Jam 4 subuh Brianna kebangun karena memang kebiasannya.
Brianna menolehkan kepalanya dan dia melihat sosok Ray yang masih tidur dengan nyenyak di sampingnya.
Tadi malam Ray memang uang yang minta mau tidur dengan Brianna, bahkan Ray mengunci pintu kamar adiknya yang lain tidak bisa masuk.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Ray dengan suara serak.
"Maaf sudah buat kakak kebangun," kata Brianna dan menatap Ray yang sudah membuka kedua matanya.
"Nanti saja bangun nya, ini masih subuh," kata Ray.
"Sudah kebiasaan bangun jam segini," kata Brianna.
Ray mengubah posisinya menjadi duduk dan mencium puncak kepala Brianna.
"Dulu kakak sering tidur di sini saat kakak kangen sama kamu, sekarang kakak senang bisa tidur sama kamu dan lihat kamu secara nyata di depan kakak," kata Ray memberitahukan kebiasaannya dulu.
"Anna sangat senang bisa kembali bertemu dengan kak Ray, walaupun Anna tidak ingat kenangan masa kecil Anna dengan keluarga kandung Anna," kata Brianna dan menenggelamkan wajahnya di dada Brianna.
"Kakak juga senang bisa kembali bertemu sama kamu dalam keadaan sehat" kata Ray dan mengusap kepala Brianna dengan lembut, "mau kakak ceritakan sedikit tentang masa kecil kamu?" Tanya Ray dan membuat Briaan menganggukkan kepala.
"Dulu kamu itu sangat licah dan gak bisa ditinggal sebentar langsung hilang, setiap hari pelayan dan bodyguard selalu kena marah oleh papah karena kamu tiba-tiba saja menghilang dari ruang bermain dan saat dicari ternyata kamu berada di ruang make up mamah dan mencoret-coret badan kamu dengan lipstik mamah, sampai-sampai mamah harus menyembunyikan semua alat make up nya biar nggak kamu mainkan dan mencoret-coret semua benda" cerita Ray, "yang lebih parahnya kamu pernah terkurung di dalam lift karena waktu itu kamu masuk lift sendirian tanpa pengasuh dan tiba-tiba saja mati lampu, semua orang panik buat ngeluarkan kamu dari dalam lift, tapi kamu malah asik bermain barbie dan ketawa-ketawa, syukur saja waktu itu mati lampunya cuma sebentar dan kamu bisa keluar dengan cepat dari dalam lift" sambung Ray.
"Kak Ray bohong ya, masa Anna gitu pas masih kecil," kata Brianna tidak percaya.
"Kalo nggak percaya kamu tanya saja sama mamah, sama papah pasti akan jawab iya," kata Ray.
"Tapi namanya anak balita wajar ngelakuin itu, walaupun mengakibatnya semua orang kena marah sama papah," kata Ray dan mencubit lembut pipi Brianna.
"Syukur deh Anna nggak ingat, jadi Anna nggak perlu merasa bersalah sama orang-orang yang sudah kena marah gara-gara kelakuan Anna pas masih kecil," kata Anna.
"Kan itu kejadian dulu, jadi kamu nggak harus merasa bersalah," kata Ray.
Brianna bertanya banyak hal tentang masa kecilnya dan bagaimana sifatnya dulu, Ray pun dengan senang hati menceritakan semuanya.
Jarum jam menunjukkan pukul 6 pagi dan 2 pelayan yang dipekerjakan untuk membantu urusan Brianna masuk kedalam kamar.
Mereka bantu mengatur suhu air buat Brianna mandi, menyiapan seragam, sepatu, tas sekolah, dan membantu menata rambut Brianna.
Brianna mereka sangat canggung dengan apa yang dia dapatkan sekarang, biasanya dia mengurus semuanya sendiri.
Dari tadi Brianna selalu ingin melakukannya sendiri, tapi selalu saja dilarang oleh 2 pelayan itu dan membuat Brianna tidak bisa apa-apa selain diam.
Selesai siap-siap, Brianna turun ke ruang makan menggunakan lift dan tentunya diikuti oleh 2 pelayan tadi dengan membawa tas sekolah dan jaket Brianna.
Pelayan mengantarkan Brianna ke meja makan dan ternyata semua orang sudah berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...