Sebulan Kemudian
Sudah sebulan setelah kejadian itu dan belum ada tanda-tanda kalo Brianna akan membuka kedua matanya.
Brianna masih dalam kondisi kritis dan tidak ada perkembangan apapun yang diperlihatkan oleh Brianna.
Dokter sudah berusaha agar Brianna cepat melewati masa kritis nya, tapi tetap saja tidak ada perkembangan.
Dokter pun sudah mulai menyerah dan minta semua anggota keluarga pasien untuk mengikhlaskan Brianna untuk pergi.
Tapi semuanya menolak dan tetap mempertahankan Brianna. Mereka masih berharap Brianna akan bangun dan kembali bersama mereka lagi.
Dokter mengatakan sangat kecil buat Brianna sadar, tapi dokter juga tidak bisa ambil keputusan tanpa persetujuan keluarga pasien.
Kenzo, Arsen, dan Shaka sangat sering bolak balik ke Singapore. Bahkan setiap weekend mereka akan datang untuk melihat kondisi Brianna.
Bahkan mereka sampai buat grup chat buat infomasi perkembangan Brianna dan di dalam sana ada Molly juga yang memaksa untuk masuk karena dia ingin mengetahui perkembangan sahabatnya.
"Sayang, sudah satu bulan kamu menutup mata. Mamah mohon buka mata kamu, mamah masih ingin menghabiskan waktu yang banyak bersama kamu," kata Rosella.
Rosella duduk di kursi samping kasur yang Brianna gunakan dan dia menggenggam tangan kiri putri nya.
Robert menghampiri sang istri dan berdiri di samping istrinya.
Robert merangkul bahu yang istri dan memberikan usapan lembut untuk memberikan kekuatan buat sang istri.
"Pah sudah satu bulan Queen begini, mamah belum siap buat kehilangan Queen," kata Rosella dan air matanya mengalir turun.
Selama satu bulan ini, tidak ada hari tanpa tangisan Rosella. Dia sangat terpukul melihat kondisi putrinya. Rosella seperti flashback ke hari dimana dia kehilangan putrinya yang diculik pas di hari ulang tahun kedua sang putri.
Robert tidak bisa mengatakan apa-apa dan dia hanya memeluk sang istri yang menangis.
"Mah, pah," panggil Fenzo yang masuk ke dalam kamar rawat Brianna.
Fenzo melangkahkan kaki menghampiriku kedua orangtuaku dan sang mamah dengan cepat menghapus air matanya.
"Kamu kapan sampainya?" Tanya Robert.
"Baru saja, aku dari bandara langsung ke sini," jawab Fenzo.
Fenzo sedang libur musim panas dan dia memutuskan untuk terbang ke Singapore buat bertemu dengan Brianna.
"Kamu kenapa langsung ke sini, harusnya istirahat dulu di apartemen," kata Rosella.
"Aku mau ketemu sama Queen dulu, baru setelah itu aku ke apartemen," kata Fenzo.
"Kamu bicara aja sama Queen, mamah sama papah mau ketemu sama dokter dulu," kata Rosella dan berdiri dari duduknya.
Rosella dan Robert keluar dari kamar rawat karena mereka mau bicara sama dokter yang selama ini mengawasi kondisi Brianna.
Fenzo duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Rosella dan dia mengulurkan tangan untuk mengusap lembut kepala Brianna.
"Dek, kamu nggak capek tidur terus? Sudah satu bulan, kapan kamu mau bangun?" Tanya Fenzo.
Fenzo beralih menggenggam tangan Brianna.
"Dek, kamu pasti dengerkan setiap hari mamah selalu nangis di sini karena khawatir sama kamu. Semua orang terpukul melihat kondisi kamu sekarang, tapi mamah lebih terpukul dari kami semua. Trauma dimasa lalu mamah kembali, mamah takut kehilangan kamu lagi," kata Fenzo dan menatap wajah pucat Brianna.
"Cepat sadar dek, semua orang menunggu kamu," sambung Fenzo dan menundukkan kepalanya.
Fenzo mengambil posisi seperti orang yang sedang berdoa.
Saat sedang seperti itu, Fenzo merasakan getaran di kasur yang dipakai oleh Brianna.
Fenzo dengan cepat mengangkat kepalanya dan dia melihat tubuh Brianna kejang.
Fenzo dengan cepat berdiri dab menekan tombol darurat. Tidak lama suster dan dokter datang untuk melakukan tindakan.
Suster meminta Fenzo untuk menunggu di luar dan sesampainya diluar, dia bertemu dengan kedua orangtuanya yang sudah panik.
"Queen kenapa?" Tanya Robert.
"Queen tiba-tiba kejang," jawab Fenzo.
"Ya Tuhan, hamba mohon jangan ambil putri hamba," doa Rosella dan dia duduk di kursi karena kakinya sudah tidak ada tenaga lagi buat menompang tubuhnya.
Fenzo dan Robert tidak bisa mengatakan apa-apa, mereka hanya bisa berdoa di dalam hati untuk Brianna.
Setelah menunggu selama 20 menit, dokter keluar dan memberikan kabar baik kalo Brianna sudah melewati masa kritisnya dan sebentar lagi Brianna akan sadar.
Dokter juga bilang kalo ini adalah kekuasaan Tuhan, Brianna bisa melewati masa kritis nya dengan peluang yang sangat kecil untuk sadar karena melihat detak jantung Brianna sangat lemah.
Setelah selesai dokter menjelaskan, mereka bertiga masuk ke dalam kamar rawat dengan perasaan senang karena sebentar lagi mereka akan melihat kedua mata Brianna terbuka.
"Mah pah, Queen," kata Fenzo saat melihat jari-jari tangan Brianna bergerak.
Secara perlahan kedua mata Brianna terbuka. Brianna membuka tutup matakanya karena silau dan matanya masih beradaptasi dengan cahaya.
"Queen," panggil rosella.
Brianna menolehkan kepalanya untuk menatap Rosella.
"Ma..mah," panggil Brianna dengan suara yang lemah.
"Iya sayang, mamah di sini," kata Rosella dan menggenggam tangan Brianna.
Robert kembali memanggil dokter. Dokter datang dan langsung melakukan pemeriksaan.
Untuk sekarang kondisi Brianna cukup baik, tapi besok tubh Brianna akan diperiksa secara menyeluruh untuk memastikan kalo semuanya baik-baik saja.
Suster memberikan minum karena Brianna bilang kalo dia haus.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter dan suster pamit keluar.
"Duduk," pinta Brianna.
"Papah bantu," kata Robert dan bantu Brianna untuk duduk.
Fenzo menaikkan kepala kasur karena Brianna merasakan sakit kalo duduk tegak.
Kata dokter otot-otot ditubuh Brianna kaku, jadinya harus sering-sering dilatih biar kembali lentur lagi.
"Papah, kaki Anna," kata Brianna karena dia tidak bisa merasakan kedua kakinya.
Robert tidak bisa mengatakan apa-apa karena dia tidak tega melihat putrinya sedih.
Dari awal dokter sudah bilang kalo kedua kaki Beianna lumpuh karena benturan kuat di kakinya.
Tapi dokter bilang hanya lumpuh sementara saja. Brianna bisa kembali jalan kalo dia sering terapi dan latihan buat menggerakkan kakinya.
"Kaki Anna nggak bisa gerak," kata Brianna dan air matanya mengalir turun.
Rosella memeluk sang putri dengan erat dan air matanya ikut mengalir turu.
"Cuma sementara sayang, dokter bilang kaki kamu akan sembuh kalo kamu ikut terapi dan sering latihan buat menggerakkan kaki kamu," kata Rosella dengan lembut.
"Anna lumpuh," kata Brianna.
"Cuma sementara, papah akan melakukan apapun agar kamu bisa kembali jalan lagi," kata Rosella.
Setelah itu Brianna tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya isakan tangis yang terdengar.
Rosella, Robert, dan Fenzo tidak tega mendengar isakan tangis Brianna. Tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa selain menenangkan dan memberikan semangat kepada Brianna.
Brianna menangis di pelukan Rosella sampai di tertidur karena capek dan juga masih ada efek obat yang disuntikkan suster di selang infus.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...