Shaka menurunkan Brianna di atas kasur dengan hati-hati.
"Makasih kak Zayyan," ucap Brianna.
"Sama-sama," balas Shaka.
Shaka duduk di sisi kasur dan menatap Brianna yang juga sedang menatapnya.
"Kak Zayyan mau bicara apa?" Tanya Brianna yang mengerti dengan keinginan Shaka.
Shaka mengambil kedua tangan Brianna dan menggenggamnya dengan erat.
"Jangan pergi lagi, aku tidak mau kehilangan bocil aku untuk kedua kalinya," kata Shaka.
"Tapi aku harus pergi ke Amerika buat kesembuhan kaki aku," kata Brianna.
Kedua sudut bibir Shaka tertarik ke atas mendengar perkataan Brianna. Di dalam hati shaka menertawakan dirinya sendiri karena sudah mengajak Brianna berbicara ke hal yang serius, padahal Brianna terlalu kecil untuk memahami kalimat yang Shaka ucapkan.
"Bukan itu maksud kakak," kata Shaka dan membawa Brianna ke dalam pelukannya.
"Pokok nya jangan seperti kemarin lagi, kakak sangat khawatir sama kamu dan hidup kakak sepi banget tanpa kehadiran kamu," kata Shaka dan mengeratkan pelukannya.
"Maaf sudah buat kak Zayyan khawatir," kata Brianna dan membalas pelukan Shaka.
"Cukup sekali ini saja," kata Shaka dan Brianna menganggukkan kepalanya.
Shaka dan Brianna diam dengan posisi yang masih berpelukan erat. Mereka menyalurkan rasa rindu selama satu bulan terakhir tidak bertemu.
"Ekhem," dehem seorang laki-laki dari pintu kamar Brianna.
Brianna dan Shaka langsung melepaskan pelukannya dan mereka menoleh ke arah pintu kamar.
"Kak Ray," panggil Brianna.
Brianna biasa saja dengan kehadiran Ray, tapi tidak dengan Shaka yang terlihat salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Queen, kata mamah kamu harus istirahat sekarang," kata Ray dana melangkahkan kakinya menghampiri kedua orang itu.
Shaka berdiri dari duduknya saat Ray sudah dekat.
"Sana lo ke bawah, Queen harus istirahat," perintah dan usir Ray.
"Iya," kata Shaka dengan patuh.
"Selamat istirahat," kata Shaka dan melambaikan tangannya ke arah Brianna.
Brianna membalas lambaian tangan Shaka. Laki-laki itu melangkahkan kaki keluar dari kamar Brianna dan dia menutup pintu kamar.
"Sekarang kamu istirahat," perintah Ray.
Brianna memganggukkan kepalanya dan membaringkan tubuh. Ray menarik selimut dan menutupi tubuh Brianna sebatas dada.
"Temenin Anna di sini," pinta Brianna.
"Iya kakak temenin kamu," kata Ray.
"Sini kak Ray tiduran, Anna mau dipeluk," pinta Brianna dan menepuk sisi sebelahnya yang kosong.
Ray dengan senang hati naik ke atas kasur dan dia membaringkan tubuh di samping Brianna. Lengan Ray menjadi bantal buat Brianna dan Ray memeluk tubuh Brianna.
Ray mengusap lembut kepala Brianna dan itu adalah salah satu cara ampuh agar Brianna cepat masuk ke dalam alam mimpinya.
"Makasih sudah bertahan sampai sekarang. Makasih sudah mau berjuang buat sadar dan kembali bersama kami," ucap Ray dan mencium kening Brianna.
Raya ikut menutup kedua matanya dan menyusul Brianna masuk ke dalam alam mimpi.
************* Skip *************
Sekarang sudah menunjukkan pukul 6 sore dan Brianna baru selesai mandi dengan bantuan Rosella. Rosella juga bantu putrinya untuk pakai baju.
(Pakaian Brianna).
"Makasih mamah," ucap Brianna setelah Rosella selesai membantunya pakai baju.
"Sama-sama sayang," balas Rosella.
"Maaf dari kemarin Anna ngerepotin mamah terus," ucap Brianna dengan sedih.
"Kamu jangan minta maaf, mamah tidak merasa repot sedikitpun. Mamah malah senang bisa menjalankan tugas mamah untuk merawat kamu yang sedang sakit dan mamah sampai kapanpun akan selalu ada buat kamu," kata Rosella.
"Ayo kita turun ke bawah," ajak Rosella dan mengubah topik pembicaraan.
"Anna di kamar aja," kata Brianna menolak.
Brianna tidak mau tambah merepotkan Rosella karena harus mendorong kursi rodanya.
"Masa di kamar terus dari tadi. Oma, opa, om, tante, dan sepupu kamu masih ada di bawah," kata Rosella.
Brianna menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan untuk turun ke bawah.
"Nah gitu dong, jangan diam di kamar aja," kata Rosella dan membuka kunci kursi roda.
Roaella mendorong kursi roda dan di depan ada Nina yang sudah jalan lebih dulu untuk bukakan pintu kamar dan juga lift.
"Helwa tolong selimut kecil Queen," pinta Rosella dan mereka berhenti di pintu.
Helwa yang masih sibuk membereskan meja rias Brianna langsung melepas pekerjaan dan pergi mengambilkan selimut Brianna. Tidak lama Helwa kembali dengan selimut kecil berwarna biru motif bunga.
"Ini nyonya," kata Helwa.
"Makasih," ucap Rosella dan menerima selimut itu.
Rosella membuka sedikit selimut dan menutupi paha putrinya yang terekspos karena daster yang dia gunakan sedikit pendek.
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan untuk turun ke lantai bawah dan Nina membantu mengangkat ban dengan kursi roda saat mau masuk dan keluar lift.
"Putri papah sudah mandi?" Tanya Robert dan berdiri dari duduknya.
"Sudah papah," jawab Bianca.
Rosella menghentikan dorongan kursi roda dan Nina dengan sigap mengunci ban kursi roda agar tidak gerak. Rosella mengambil selimut di paha Brianna dan Robert dengan sigap menggendong tubuh putrinya.
Robert memindahkan Brianna ke sofa biar lebih nyaman duduknya karena empuk.
"Padahal Anna di kursi roda aja, nggak apa-apa kok," kata Brianna.
"Nggak enak duduk lama di kursi roda," kata Robert.
"Nggak apa-apa, daripada Anna harus ngerepotin orang. Anna nggak enak," kata Brianna.
"Kamu nggak ngerepotin siapapun," kata Robert.
"Benar kata papah, kamu nggak ngerepotin siapapun. Kami dengan senang hati akan membantu kamu kalo perlu sesuatu," kata Kenzo.
"Aku juga, kalo perlu aku nginap di sini biar dua puluh empat jam bantuin kamu," kata Noam.
"Queen, kamu jangan merasa nggak enak kalo butuh bantuan orang lain. Semua yang ada di sini dengan senang hati buat bantuin kamu," kata oma Anggun.
"Iya oma, maaf," kata Brianna.
"Jangan minta maaf terus, kamu tidak ada salah apapun," kata Robert dan merangkul bahu Brianna.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIANNA (END)
Teen FictionSeorang remaja perempuan yang melakukan loncat kelas dan menjadi anak beasiswa di sekolah swasta menengah atas yang sangat terkenal dengan kemewahan dan elit. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa sekolah di sana karena biaya setiap bulannya yan...