Setelah menempuh perjalanan selama 10 menit, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.
Suster dan dokter sudah menunggu mereka di lobi UGD dengan sebuah brankar.
Pengawal turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil. Pengawal mengambil alih Brianna dari pangkuan Fenzo dan meletakkan Brianna di atar brankar.
Suster langsung mendorong brankar masuk ke dalam, disusul sama Fenzo dan Kenzo yang sudah turun dari mobil.
Brianna di bawa ke ruang UGD yang sedikit privasi karena tidak gabung dengan banyak orang.
Dokter langsung menangani Brianna dan lebih utama pasangkan infus agar Brianna tidak kekurangan cairan.
"Sakit," kata Brianna saat suster memasukkan obat penurun panas lewat selang infus.
Suhu tubuh Brianna sampai 40° dan kekurangan cairan sehingga dia mengalami sakit kepala. Serta maag akibat tidak makan apapun dari kemarin siang, cuma air saja yang masuk dan itupun tidak sampai 2 liter.
"Pelan-pelan sus," kata Kenzo.
"Maaf," ucap suster dan memelankan gerakannya untuk mendorong cairan obat dengan pelan.
Selesai mendapatkan tindakan pertama dan sudah diperiksa penyakitnya. Brianna langsung dipindahkan ke ruang VVIP yang dipesan Fenzo.
Selama Brianna menjalani tindakan pertama oleh dokter dan suster. Fenzo pergi ke meja resepsionis untuk melakukan pendaftaran dan bayar uang muka untuk mendapatkan ruangan, biar Brianna bisa istirahat dengan tenang.
Tidak lama Brianna dipindahkan ke ruang rawat, Robert, Rosella, dan Ray datang ke rumah.
Mereka langsung berangkat saat mendapat kabar dari pengawal yang ikut satu mobil dari sekolah ke rumah sakit.
"Apa kata dokter?" Tanya Robert kepada Fenzo.
"Panas empat puluh derajat, dehidrasi, sama magg nya kambuh," jawab Fenzo dengan jelas dan tidak ada yang ditinggal sedikitpun.
Sekarang Brianna sedang tidur karena pengaruh obat yang masuk ke dalam tubuhnya.
--------------------- Skip --------------------
Brianna tidur selama 3 jam dan akhirnya dia kebangun. Brianna membuka kedua matanya secara perlahan.
"Kamu sudah bangun?" Tanya Rosella yang duduk kursi samping kanan kasur rumah sakit dan menggenggam tangan Brianna.
Brianna menolehkan kepalanya untuk menatap Rosella.
"Bang Vino," kata Brianna dengan suara pelan.
"Bang Vino tadi datang ke sini, tapi kamu lagi tidur," beritahu Mereka Kenzo.
"Bang Vino pesan buat sampaikan ke kamu, kalo dia harus pulang kampung karena ibunya lagi sakit dan mungkin akan lama di sana," kata Kenzo.
'Tok...tok...tok...'
Pintu kamar rawat Brianna di ketok dan masuklah sosok Rossa dengan mendorong satu koper yang berukuran lumayan besar.
"Kak Rossa," panggil dengan suara yang lemah dan mengulurkan tangannya meminta Rossa mendekatinya.
Rosella berdiri dari duduknya dan mempersilahkan Rosaa untuk berdiri di dekat Brianna.
Rossa meletakkan kopernya di pinggir dan melangkahkan kaki menghampiri Brianna.
"Gimana kondisi kamu?" Tanya Rossa dan mengusap lembut kepala Brianna.
"Pusing sama perutnya sakit," jawab Brianna.
"Kenapa nggak makan dari kemarin, kakak tawarin sarapan pagi tadi kamu juga nolak?" Tanya Rossa.
"Nggak nafsu," jawab Brianna.
"Nggak nafsu, nggak nafus, akhirnya masuk eumah sakit," kata Rossa sedikit kesal.
"Maaf," ucap Brianna.
"Jangan diulangi lagi," kata Rossa dan Brianna menganggukkan kepalanya.
"Kamu sudah tahu kan kalo bang Vino lagi pulang kampung karena ibunya sakit?" Tanya Rossa dan lagi-lagi Brianna menganggukkan kepalanya.
"Kakak juga harus pergi keluar kota untuk mengawasi proyek di sana dan kakak perginya selama tiga minggu," beritahu Rossa.
"Jadi kamu tinggal sama keluarga kandung kamu, kakak sudah packing nya barang-barang kesayangan kamu dan juga pakaian. Kalo boneka sudah dikirim langsung ke rumah," kata Rossa.
Brianna menatap Rossa dengan tatapan sedih dan memohon untuk tidak membuat dia tinggal di rumah keluarga kandungnya.
"Kakak sama bang Vino nggak akan tenang kalo kamu tinggal sendirian di apartemen, apalagi kami pergi lama," kata Rossa memberikan pengertian.
"Buka hati kamu untuk menerima kehadiran keluarga kandung kamu, ini momen yang selama ini kamu impikan dan sekarang impian itu sudah terwujud," kata Rossa dan mengusap lembut kepala Brianna.
"Tidak pernah ada orang yang mau berpisah dengan keluarga kandungnya, tapi kita juga tidak bisa melawan takdir Tuhan yang sudah ditetapkan kepada kita. Kamu nggak usah buru-buru, lakukan secara perlahan dan semuanya akan berjalan dengan sendirinya," kata Rossa lagi dan menatap dalam mata Brianna.
Rossa tahu kalo sebenarnya Brianna sangat senang karena bertemu dengan keluarga kandungnya. Tapi gengsi dan juga kejadian di masa lalunya, membuat Brianna membentuk sebuah dinding pembatas.
"Kakak harus pergi sekarang, tiga jam lagi pesawat kakak akan terbang," pamit Rossa.
"Kamu cepat sehat, nanti kabarin kakak kalo sudah keluar rumah sakit," kata Rossa.
"Hati-hati," kata Brianna dan Rossa menganggukkan kepala.
Rossa mencium kening Brianna dan setelah itu berpamitan dengan semua orang yang berada di ruangan ini.
Rosella kembali menghampiri Brianna dengan senyuman lembut di bibirnya.
"Kamu makan ya," kata Rosella dengan lembut.
Brianna menjawab dengan gelengan kepalanya. Dia tidak nafsu makan karena mulutnya terasa pahit.
"Sedikit aja," kata Rosella.
"Pahit," kata Brianna.
"Kamu harus makan, biar ada asupan yang masuk ke dalam tubuh kamu," kata Robert yang dari tadi duduk di sofa dan akhirnya berdiri menghampiri Brianna.
"Kamu mau makan apa?" Tanya Robert dengan tatapan lembutnya.
Brianna diam sebentar untuk berpikir makanan yang dia inginkan.
"Bakso kuah," jawab Brianna.
"Queen, kamu jangan aneh-aneh. Lagi sakit malah mau makan bakso kuah," kata Fenzo.
"Kan ditanya mau makan apa, jadi aku jawab mau makan bakso kuah," kata Brianna meluruskan perkataannya.
"Makanan yang lain ada?" Tanya Rosella dengan lembut.
"Terserah aja, yang penting ada kuah kuah nya," jawab Brianna dan menatap Rosella.
"Kalo gitu mamah minta pengawal belikan sop ayam buat kamu," kata Rosella dan Brianna menganggukkan kepalanya.
"Mah, sekalian pesan makan buat aku," kata Kenzo.
"Iya," kata Rosella dan mengambil hp nya dari dalam tas.
Rosella mengirim pesan kepada pengawal yang stand by di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...