Jeno membuka pintu ruangan adiknya dengan perlahan, dia sedikit mengintip kedalam, tidak ada siapa siapa didalam ruangannya, Jeno menatap Jaemin yang berdiri dibelakangnya.
"Gak ada siapa siapa, salah ruangan kali lu!" Jeno berucap dengan suara pelan tapi emosi.
"Gak Jeno, gak salah ruangan, mungkin adikmu ada di kamar mandi, coba masuk dulu"
"Salah kali lu anjir! Ruangannya bersih, masih baru" ucap Jeno kesal.
"Cek dulu Jen-
"Permisi"
Suara pelan seseorang memotong ucapan Jaemin, membuat kedua orang tersebut menoleh dan menatapnya.
"Kakak..." ucapnya lirih.
"Reno adik gue!!!!" Jeno berteriak dan langsung memeluk adiknya dengan erat.
Reno juga memeluk kakaknya tak kalah kuat, dan tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipinya.
"Kangen...." ucap Reno lirih.
"Gue juga" Jeno lalu melepaskan pelukannya, menatap Reno yang menatapnya sembari tersenyum tapi air matanya terus mengucur di pipinya.
"Jangan mewek, jelek" ucap Jeno lalu mengusap bekas air mata di pipi adiknya.
Reno terkekeh mendengar ucapan kakaknya, lalu tangannya mengusap pipi kakaknya, "kakak juga nangis" ucap Reno dengan nada mengejek.
Jeno hanya terkekeh.
"Kenapa diluar? Papa kemana?" tanya Jeno, tangan Jeno bergerak membuka pintu lalu mendorong kursi roda milik adiknya.
"Abis dari taman, kemarin Reno liat kakak disana, jadi Reno kesana lagi, tapi gak ada, ternyata disini, Reno seneng ketemu kakak, kakak udah gak pulang ke rumah, udah hampir sebulan, kata papa kakak lagi bahagia sama orang, jadi Reno gak minta papa buat jemput kakak, Reno gak mau ganggu kakak" ucap Reno panjang lebar.
Reno merentangkan tangannya saat Jeno akan menggendongnya untuk pindah ke ranjang, setelahnya Jeno duduk di samping adiknya.
"Kalau papa..., Papa kerja, nanti malem pulangnya, biasanya jam..." Reno berpose berpikir, "ah! Jam sebelas kalau nggak jam satu, tapi papa lagi sakit, jadi pulangnya cepet"
"Ah gitu..." ucao Jeno lirih, lalu menunduk, dia mematung mendengar cerita Reno, ayahnya pasti lelah.
"Kakak kemarin ngapain di rumah sakit? Terus bawa infus, kakak sakit?" tanya Reno.
"He'em, demam" Jeno tersenyum tipis menatap adiknya yang senyumnya tak luntur sejak tadi.
"Udah makan?" tanya Jeno saat melihat jam sudah lewat jam makan siang.
Reno menggeleng, "belum di anter sama suster, biasanya sebentar lagi" ucap Reno setelah melihat jam dinding.
"Makan diluar mau?" tanya Jeno, Jeno lalu menoleh, menatap Jaemin yang sejak tadi duduk diam di sofa belakang, menatap Jaemin dengan tatapan agar diperbolehkan.
Jaemin yang melihat tatapan memelas Jeno menghela napas lalu mengangguk, Jaemin lalu mengeluarkan ponsel miliknya dan pergi keluar ruangan.
"Boleh kak?" Reno bertanya balik.
"Boleh, kata si jeman boleh" ucap Jeno dengan antusias, "mau makan dimana?" Jeno kembali bertanya.
"Pengen tteokbokki!!" ucap Reno, dia sama antusiasnya dengan Jeno.
"Go!!! Ayo berangkat!!" Jeno lalu menggendong adiknya di punggungnya.
"Hmm? Gak bawa kursi roda kak?" tanya Reno.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nono
AcakNa Jaemin, mafia kejam berdarah dingin yang luluh pada remaja manis yang menggemaskan. Lee Jeno, remaja manis yang dijadikan jaminan atas hutang orang tuanya. Homophobic? mohon menjauh Jaemjen area-!!! Jeno uke Jaemin seme