BAB 41

217 11 0
                                    

Brianna dan Molly duduk di bangku barisan nomor 2 dan pertandingan basket akan dimulai 10 menit lagi.

"Pendek banget rok lo, mau godain cowok atau nonton basket?" Tanya Ruby yang tiba-tiba muncul dan meletakkan jaket miliknya di paha Molly.

"Apaan sih lo, baru datang langsung gangguin orang," kata Molly kesal dan menjauhkan jaket Ruby dari pahanya.

"Paha lo nih kemana-mana," kata Ruby dan kembali menutup paha Molly menggunakan jaketnya.

Molly memilih diam dan tidak meladeni Ruby lagi. Karena urusannya akan sangat panjang kalo diteruskan.

"Kak Ruby kok bisa di sini, emang nggak ada kelas kuliah?" Tanya Brianna dan memajukan badannya sedikit untuk menatap Ruby yang duduk di samping kiri Molly.

Ruby memang memutuskan untuk kuliah di Indonesia saja karena dia harus bantu mengurus bisnis kedua orangtuanya.

"Sore nanti kelas nya, jadi ke sini dulu lihat pertandingan basket dan juga lihat calon istri gue," jawab Ruby dan menggoda Molly.

"Gue nggak mau jadi istri lo," kata Molly.

"Mami papi lo sudah kasih restu buat gue jadi mantu mereka," kata Ruby.

"Nggak adil lalu, bawanys orangtua," kata Molly kesal karena dia tidak bisa melawan.

"Iya dong, restu orangtua itu nomor satu," kata Ruby.

"Sudah ih berantemnya," kata Brianna yang sudah capek mendengar keributan sepasang mantan kekasih.

Akhirnya Molly dan Ruby diam juga dan sekarang mereka tinggal menunggu pertandingan di mulai.

"Itu tim basket SMA Angkasa?" Tanya Molly saat melihat rombongan laki-laki menggunakan seragam basket memasuki area lapangan untuk melakukan pemanasan.

"Iya, belum ada yang bisa mengalahkan tim basket dari SMA Angkasa," kata Ruby.

Dulu Ruby juga pernah tading dengan tim basket SMA Angkasa dan mereka kalah 1 poin saja.

"Anna lihat deh, itu kaptennya ganteng banget," kata Molly memuji kapten tim musuh.

Mereka bisa melihat siapa kapten tim basket dari lengannya, karena setiap kapten akan terpasang handband hitam di tangan kirinya.

"Lo berani banget muji cowok di depan calon suami," kata Ruby dan menutup mata Molly dengan telapak tangannya.

"Apaan sih ganggu orang lagi lihat pemandangan indah," kata Molly dan menjauhkan tangan Ruby.

"Itu siapa namanya kak?" Tanya Brianna.

"Nama nya Shaka, dia sama seperti Max yang mempunyi sifat dingin. Tapi Shaka lebih parah lagi daripada Max, dia benar-benar dingin dan sangat cuek," jawab dan beritahu Ruby.

"Nama lengkapnya kak?" Tanya Brianna.

"Kalo nggak salah, Arshaka Zayyan Wijaya," jawab Ruby.

"Woww dari keluarga Wijaya, harta nya nggak akan habis tujuh turunan sama kaya harta keluarga Ollyxton," kata Molly.

"Btw kenapa lo tanya nama lengkap kak Shaka?" Tanya Molly dan menatap Brianna.

"Nggak apa-apa kok, cuma mau tau aja," jawab Brianna.

"Aku titip tas sebentar," kata Brianna kepada Molly.

"Lo mau ke mana?" Tanya Molly.

"Aku mau ke sana sebentar," kata Brianna dan menuju ke arah lapangan.

Brianna berdiri dari duduknya dan menuruni anak tangga untuk menuju lapangan.

"Mau ngapain dia?" Tanya Ruby.

"Nggak tau," jawab Molly dan menatap punggung Brianna.

Anna sampai di lapangan basket dan dia langsung dihampiri sama Kenzo.

"Kamu ngapain turun ke lapangan?" Tanya Kenzo.

Tapi Brianna tidak menjawab pertanyaan Kenzo dan tetap melangkahkan kakinya.

Kenzo menatap bingung Brianna yang berjalan ke arah tim basket sekolah lain.

"Kak Zayyan," panggil Brianna.

Yang merasa terpanggil langsung menolehkan kepalanya ke arah Brianna.

"Anna," kata orang yang Brianna panggil Zayyan.

"Shaka, lo kenal sama perempuan itu?" Tanya salah satu teman tim nya.

Shaka atau yang dipanggil Brianna Zayyan langsung memberikan bola basket yang dia pegang kepada temannya.

Shaka melangkahkan kaki menghampiri Brianna yang sudah menatap dengan tatapan marah dan sedih.

Brianna langsung menabrak tubuh Zayyan yang sudah berdiri di depannya dan air matanya mengalir turun.

"Anna kenal sama Shaka?" Tanya Ruby bingung dan penasaran.

"Sepertinya, gue juga nggak tau," jawab Molly yang juga menatap bingung dan penasaran.

Para supporter perempuan dari sekolah Angkasa langsung heboh karena ini pertama kalinya mereka melihat Shaka mau dipeluk oleh perempuan, bahkan Shaka membalas pelukan perempuan itu.

Semua penganggum Shaka langsung patah hati melihat pemandangan di depan mereka.

Selama ini mereka sudah berusaha untuk mendekati Shaka, tapi tidak pernah ada satupun yang berhasil karena Shaka sangat dingin dan tidak mau bicara kalo bukan hal penting.

"Kak Zayyan jahat," kata Brianna dan memukul pelan punggung Shaka.

"Maaf," ucap Shaka dan mencium puncak kepala Brianna.

"Kita bicara nanti lagi ya, kakak harus tanding dulu," kata Shaka dengan lembut.

"Pokoknya nanti kak Zayyan harus jelaskan semuanya," pinta Brianna.

"Iya, kakak akan jelaskan semua sama kamu," kata Shaka.

Brianna dan Shaka melepaskan pelukan mereka.

"Sudah berhenti nangisnya, kamu tambah jelek kalo nangis," kata Shaka dan menghapus air mata Brianna menggunakan jari jempolnya.

"Nyebelin," kata Brianna dan menjauhkan tangan Shaka dari pipinya.

Setelah itu Brianna pergi dari hadapan Shaka tanpa mengatakan apapun akrena dia marah dan kesal.

Shaka tersenyum kecil melihat tingkah Brianna yang masih sama saat terakhir mereka bertemu.

Cerita sedikit, Brianna dan Shaka bisa dibilanh adalah teman kecil. Dulu rumah Shaka dan Brianna berseberangan dan mereka sering main bersama di taman perumahan.

Brianna dan Shaka memiliki perbedaan usia 3 tahun dan Shaka selalu menjadi pelidung saat Brianna diejek sama anak-anak yang lain.

Tapi saat Shaka lulus SD, kedua orangtua Shaka memutuskan untuk pindah rumah dan dari situ Shaka dan Brianna tidak pernah bertemu lagi.

Walaupun sudah lama tidak bertemu, tapi Shaka masih mengingat sosok Brianna. Bahkan dia sempat datang ke rumah lama Brianna untuk menemui Brianna, tapi rumah itu sudah ditempati oleh orang lain.

Brianna juga tidak pernah melupakan sosok Shaka yang sudah dia anggap sebagai super hero yang selalu menjaga dan melindungi.

Bahkan Brianna masih menyimpan foto dia bersama Shaka. Foto itu diambil oleh mami Shaka saat mereka pergi jalan-jalan ke wahana bermain.


BRIANNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang