"Cih sialan, apa apaan masa gue dijadiin jaminan hutang?!" Jeno sekarang tengah menuju ke kamarnya, mengecek keadaan adiknya.
Tok tok tok
"Ren?" Jeno mengetuk pintu lemari.
Pintu lemari terbuka, terlihat Reno dengan mata yang sembab, "hiks kakak" Reno menangis dan memeluk kakaknya dengan erat.
"Sttt udah, jangan nangis, gak luka kan?" Jeno bertanya lalu melepaskan pelukan adiknya dan melihat dari atas sampai bawah, memastikan adiknya tidak terluka.
"Nggak kak, tadi suara apa? Kenapa kakak teriak?" Reno menatap kakaknya dengan mata sembab.
"Gak ada, sekarang lu balik ke kamar dan kunci pintu, jangan keluar kamar" ucap Jeno.
"Tapi-"
"Jeno, sudah waktunya kamu ikut saya" suara seseorang memotong perkataan Reno, dapat Reno lihat kakaknya memejamkan mata, Reno lalu menatap seseorang yang terlihat menyender di pintu, dan menatap mereka.
"Kakak mau kemana? Kakak jangan kemana mana" lirih Reno.
"Kakakmu akan ikut saya, kamu jangan menghalangi" ucap Jaemin.
"Siapa yang mau ikut sama lu? Emang gue bilang setuju?" Jeno berbalik, menyembunyikan Reno di belakang tubuhnya dan menatap Jaemin datar, berbicara dengan nada dingin pada Na Jaemin.
"Tidak ada yang memerlukan per setujuan dari kamu Lee Jeno, ayahmu sudah menanda tangani perjanjian, kamu akan ikut saya, jika ayahmu dapat membayar hutangnya dalam waktu seminggu, kamu akan saya bebaskan, jika tidak, kamu hidup bersama saya selamanya" jelas Jaemin panjang lebar.
"Pokoknya gue gak mau ikut sama lo bangsat!" Jeno menggeram marah.
"Menurut dan ikut saya atau saya bawa kamu dengan kekerasan!" Jaemin mulai tersulut emosi.
"Gak! Gue gak mau ikut!" Jeno masih bersikeras.
Jaemin tidak menjawab, dia mendecak kesal lalu tangannya mengambil sesuatu dari balik jas nya dan menghampiri Jeno, sedangkan Jeno mundur dengan perlahan.
"Keras kepala ya kamu? Sama seperti ayahmu, diberi jalan mudah malah memilih jalan yang berbelit" Jaemin menarik tangan Jeno secara tiba tiba, membuat Jeno terhuyung dan hampir jatuh ke pelukan Na Jaemin.
"Sialan!" Tangan Jeno sudah hampir melayangkan tinju nya pada Na Jaemin sebelum merasakan sesuatu menusuk permukaan kulit lehernya, dan tiba tiba saja seluruh badan nya lemas, Jeno terjatuh ke pelukan Na Jaemin dan tak sadarkan diri.
"Kakak!" Reno yang melihat Na Jaemin menyuntikan sesuatu ke leher kakak nya akan menghentikannya, tapi terlambat, Jeno sudah tak sadarkan diri.
"Om apain kakak?! Kakak kenapa?!" Reno berteriak marah pada Na Jaemin.
"Diam kamu, jangan mengganggu!" Ucap Jaemin dan menatap bocah itu tajam, Jaemin lalu menggendong Jeno ala bridal style dan berjalan keluar kamar.
"Jangan bawa kakak!!! Lepasin kakak!" Reno berlari menyusul Jaemin yang membawa pergi Jeno, lalu menarik narik baju dan juga memukuli punggung Jaemin.
"Diam bocah" Jaemin kini sudah sampai di lantai bawah dan segera membawa Jeno keluar rumah, melewati begitu saja si pemilik rumah.
"Hey Jeno kenapa? Anda apakan anak saya?!" Taeyong kaget ketika melihat anaknya tak sadarkan diri di gendongan Na Jaemin, "Reno!" Taeyong segera menghampiri Reno dan membantunya bangun, Reno didorong oleh Na Jaemin karena terus memukuli punggungnya.
"Ck! Mengganggu" Jaemin pergi begitu saja tanpa memperdulikan apapun, anak buah Na Jaemin ikut bersama tuannya pergi dari rumah keluarga Lee.
Sedangkan sekarang, bocah berumur 10 tahun itu sedang menangis, "Papa kakak mau dibawa kemana? Kenapa kakak tidur?" Reno bertanya pada papa nya, dia masih menangis.
"Nanti kita jemput kakak oke? Sekarang jangan nangis lagi" Taeyong memeluk anak bungsunya, berusaha menenangkan anaknya itu, sedangkan istrinya sekarang acuh dengan keadaan.
"Mina, ini semua salah kamu! Kalau kamu gak ngasih tau keberadaan Jeno, Jeno gak bakal dibawa pergi!" Jeno melirik tajam istrinya yang sekarang tengah duduk dan memperhatikan surat perjanjian yang tadi suaminya tanda tangani.
"Kok jadi salah aku? Udah biarin aja Jeno sama Tuan Na, ngapain kamu bikin ribet sih? Ujung ujungnya perusahaan kamu bangkrut, kenapa gak nerima tawaran tuan Na yang pertama? Kasihin Jeno dan hidup kita terjamin, kamu juga jadi gak usah repot repot bayar hutang" Mina berbicara panjang lebar.
Taeyong kembali menggeram marah, dia menatap Mina tajam, masih dengan posisi memeluk Reno, Reno yang mendengar perdebatan orang tuanya hanya bisa menutup telinganya dan memejamkan mata.
"Tapi itu anak aku Mina!! Aku gak mau dia jadi budak Na Jaemin! Kamu gak tau seberapa kejam Na Jaemin! Yang kamu tau Na Jaemin cuma pengusaha kaya, kamu gak tau diri dia yang sebenarnya Mina" Taeyong memelankan suaranya di akhir kalimat, dia menundukkan kepala, menatap Reno yang menutup telinganya.
"Reno, kamu ke kamar dulu ya" Taeyong tersenyum tipis, Reno hanya mengangguk lalu berlari ke kamar Jeno, bukan kekamarnya.
"Aku gak mau ribut sama kamu, aku gak mau Reno denger, jadi sekarang kamu tidur sendiri aja, aku mau tidur sama Reno" ucap Taeyong lalu pergi menyusul Reno.
"Loh? Kok gitu?! Gak bisa gitu dong! Masa cuman gara gara Jeno kita tengkar gini sih?!" Mina tak terima dan sedikit berteriak pada Taeyong yang sudah naik ke lantai dua tanpa mempedulikan mina.
"Ck! Gara gara anak sialan itu Taeyong jadi marah sama aku, peduli apa aku sama nasib dia nanti pas udah sama Tuan Na cih!" Mina Kembali duduk dan memainkan ponselnya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Nono
RandomNa Jaemin, mafia kejam berdarah dingin yang luluh pada remaja manis yang menggemaskan. Lee Jeno, remaja manis yang dijadikan jaminan atas hutang orang tuanya. Homophobic? mohon menjauh Jaemjen area-!!! Jeno uke Jaemin seme