53

8.9K 749 34
                                    

Genap seminggu setelah insiden penembakan yang mengakibatkan Jaemin tertidur dengan waktu yang cukup lama, tak ada tanda-tanda Jaemin akan bangun dari tidurnya hingga sekarang.

Kondisi luka Jaemin juga sudah mulai membaik walaupun masih basah, kondisi tubuhnya sudah stabil, hanya tinggal menunggu Jaemin terbangun dari tidurnya.

Setiap hari Jeno menunggu Jaemin bangun, tetapi sepertinya Jaemin enggan membuka mata dan melihatnya.

Jaemin memang menepati janjinya untuk membawa adiknya pulang dengan selamat, tapi dirinya lah yang malah terluka.

Cuaca pagi hari ini sangat menggambarkan kondisi hati Jeno, hujan kecil turun dan membuat suhu udara menjadi dingin.

Jeno hanya duduk memandang Jaemin yang memejamkan mata, tangannya menggenggam erat tangan Jaemin yang tak terdapat infus.

Hanya itu yang Jeno lakukan setiap harinya.

Memandangi Jaemin dengan tatapan sedihnya, tapi sepertinya Jaemin tak peduli dengannya. Jeno hampir setiap malam menangisi Jaemin, tapi Jaemin tak peduli dengannya, Jaemin saja tak ingin melihatnya dan menenangkannya.

Tapi, kenapa sekarang Jeno begitu peduli pada Jaemin? bahkan sampai menangisinya setiap malam?

tok..tok..tok..

Jeno menoleh pada pintu ketika mendengar ketukan, "Ya? siapa?" tanya Jeno sedikit berteriak.

Pintu terbuka perlahan, menampakan Jaehyun juga Taeyong dibelakangnya.

"Jeno.." panggil Taeyong pelan.

"Oh? papa? ada apa?" tanya Jeno bingung.

"Ikut papa sebentar ke sekolah mu, kemarin sore wali kelasmu menelpon, katanya seminggu lebih kamu tidak masuk dan hanya memberi alasan tak jelas" jelas Taeyong.

Jeno menunduk, "Maaf, Jeno gak mau ninggalin Jaemin, jadi Jeno gak masuk" jawabnya lirih.

Taeyong menggeleng heran, "Astaga, kamu ini. sekarang ikut papa dulu sebentar, wali kelas yang memintanya pada papa agar kamu ikut"

"Tapi Jaemin...?" mata Jeno melirik Jaemin, genggaman tangannya bahkan belum terlepas sejak tadi.

"Saya yang akan menjaganya Jeno, tenang saja, kamu bisa pergi dulu, selesaikan urusanmu" sahut Jaehyun.

Keraguan masih terlihat di wajah Jeno, tapi setelahnya Jeno mengangguk pasrah, dengan perlahan melepaskan genggamannya.

"Nono pergi sebentar ya Nana"

...

"Mark hyung..."

"Apa??"

"Lu gak liat gue apa gimana hah?! tatap aja terus tuh berkas, gue capek dari tadi gak dianggep! gue pergi!"

Mark yang sedang fokus mengerjakan tugas kantornya membelalakkan matanya saat mendengar ucapan Haechan, langsung saja dia berdiri dan merengkuh tubuh Haechan, tak membiarkannya untuk pergi.

"Maaf, maafkan aku, aku akan menemanimu sekarang, jangan pergi"

"Ck! terserah, gue benci sama lu" ucap Haechan sembari berusaha melepaskan tangan Mark ditubuhnya.

"Jangan pergi!" Mark semakin mengeratkan pelukannya.

Haechan menghela napas kasar, "Lepas Mark Lee, atau gue bakal makin marah"

Mark yang mendengar suara tak bersahabat Haechan dengan perlahan lalu melepaskan pelukannya, kepalanya menunduk saat mendengar langkah kaki Haechan melangkah menjauh.

NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang