"Jangan banyak-banyak nanti sakit perut," kata Brianna saat melihat Molly memberikan banyak sambal di kuah baksonya.
"Gue lagi kesal," kata Molly yang masih menambahkan sambal.
"Sudah Molly," kata Brianna dan menjauhkan sambal dari depan Molly.
Sekarang mereka berada di kantin karena sudah masuk istirahat kedua dan nilai test matematika mereka sudah keluar.
"Gue benci banget sama math," kata Molly dan mengaduk-aduk baksonya.
"Nggak boleh gitu, kan masih bisa belajar," kata Brianna.
"Otak lo terbuat dari apa sih, kok bisa sepintar ini, dari kelas satu SMP loncat ke SMA, dapat beasiswa di sekolah mewah, dan lo dapat nilai sempurna di test math?" Tanya Molly.
"Otak aku sama seperti otak manusia lainnya, nggak berbeda," kata Brianna.
"Selamat atas nilai empat puluhnya," kata Ruby dan merangkul bahu Molly.
"Lo ngejek gue?" Tanya Molly dengan kesal dan tatapan tajam.
"Sedikit," jawab Ruby dan melepaskan rangkulannya.
"Bangke lo," kata Molly dan memukul lengan Ruby cukup keras.
"Makanya belajar, kesal sendiri kan jadinya," kata Ruby.
"Salah guru itu, ngapain kasih soal dihari pertama masuk," kata Molly.
"Itu pelajaran SMP," kata Brianna.
"Diam," kata Molly.
"Maaf," ucap Brianna dan menundukkan kepalanya.
"Eh, kok lo marahin dedek manis gue," kata Zaidan.
"Lagian lo sekolah SMP tiga tahun, kalah sama yang sekolah SMP cuma satu tahun" kata Ruby.
"Diam deh, jangan buat gue tambah kesal," kata Molly dengan kesal dan memilih untuk menyantap baksonya.
"Kok nggak makan?" Tanya Kenzo dan duduk di samping Brianna.
"Nggak lapar kak," jawab Brianna dan mengaduk-aduk es jeruk miliknya dengan sedotan.
Semua laki-laki itu pesan makan sama minum, hanya Brianna saja yang tidak makan karena dia belum lapar.
Sebenarnya bukan tidak lapar, tapi Brianna sedang banyak pikiran dan itu membuat nafsu makannya menghilang.
------- Skip -------
Jam 4 sore bel pulang sekolah berbunyi dan murid langsung berhamburan keluar dari dalam kelas.
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Molly.
"Belum tau," jawab Brianna.
"Mau gue antar pulang, sekalian biar gue tau rumah lo?" Tanya Molly dengan menawarkan tumpangan.
"Makasih, tapi nggak usah, kasihan kamu kalo harus putar balik," tolak Brianna dengan lembut.
Mereka sampai di parkiran sekolah dan sopir Molly sudah menunggu.
"Serius nih nggak mau ikut gue?" Tanya Molly dan Brianna menganggukkan kepalanya.
"Kalo gitu gue duluan, sampai ketemu besok," kata Molly dan setelah itu dia masuk kedalam mobil.
Brianna melanjutkan langkah kakinya menuju gerbang sekolah dan dia tidak tahu siapa yang akan menjemputnya hari ini.
"Anna," panggil seorang laki-laki dewasa berusia 23 tahun yang berdiri di samping mobilnya.
"Bang Vino," kata Brianna dan menghampiri laki-laki itu.
Vino (23 tahun), kakak kelas dan sahabat Regan dari sekolah menengah pertama sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...