BAB 51

192 9 0
                                    

"Lo ngapain dari tadi pegang hp, kalo lo sibuk lebih baik lo pulang?" Tanya dan usir Ray dengan nada tinggi karen emosinya sedang berantakan.

"Gue lagi nunggu sinyal dari Anna," kata Shaka.

"Maksud lo?" Tanya Ray.

"Kemarin pas ngantar Brianna ke sekolah, gue ada kasih gelang yang bisa connect kalo sinyal gelang diaktifkan dengan ketukan dua kali dan gue bisa periksa lokasi gelang satunya dari aplikasi di hp gue," jawab dan jelaskan Shaka.

"Kenapa nggak bilang dari tadi?" Tanya Kenzo.

"Cepat periksa lokasi Queen," perintah Robert.

"Nggak muncul om, soalnya sinyal gelang Anna nggak aktif," kata Shaka.

Dari tadi Shaka sudah frustasi menunggu sinyal gelang Brianna aktif, tapi sampai sekarang belum aktif juga.

Sekarang cuma gelang itu satu-satunya cara agar mereka bisa menemukan Brianna dalam waktu cepat.

Mereka bicara strategi untuk kembali mencari Brianna dan mereka membagi para pengawal biar lebih fokus di lokasi mereka.

Saat sedang fokus berdiskusi, tiba-tiba gelang Shaka menyala dan mengeluarkannya bunyi pelan.

Shaka dengan cepat periksa hp nya dan akhirnya sinyal gelang Brianna aktif.

"Posisi Anna ketemu," beritahu Shaka saat mendapatkan posisi titik dari gelang yang Brianna pakai.

"Kita ke sana sekarang," kata Robert.

Shaka memimpin jalan untuk menuju lokasi sesuai maps di hp nya.

Yang lain mengikuti Shaka di belakang dan ada pengawal yang jalan di samping kanan kiri mereka.

"ANNA," teriak Lukas.

"QUEEN," teriak Zaidan.

"QUEEN JAWAB," teriak Noam.

"Masih jauh?" Tanya Robert kepada Shaka.

"Sebentar lagi," jawab Shaka dan memperhatikan layar hp nya.

"Awas di depan ada jurang," peringati pengawal yang entah sejak kapan sudah jalan di depan mereka.

"Tapi titiknya mengarah ke sana," kata Shaka memperlihatkan layar hp nya.

"Nggak mungkin," kata Ray dan langsung menuju tepi jurang.

Pengawal bejaga dan memegangi tangan Ray yang mau mengitip ke bawah jurang.

"QUEEN," teriak Ray saat melihat sosok Brianna yang terbaring lemah di bawah jurang itu.

Ray menarik tangannya yang dipegang oleh Pengawal dan dia menuruni jurang dengan hati-hati.

Jurangnya tidak terlalu curam, tapi lumayan dalam dan banyak batu besar.

"Tuan Ray hati-hati," kata pengawal yang menyusul turun.

Robert juga ikut turun ke bawah dengan didampingi oleh pengawal.

Yang lain tidak ikut turun karena dilarang oleh Robert dan takutnya malah tambah masalah kalo ada yang terluka.

"Queen," kata Ray menghampiri Brianna dan duduk di samping tubuh Brianna yang penuh dengan luka dan darah.

Kepala Brianna juga berdarah dan setengah wajahnya sudah dilumuri oleh darah.

Brianna menatap Ray dengan tatapan sayu dan setelah itu kedua mata Brianna tertutup tanpa mengatakan satu kata pun.

"Queen," kata Ray dan mengangkat kepala Brianna ke pahanya.

"Queen bangun," kata Ray dengan air mata yang sudah mengalir.

Ray sudah tidak peduli lagi kalo dia menangis di depan banyak orang.

Robert akhirnya sampai dan langsung menghampiri Ray yang sudah menangis sambil melap dari di wajah Brianna.

"Queen bangun sayang, ini papah," kata Robert yang ikut membangunkan Brianna biar sadar.

Brianna langsung dilarikan ke rumah sakit besar terdekat untuk mendapatkan penanganan pertama.

Semua orang sangat khawatir dengan kondisi Brianna, hati mereka tidak bisa tenang sebelum mendapatkan kabar baik dari dokter tentang kondisi Brianna.

Brianna dibawa ke ruang operasi untuk mendapatkan penanganan karena kondisinya sangat parah.

Suster keluar dari ruang operasi dan semua laki-laki yang menunggu langsung berdiri.

"Pasien kehilangan banyak darah dan kami sedang kehabisan stok golongan darah A. Apa ada yang bergolongan dari A?" Tanya suster.

"Saya sus," kata Robert menawarkan diri.

Yang bergolongan darah A juga ikut menawarkan diri mereka dan suster meminta mereka untuk masuk ke ruang sebelah ruang operasi.

Suster harus periksa kondisi kesehatan dan juga kondisi darah pendorong, apakah sesuai dan cocok sebagai pendorong darah.

Setelah melakukan pemeriksaan, yang bisa mendonorkan darah adalah Ray, Arsen, dan Felix.

Sisanya yang memiliki golongan darah yang sama tidak bisa mendonorkan karena kondisi kesehatan mereka yang sedang menurun dan tidak memasuki syarat sebagai pendorong.

************ Skip *************

Satu Jam Kemudian

Sudah satu jam Brianna ditangani, tapi lampu ruang operasi masih menyala dan menandakan kalo masih melakukan tindakan.

Rosella datang bersama dengan oma Anggun, opa Hendra, Bella, dan Clara.

Serta ada Nina dan Helwa yang juga ikut ke rumah sakit karena permintaan dari oma Anggun.

"Mas, bagaimana kondisi Queen?" Tanya Rosella.

Robert berdiri dari duduknya dan menatap sang istri.

"Masih mendapat tindakan," jawab Robert.

"Lama banget," kata Rosella yang sudah sangat khawatir.

Rosella sudah tiga kali pingsan semenjak Brianna dinyatakan hilang dan sekarang kondisi tubuhnya tidak sehat.

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba pintu ruang operasi dibuka dan keluar 2 suster dengan gerakan cepat dan tergesa-gesa.

"Tolong beri jalan," pinta suster itu.

Semua nya langsung menyingkir dan satu suster langsung berlari menuju ruangan kecil tempat menyimpan peralatan medis.

Suster yang satu membukakan pintu ruang operasi saat suster yang tadi pergi kembali dengan mendorong alat kejut jantung.

"Gimana kondisi putri saya?" Tanya Rosella.

"Jantung pasien melemah, kami akan melakukan yang terbaik," jawab suster dan masuk kembali ke dalam ruang operasi.

Semua orang yang mendengar kabar itu sangat kaget dan seketika hening diantara mereka.

Kekuatan ditubuh mereka seperti menghilang dan semua nya tidak ada energi untuk bicara satu kata pun.

Robert duduk di kursi tunggu karena kedua kakinya sangat lemah dan tidak ada tenaga lagi buat berdiri.

"Tante," kata Shaka dan dengan sigap menangkap tubuh Rosella yang jatuh.

Rosella kembali jatuh pingsan dan syukur saja Shaka bergerak dengan cepat untuk menangkap tubuh Rosella agar tidak terlalu keras menghantap lantai.

"Oma," panggil Zidan refleks dan menahan tubuh oma Anggun yang hampir jatuh.

Oma Anggun masih sadar, tapi kondisinya sangat lemah karena kaget dengan kabar kondisi Brianna.

Pelayan pergi memanggil suster, Rosella dan oma Anggun di bawa ke kamar rawat yang sama dan mereka mendapatkan infus karena kondisi tubuh kedua perempuan itu sangat lemah.

Situasi sekarang sangat berantakan, mereka semua seperti tidak bisa berpikir apa-apa lagi dan yang mereka lakukan hanyalah berdoa untuk keselamatan Brianna.


BRIANNA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang