Sudah 3 hari setelah kejadian itu dan Brianna belum bisa pergi ke sekolah karena dia mengalami demam yang naik turun.
Ada saatnya panasnya akan tinggi dan sebentar panasnya akan turun, Vino sudah memanggil dokter dan kemarin Brianna sempat diinfus karena panasnya cukup tinggi dan takutnya dehidrasi.
Brianna tidak mau pergi ke rumah sakit dan akhirnya Vino memanggil dokter buat datang, serta satu suster buat bantu mengurus Brianna karena Vino tidak mengerti tentang hal-hal infus.
Selama 3 hari ini Vino selalu menemani Brianna, bahkan Vino tidur di kamar Brianna karena takut demam Brianna kembali tinggi lagi pas tengah malam.
Sore hari, Rossa akan datang untuk bantu menggantikan pakaian Brianna, setelah itu Rossa harus pulang karena dia sedang banyak kerjaan yang harus diselesaikan.
Hari ini kondisi Brianna sudah mulai membaik, dia tidak demam lagi dan memar di kakinya mulai memudar.
Tapi dia masih merasakan sakit kepala dan kakinya masih sakit kalo jalan.
Tadi siang Brianna minta buat mandi karena badannya sangat gerah dan Vino menggendong Brianna ke kamar mandi, setelah itu Vino keluar dan Brianna mandi sendiri di dalam.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore dan Brianna masih tidur, dia tidur dari jam 2 siang tadi habis makan dan minum obat.
"Bang Vino," panggil seorang remaja perempuan.
Sekarang Vino sedang berada di luar gedung apartemen karena dia ingin mengambil makanan yang dia pesan lewat aplikasi ojek online.
"Molly," kata Vino saat melihat remaja perempuan itu.
Molly tidak datang sendiri, tapi dengan lima laki-laki yang memaksa buat ikut dan Molly sudah capek buat ngelarang mereka karena tidak ada yang mendengarkan dia.
"Gimana keadaan Anna?" Tanya Molly saat sudah sampai di dekat Vino.
"Dia sudah tidak demam lagi, tapi kepala sama kakinya masih sakit," jawab Vino.
"Boleh nggak aku ketemu sama Anna?" Tanya dan izin Molly.
"Boleh" jawab Vino.
"Ayo ke atas," ajak Vino dan memimpin jalan menuju unit apartemennya.
Satu perempuan dan kelima laki-laki itu mengikuti dari belakang.
Vino membuka pintu apartemennya dan dia kaget saat melihat sosok Brianna duduk di lantai dekat pintu kamarnya.
"Anna, kamu ngapain disitu?" Tanya Vino meletakkan makanan ke atas meja makan.
Vino dengan cepat menghampiri Brianna yang sudah duduk lemas dengan kepala yang disandarkan di dinding.
Keenam remaja itu juga masuk kedalam apartemen saat mendengar suara Vino.
"Anna mau ke dapur buat ambil minum, tapi kepalanya pusing kalo berdiri," kata Brianna.
"Sini abang gendong," kata Vino dan mengangkat tubuh Brianna.
Vino mendudukkan Brianna di sofa depan tv.
(Pakaian Brianna).
"Itu ada teman-teman kamu," kata Vino dan Brianna menolehkan kepalanya.
"Silahkan duduk," kata Vino dan setelah itu pergi ke dapur untuk ambilkan mereka minum.
"Gimana keadaan lo?" Tanya Molly dan duduk di samping Brianna.
"Masih pusing kalo berdiri sama kakinya masih sakit kalo jalan," jawab Brianna dan menjangkau selimut kecil yang terletak di kepala sofa.
Brianna menggunakan selimut itu untuk menutupi pahanya karena celananya terlalu pendek.
Vino datang dengan membawa 6 gelas jus jeruk sama 1 gelas air putih hangat, Vino juga mengambilkan beberapa cemilan buat mereka
Setelah itu Vino masuk kedalam kamarnya dengan membawa makanan yang tadi dia beli dan juga air minum.
"Ini kami bawakan kue sama buah buat lo," kata Ruby dan meletakkan di atas meja.
"Makasih," ucap Brianna.
Molly membuka plastik keranjang buah dan mengambil satu buah jeruk, mengupaskan jeruk itu buat Brianna.
"Siapa yang ngelakuin itu sama lo?" Tanya Molly.
"Lupakan saja, semuanya sudah terjadi juga," kata Brianna.
"Sebenarnya tanpa lo beritahu pun gue sudah tahu siapa orangnya," kata Molly dan memberikan jeruk yang sudah dia kupad ke Brianna.
"Makasih," ucap Brianna saat menerima jeruk itu.
"Lo nggak pergi ke rumah sakit?" Tanya Max.
"Enggak, tapi pas hari pertama sudah di infus sama dokter yang dipanggil sama bang Vino," jawab dan beritahu Brianna.
"Kak Fenzo, makasih ya hari itu kak Fenzo gendong aku ke UKS," ucap Brianna dan dia tahu dari Vino.
"Sama-sama," balas Fenzo.
"Setelah ini kalo ke toilet jangan sendirian, takutnya kejadian lagi," kata Fenzo dan Brianna menganggukkan kepalanya.
"Mereka ada bilang apa sama lo sampai ngelakuin itu?" Tanya Kenzo.
"Mereka marah gara-gara aku dekata sama kakak," jawab Brianna dan memakan jeruknya.
"Ada lagi?" Tanya Zaidan.
"Mereka minta aku nggak usah dekat-dekat apalagi sama kak Fenzo dan kak Kenzo," jawab Brianna.
"Emangnya kalo mau berteman harus mandang status dulu ya?" Tanya Brianna.
"Nggak perlu di dengerin mereka itu, berteman sama siapa aja boleh asalkan orang itu tidak membawa ke arah negatif," kata Max.
"Berarti mulai sekarang, Anna tidak boleh berkeliaran sendirian kalo di sekolah," kata Kenzo dan semuanya menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.
"Aku nggak apa-apa, jadi nggak perlu di jagain," kata Brianna.
"Lo bioang nggak apa-apa, tapi kondisi lo sekarang tidak membuktikan itu semua," kata Molly.
"Mereka pasti akan melakukan ini lagi, jadi lebih baik lo jangan pernah pergi sendirian kalo di sekolah," kata Zaidan.
"Daripada jagain aku, lebih baik kakak berlima jangan dekat-dekat sama aku kalo di sekolah. Kita nggak usah berinteraksi," kata Brianna.
"Nggak memungkinkan juga kalo mereka nggak buly kamu walaupun kita sudah tidak berinteraksi," kata Max.
"Setidaknya mengurangi kebencian mereka sama aku," kata Brianna.
"Terus gue ngapain?" Tanya Molly.
"Kamu tetap temenan sama ku, tapi kita nggak akan sering-sering bareng lagi. Kayanya aku akan menghabiskan waktu istirahat di dalam kelas atau perpustakaan," jawab Brianna.
"Jangan gitu dong, gue nggak punya teman ke kantin lagi," kata Molly.
"Kan ada kak Ruby yang akan temenin kamu," kata Brianna.
"Malas gue berduaan dengan dia, kerjaannya debat mulu," kata Molly.
"Bilang aja lo takut CLBK sama gue," kata Ruby dengan ekspresi wajah mengejek.
"Najis," kata Molly dan mengalihkan tatapan matanya dengan malas.
Keenam remaja itu ngobrol selama 1 jam dan setelah itu mereka pamit pulang karena sudah ditelpon sama para orangtua.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...