28

13.5K 1.2K 64
                                    

Pukul lima pagi Jeno terbangun, dia tak melihat Jaemin di ruangan nya, Jeno lalu turun dari ranjangnya, membawa kantung infusnya lalu pergi ke toilet.

Setelah dari toilet Jeno memutuskan untuk pergi keluar, berjalan jalan, dia bosan diam di kamar, ponselnya belum di kembalikan oleh Jaemin, padahal Jeno sudah merengek untuk dikembalikan.

Jeno pergi ke taman belakang rumah sakit, cukup jauh dari ruangannya, rumah sakit sangat sepi, mungkin karena masih terlalu pagi untuk ber aktivitas.

Jeno lalu duduk di salah satu bangku, melihat langit yang masih gelap, Jeno menghela napas panjang, dia berpikir untuk kabur, tapi ancaman Jaemin membuat dia urung.

Keluarganya terancam jika dia kabur, Jeno tidak ingin keluarganya terluka.

"Mama, Jeno kangen" Jeno menunduk, memejamkan matanya dengan erat, menahan sesuatu yang akan jatuh jika dia membuka matanya.

"Gak, gue gak boleh nangis, mama gak suka anak cengeng, gue gak mau jadi anak cengeng" Jeno buru buru mengusap matanya, tak membiarkan air matanya jatuh setetes pun.

Jeno menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan, Jeno lalu membuka matanya, entah kenapa dia merasa adiknya ada di sekitarnya, entah itu firasat atau adiknya benar benar ada disini.

Tak ingin membuat Jaemin marah karena pergi tanpa bilang Jeno memutuskan untuk kembali ke ruangannya, dia kembali membawa kantung infusnya dan pergi dari sana.

Sedangkan di tempat yang sama, tak jauh dari tempat Jeno duduk, seorang anak kecil dengan bersusah payah menggerakkan kursi rodanya, berusaha menyusul Jeno yang pergi menjauh.

"Kakak" ucapnya lirih, dia tak kuat lagi menggerakkan kursi rodanya, dia diam menatap punggung Jeno yang menjauh sampai tak terlihat lagi.

"Itu kakak, Reno harus kasih tau papa kalau kakak ada disini" ucapnya lalu berusaha pergi dari sana untuk memberitahu sang papa.

Ya, itu Reno, adik kecil yang Jeno rindukan, mungkin jika Jeno duduk lebih lama lagi dia akan bertemu dengan adik kecilnya, tapi sepertinya belum waktunya.

Jeno saat ini sudah berada di ruangannya, dia sedang duduk di ranjangnya dengan kepala tertunduk, duduk berhadapan dengan Jaemin yang menatapnya tajam.

Saat hampir sampai ke ruangannya, Jeno bertemu dengan Jaemin yang sepertinya sedang mencarinya, tatapan pria itu tajam namun ada sorot khawatir didalamnya, Jeno yang melihat Jaemin seperti itu tiba tiba saja menciut dan takut pada Jaemin.

"Darimana?" Jaemin bertanya dengan nada dinginnya.

"Taman" jawab Jeno lirih, matanya tak berani menatap mata Jaemin.

Jaemin diam, masih dengan menatap tajam Jeno.

Jeno takut bukan karena Jaemin yang menatapnya tajam, tapi Jeno takut karena melihat pakaian Jaemin dan auranya. Aura Jaemin sangat menyeramkan, dan pakaian Jaemin yang berantakan dan kemeja putihnya yang penuh dengan darah, bahkan di wajah Jaemin juga terdapat cipratan darah, Jeno merinding melihat Jaemin sekarang, dia seperti sedang berhadapan dengan bos mafia.

"Tatap mata saya Jeno" ucap Jaemin, masih dengan nada dinginnya.

Jeno menggeleng pelan.

"Kenapa?"

Jeno kembali menggelengkan kepalanya.

"Tatap saya"

"Gak mau" cicit Jeno.

"Kenapa hmm?" Jaemin mencondongkan badannya, membuatnya semakin dekat dengan Jeno.

Jeno kembali menggeleng dengan cepat, dia memundurkan badannya, menjauhkan diri dari Jaemin.

NonoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang