BAB 26

261 13 1
                                    

Mobil yang Brianna tumpangi berhenti di depan lobi sekolah.

"Aku bisa turun sendiri, gak perlu dibukain pintu," kata Brianna saat sopir ingin turun dari mobil untuk membukakan pintu dari luar.

"Siap non," kata sopir dan membukakan pintu mobil dari dalam dengan menekan tombol.

Pintu mobil mulai bergerak dan bergeser ke belakang.

"Makasih pak," ucap Brianna dari dia turun dari dalam mobil dengan membawa tas sekolahnya.

Semua mata menuju ke arah Brianna yang baru saja turun dari dalam mobil dan mereka semua terkejut karena ini pertama kalinya Brianna di antar menggunakan mobil mewah sampai depan lobi sekolah.

Brianna menundukkan kepalanya dan berusaha untuk mengabaikan tatapan itu karena dia tidak bisa melarang orang-orang untuk tidak melihatnya.

"ANNA TUNGGUIN," teriak Molly yang baru datang juga.

Molly turun dari mobil dan menghampiri Brianna dengan langkah cepat.

"Lo di antar sama siapa?" Tanya Molly dan menggandeng lengan Brianna.

"Sama sopir," jawab Brianna dan melangkahkan kakinya diikuti oleh Molly.

"Sejak kapan lo punya sopir, biasanya juga lo jalan kaki dari apartemen, kalo pun di antar sama bang Vino paling sampai depan pagar sekolah?" Tanya Molly dengan rasa penasaran.

"Mulai hari ini aku akan diantar sama sopir," jawab Brianna dan Molly menganggukkan kepalanya.

Molly tidak mau banyak tanya juga karena yang Molly pikirkan bang Vino yang memberikan mobil dan sopir buat Brianna agar dia tidak perlu jalan kaki lagi untuk pergi dan pulang sekolah.

"Belagu banget, anak beasiswa di antar sama sopir," sindir satu perempuan yang berada di belakang mereka.

Telinga Molly langsung panas saat mendengar itu dan dia ingin sekali menarik mulut perempuan yang ada di belakang mereka.

"Jangan," larang Brianna dengan suara pelan dan menahan lengan Molly.

Molly mengikuti larangan Brianna dan menahan emosi nya agar tidak meledak, ini baru pagi tapi sudah ada orang yang memancing emosi Molly.

Molly tidak suka ada yang menghina dan bicara buruk tentang Brianna, walaupun mereka baru saja menjadi sahabat, tetap saja Molly tipe orang yang akan menjaga sahabatnya dan tidak akan membiarkan orang lain menyakiti sahabatnya, apalagi sampai membuat sahabatnya menangis.

Molly menarik lengan Brianna dan mempercepat langkah kakinya agar sampai di kelas, mau tidak mau Brianna harus mengikuti langkah kaki Molly agar dia tidak terseret atau ditarik-tarik oleh Molly.

"Pagi-pagi sudah bikin emosi, nyebelin banget," kata Molly saat mereka sudah masuk kedalam kelas.

Beberapa murid yang sudah berada di dalam kelas memperhatikan mereka dan penasaran apa yang membuat Molly bisa marah-marah di pagi hari seperti ini.

"Sudah jangan marah-marah, biarkan saja mereka mau bicara seperti apa tentang aku, lagian mereka tidak tau kenyataan hidup aku seperti apa," kata Brianna dan meletakkan tas ranselnya di kursi.

"Makanya itu, kalo mereka tidak tahu, seharusnya tidak perlu bicara dan memberikan komentar," kata Molly dan duduk di kursinya.

"Emangnya salah kalo anak beasiswa di antar sama sopir, lagian murid yang mendapat beasiswa bukan berarti mereka miskin atau hidup kekurangan, beasiswa diberikan kepada murid yang memiliki prestasi dan kepintaran di atas murid lainnya," kata Molly dengan suara yang sedikit dikeraskan.

BRIANNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang