Brianna sampai di rumah orangtua Shaka dan satpam membukakan pintu saat mengetahui siapa yang datang.
Brianna turun dari mobil dan dia menuju pintu utama yang sudah dibuka oleh pelayan saat satpam memberitahukan kalo ada tamu yang datang.
"Anna," panggil Olivia.
Olivia cepat-cepat keluar saat mengetahui siapa yang datang ke rumahnya.
"Mami Oliv," panggil Brianna.
Olivia langsung memeluk Brianna yang sudah dia anggap sebagai putri sendiri.
"Mami kangen sama kamu, sekarang kamu sudah besar dan tinggi," kata Olivia.
"Anna juga kangen sama mami," kata Brianna dan membalas pelukan Olivia.
Kedua perempuan itu melepaskan pelukan mereka.
"Ini ada titipan kue dari mamah buat tante," kata Brianna dan memberikan paper bag berisi kue.
"Makasih banyak, nanti sampaikan sama mamah kamu," kata Olivia dan menerima paper bag itu.
Olivia memberikan paper bag kepada pelayan agar dibawa ke dapur dan kue nya disajikan ke dalam piring.
"Kamu tambah cantik sayang, mami pangling lihatnya," puji Olivia dan memperhatikan wajah Brianna yang terlihat cantik tanpa make up di wajahnya.
"Mami bisa aja kasih pujian," kata Brianna dengan malu-malu.
"Ayo masuk dulu, mami mau ngobrol banyak sama kamu," ajak Olivia dan merangkul lengam Brianna.
Brianna tidak bisa menolak dan akhirnya menganggukkan kepala. Olivia mengajak Brianna untuk duduk di ruang keluarga biar ngobrolnya lebih nyaman.
"Kamu kemana aja lima tahun ini, menghilang begitu saja?" Tanya Olivia saat mereka sudah duduk di sofa.
"Setelah kaki Anna sembuh, papah pindahkan Anna ke Inggris dan daftarkan Anna sekolah di sana," jawab Brianna.
"Berarti selama ini kamu di Inggris?" Tanya Olivia.
"Iya mami," jawab Brianna.
Pelayan datang dan menyajikan jus jeruk sama kue yang tadi Brianna bawakan.
"Makasih," ucap Brianna.
"Minum dulu sayang," kata Olivia.
Brianna menganggukkan kepalanya dan mengambil gelas berisi jus jeruk. Brianna minum sedikit dan meletakkan kembali gelas itu ke atas meja.
"Mami, siapa yang dayang?" Tanya Shaka yang baru sampai rumah dan dia melihat mobil terparkir di depan.
"Ini Brianna," jawab Olivia.
Brianna menolehkan kepalanya dan matanya langsung bertemu dengan mata Shaka.
"Kamu kenapa jam segini sudah pulang?" Tanya Olivia.
"Kepala aku sakit," jawab Shaka.
"Aku ke atas dulu mau istirahat," pamit Shaka dan berjalan menuju lift.
Shaka hanya menatap Brianna sebentar dengan ekspresi wajah yang datar.
"Shaka, kamu nggak mau nyapa Anna dulu," kata Olivia dan tidak didengarkan oleh Shaka.
Shaka masuk ke dalam lift dan pintu lift tertutup.
"Dasar anak itu," kata Olivia kesal.
"Mami, Anna boleh nggak ke kamar kak Zayyan?" Tanya dan izin Brianna.
Brianna tahu kalo Shaka marah kepadanya karena menghilang sela 5 tahun tanpa kabar. Sebenarnya Brianna tidak mau melakukan itu, tapi dia juga tidak bisa membantah Robert.
"Silahkan Anna, sekalian mami minta tolong kamu pastikan Shaka minum obat," kata Olivia memberikan izin.
"Kotak obat ada di laci nakas sebelah kiri dan bungkus obatnya warna biru," beritahu Olivia.
"Iya mami," kata Brianna.
"Anna ke atas dulu," pamit Brianna dan Olivia menganggukkan kepalanya.
Brianna naik ke lantai dua menggunakan lift dan dia menuju pintu kamar berwarna hitam. Di pintu kamar itu ditempel stiker warning yang mengartikan tidak boleh sembarang orang buat masuk ke dalam.
'Tok.....tok......tok....'
Brianna mengetok pintu kamar Shaka dan dia menunggu pemilik kamar untuk membukakan pintu.
"Halo kak Zayyan," sapa Brianna dengan melambaikan tangan saat pintu kamar terbuka dan memperlihatkan sosok Shaka yang masih pakai pakaian kerjanya.
"Ngapain ke sini?" Tanya Shaka dengan ketus.
"Tadi aku diminta sama mamah buat antarkan kue buat mami Oliv," jawab dan beritahu Brianna.
"Sudahkan?" Tanya Shaka dan Brianna menganggukkan kepalanya.
"Kalo sudah silahkan pulang," kata Shaka dan ingin menutup kembali pintu kamarnya.
"Kak Zayyan tunggu dulu, masa aku diusir gitu aja," kata Brianna dan menahan pintu kamar Zayyan agar tidak tertutup.
"Kak Zayyan nggak kangen sama aku atau nggak ada yang mau kak Zayyan tanyakan?" Tanya Brianna.
"Nggak ada," jawab Shaka dan menutup pintu kamarnya.
Brianna tidak bisa menahan pintu itu karena kekuatan Shaka lebih besar.
"Aku tau kak Zayyan marah sama aku karena menghilang tanpa kabar selama lima tahun. Tapi itu bukan keinginan aku, semuanya keputusan dari keluarga besar aku," kata Brianna.
Brianna tahu kalo Shaka masih berdiri di depan pintu dan bisa mendengarkan Brianna.
"Papah sama yang lain takut kalo kejadian buruk itu terulang lagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menyembunyikan aku di Inggris. Aku tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan siapapun selain keluarga," sambung Brianna.
Brianna diam sebentar karena capek bicara.
"Maaf kalo sudah buat kak Zayyan kecewa dan marah," ucap Brianna.
"Aku pulang dulu, sekalian lagi aku minta maaf," pamit Brianna dan dia melangkahkan kaki buat pergi.
Baru saja 2 langkah, Brianna mendengar suara pintu dibuka dan dia merasakan ada tangan yang memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi lagi, aku nggak bisa tanpa kamu," kata Shaka dan menyembunyikan wajahnya di leher Brianna.
Brianna sudah besar dan dia sudah mengerti tentang hal percintaan. Tidak bisa dibohongi kalo perasaan sayang Brianna terhadap Shaka melebihi sayang untuk sahabat. Dulu Brianna terlalu kecil untuk mengerti perasaan itu, tapi berjalannya waktu secara perlahan Brianna mulai mengerti dan dia sudah bisa membedakan rasa sayang terhadap seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...