34

13.8K 1.1K 40
                                    

Masih di ruangan CEO Na Jaemin yang dihuni oleh Jeno yang tertidur dan Shotaro yang duduk pasrah di sofa karena tak bisa pergi atau pun sekedar bangun.

Dikarenakan pahanya yang dijadikan bantal oleh Jeno, sedangkan Jeno sendiri tidur pulas tanpa terganggu sedikitpun.

Sudah dua jam posisi mereka seperti itu. Jaemin juga belum kembali, Shotaro takut jika nanti Jaemin marah karena posisi mereka yang sangat dekat ini.

"Bangunin jangan? Ugh tapi tidurnya pules banget" batin Shotaro.

Dia bingung harus bagaimana, mau dibangunin tapi tidurnya Jeno pules banget, Shotaro juga jadi gak tega banguninnya.

Sudahlah, Shotaro nunggu Jaemin abis rapat aja.

Shotaro sandarin kepalanya ke sandaran sofa lalu ikut memejamkan matanya, pekerjaannya sudah selesai jadi dia memilih untuk beristirahat sebentar.

Beberapa menit berlalu dan Shotaro tertidur tanpa sengaja, pintu ruangan terbuka menampilkan si pemilik ruangan dengan jas yang dilepas dan dua kancing atas kemejanya yang juga dilepas, dasi yang dilonggarkan dan lengan baju yang dilipat asal sampai siku.

Matanya menatap tak suka saat melihat posisi dua orang yang tertidur di sofa ruangannya. Tapi Jaemin tak membangunkannya saat melihat wajah tenang Jeno yang tertidur pulas dengan bantal paha Shotaro.

Jaemin lalu mengambil berkas yang ada di meja dan kembali berjalan menuju mejanya untuk mengerjakan tugasnya.

Hari semakin sore dan dua orang yang tertidur masih belum juga bangun, Jaemin sudah kesal karena mereka tak bangun bangun, mau membangunkan juga tak bisa, hatinya berkata jangan dibangunkan.

Saat menjelang makan malam Jeno baru saja bangun, dia perlahan duduk dan mengerjapkan matanya dengan pelan, tangannya bergerak menutup mulutnya saat menguap.

Matanya bergerak melihat sekitarnya, terasa asing. Jeno mencoba mengingat ada dimana ia sekarang, dan Jeno ingat semuanya saat matanya melihat seseorang yang sedang memejamkan matanya di kursi kerja.

"Oh iya, tadi gue dibawa kesini sama si Jeman" gumam Jeno, "eh?! Jam berapa ini anjir?!! Kok udah gelap sih?!" kaget Jeno saat melihat keluar jendela yang langitnya sudah gelap.

Matanya melirik jam dinding, "ck pantes, jam makan malam" dengus Jeno.

Jeno bergerak turun dari sofa dan menghampiri Jaemin, dia lalu naik keatas pangkuan Jaemin dan duduk diatasnya, matanya menatap lekat wajah Jaemin yang sedang memejamkan matanya.

"Pengen gue tonjok deh" batin Jeno gemes.

Sedangkan si Na yang merasa diperhatikan mulai membuka matanya, pahanya berat, matanya mengerjap pelan lalu menatap lelaki manis yang sedang duduk di pangkuannya dengan menatap polos dirinya.

"Oh? Udah bangun? Kenapa duduk disini?" tanya Jaemin, tangannya melingkar di pinggang ramping Jeno lalu dia menegakkan tubuhnya dan membenahi posisi duduk Jeno agar nyaman.

"Nunggu lu bangun" jawab singkat Jeno.

"Kenapa ngeliatin saya sampe segitunya hmm?" Jaemin kembali bertanya.

"Gak papa" jawab Jeno, matanya masih memerhatikan wajah Jaemin.

Jaemin hanya mengangguk lalu matanya pindah melihat jam ditangannya, "Sudah lewat jam makan malam, mau makan malam dirumah atau di resto?" matanya beralih menatap Jeno.

"Uhmm... Di resto, pengen bulgogi" ucap Jeno setelah beberapa saat berpikir.

"Baiklah"

"Oh!" seru Jeno membuat Jaemin yang sedang mematikan komputernya kembali menatap Jeno.

NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang