Itu akan membebani pikirannya. Dia masih terlalu muda. Aku akan memberitahukannya setelah dia sudah besar"

"Jangan sampai kau mengundur penjelasan tentang ramalan itu terlalu lama", kali ini Dewa Perang ikutan berbicara.
"Anak itu harus tahu secepatnya"

"Aku tahu. Aku tahu", dengus Dewa Kematian tetapi detik selanjutnya dia bersandar di kursi kerjanya.

Choi Jung Soo hanya diam. Dia tidak ingin ikut campur dalam pembicaraan ketiga orang yang berkedudukan tinggi. Dia tahu kapan saatnya dia bisa ikut campur atau tidak dalam pembicaraan mereka. 

Jadinya Choi Jung Soo hanya menuju ke rak buku untuk memeriksa dokumen milik Dewa Kematian. Dia tahu tentang ramalan yang sedang di bicarakan oleh ketiga Dewa(i) di ruangan yang sama dengannya saat ini.

Ada sebuah ramalan tiba tiba saja muncul di salah satu kuil di Kekaisaran Obelia. Di kuil Dewa Matahari lebih tepatnya.

Para anggota keluarga Kekaisaran Obelia dan para pengikutnya memang memuja dan pengikut Dewa Matahari seperti anggota keluarga Kerajaan Roan dan pengikutnya.

The Youngest Alpheus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang